Konten dari Pengguna

Suhu Vs Emosi: Cuaca Panas Dapat Memicu Emosi?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
24 September 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenomena suhu panas yang ekstrem sering kali dikaitkan dengan perubahan perilaku manusia, termasuk peningkatan emosi negatif seperti kemarahan, frustrasi, dan agresi. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa suhu lingkungan yang tinggi bisa memicu reaksi emosional yang lebih intens, memperburuk mood, dan bahkan meningkatkan risiko konflik sosial. Artikel ini akan mengupas secara rinci bagaimana suhu panas dapat mempengaruhi emosi manusia, dengan mendasarkan analisis pada penelitian ilmiah yang telah dilakukan di berbagai bidang psikologi, fisiologi, dan perilaku manusia.
ADVERTISEMENT
1. Suhu Panas dan Respons Fisiologis
Suhu tinggi memicu respons fisiologis dalam tubuh manusia. Saat tubuh terpapar panas, mekanisme biologis seperti peningkatan suhu tubuh inti dan produksi keringat mulai bekerja untuk menjaga homeostasis. Namun, upaya tubuh untuk menyeimbangkan suhu ini bisa membuat sistem saraf bekerja lebih keras, yang secara langsung mempengaruhi otak dan memicu reaksi emosional.
Studi menunjukkan bahwa saat tubuh berusaha mendinginkan diri, otak mengalami peningkatan aktivitas di area yang mengontrol emosi, terutama di amigdala, yang berperan dalam regulasi stres dan rasa marah. Suhu panas mempercepat kerja jantung dan meningkatkan hormon stres seperti kortisol, yang bisa meningkatkan perasaan cemas, gelisah, dan mudah marah.
2. Korelasi Antara Panas dan Emosi Negatif
ADVERTISEMENT
Sejumlah penelitian menunjukkan adanya korelasi antara cuaca panas dan peningkatan emosi negatif. Sebuah studi klasik dari American Psychological Association menemukan bahwa ada hubungan signifikan antara suhu lingkungan dan agresi. Peneliti ini menemukan bahwa kekerasan dan konflik lebih sering terjadi di lingkungan dengan suhu panas. Salah satu teori yang menjelaskan fenomena ini adalah General Aggression Model (GAM), yang menyatakan bahwa suhu panas meningkatkan gangguan fisiologis yang menyebabkan seseorang lebih mudah tersinggung, dan ini mendorong perilaku agresif.
Pada level yang lebih ringan, suhu tinggi dikaitkan dengan penurunan mood dan peningkatan iritabilitas. Penelitian lain dari University of California menemukan bahwa dalam kondisi panas ekstrem, orang lebih cenderung merasakan kelelahan, stres emosional, dan kelelahan mental, yang semuanya bisa berkontribusi terhadap ledakan emosi.
ADVERTISEMENT
3. Pengaruh Suhu Panas Terhadap Kesehatan Mental
Suhu panas juga diketahui memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental seseorang. Berdasarkan penelitian dari Lancet Planetary Health, ditemukan bahwa suhu tinggi yang berlangsung lama dapat menyebabkan peningkatan gejala depresi dan kecemasan. Cuaca panas dapat mengganggu siklus tidur seseorang, yang menyebabkan insomnia dan kelelahan berlebihan. Kurang tidur ini secara langsung mempengaruhi kemampuan individu dalam mengendalikan emosinya, yang bisa memperburuk suasana hati dan meningkatkan risiko ledakan emosi.
Di tempat kerja, suhu panas dapat memicu stres kerja yang lebih tinggi, terutama di lingkungan yang tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Penelitian yang dilakukan oleh International Labour Organization menemukan bahwa pekerja di lingkungan panas lebih sering melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi dan kecenderungan untuk marah, yang akhirnya menurunkan produktivitas dan meningkatkan konflik interpersonal.
ADVERTISEMENT
4. Fenomena Kekerasan dan Kejahatan dalam Kondisi Panas
Penelitian lain yang relevan adalah yang menunjukkan bahwa suhu tinggi berpotensi meningkatkan angka kekerasan dan kejahatan. Berdasarkan kajian dari National Bureau of Economic Research, ditemukan bahwa pada hari-hari dengan suhu lebih panas, angka kejahatan dan kekerasan meningkat. Hipotesis ini dikenal sebagai heat hypothesis, yang menyatakan bahwa suhu tinggi dapat memicu respons emosional ekstrem seperti marah dan agresif.
Data dari berbagai kota besar di dunia menunjukkan bahwa kekerasan domestik, tindak kriminal, dan konflik sosial meningkat selama musim panas, di mana suhu sering kali berada di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa suhu panas bisa menjadi salah satu faktor pemicu konflik di masyarakat, meskipun tentu saja harus dilihat dalam konteks faktor lain seperti kemiskinan, lingkungan sosial, dan akses terhadap bantuan.
ADVERTISEMENT
5. Suhu Panas dan Regulasi Emosi
Salah satu aspek yang menarik dari penelitian tentang suhu panas adalah dampaknya terhadap kemampuan seseorang dalam meregulasi emosi. Menurut studi yang diterbitkan di Journal of Experimental Social Psychology, ditemukan bahwa suhu lingkungan yang ekstrem dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berpikir rasional dan mengendalikan emosinya. Individu yang terpapar suhu panas cenderung lebih impulsif dan mengalami penurunan kemampuan untuk berpikir jernih. Ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa orang cenderung lebih mudah marah atau frustrasi saat berada dalam kondisi panas.
Sebagai tambahan, penelitian menunjukkan bahwa suhu panas juga mengganggu fungsi eksekutif otak, yaitu kemampuan untuk merencanakan, membuat keputusan, dan menunda kepuasan. Gangguan ini bisa memperburuk emosi negatif karena orang lebih sulit mengendalikan diri mereka dalam situasi yang memicu stres.
ADVERTISEMENT
6. Penanganan dan Pencegahan
Mengetahui bahwa suhu panas dapat memacu emosi seseorang, penting bagi individu dan masyarakat untuk menemukan cara untuk mengurangi dampaknya. Beberapa langkah yang disarankan oleh para peneliti termasuk:
• Menciptakan lingkungan yang nyaman: Menggunakan pendingin udara atau kipas angin dapat membantu menurunkan suhu di lingkungan kerja dan rumah, sehingga membantu menjaga keseimbangan emosional.
• Memperbanyak asupan cairan: Dehidrasi adalah salah satu efek samping umum dari suhu panas yang memperburuk suasana hati. Minum banyak air dan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak cairan dapat membantu meringankan efek panas.
• Mengatur waktu aktivitas fisik: Jika memungkinkan, hindari melakukan aktivitas berat di luar ruangan saat suhu sedang sangat tinggi. Aktivitas yang intens bisa memperburuk dampak negatif suhu panas terhadap tubuh dan emosi.
ADVERTISEMENT
• Istirahat cukup: Panas yang berkepanjangan dapat mengganggu tidur, jadi penting untuk menjaga pola tidur yang baik agar dapat mengelola emosi dengan lebih baik.