Konten dari Pengguna

Tempat Bersandar: Menjadi Kuat untuk Orang Lain, Tapi Siapa yang Kuat Untukku?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
11 September 2024 15:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika seseorang menjadi tempat sandaran bagi orang lain, ia sering kali memikul beban tanggung jawab yang sangat berat. Mungkin mereka adalah orang yang andal, tangguh, dan dipercaya untuk menjadi solusi bagi masalah orang di sekitarnya. Namun, di balik semua itu, pertanyaan penting yang sering kali terabaikan adalah: jika semua bersandar padaku, lalu aku bersandar ke siapa?
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan mengupas secara rinci perasaan tersebut, efeknya terhadap kesehatan mental, dan bagaimana seseorang bisa menemukan cara untuk menjaga keseimbangan dalam hidupnya.
1. Peran sebagai “Sandaran” dalam Kehidupan Orang Lain
Seseorang yang menjadi tempat bergantung bagi orang lain biasanya memiliki karakter yang kuat, penuh empati, dan mampu memberikan ketenangan di saat sulit. Peran ini bisa terbentuk karena banyak faktor, seperti pengalaman hidup, kepribadian, dan tanggung jawab sosial. Orang-orang di sekitarnya merasa nyaman berbagi masalah, meminta nasihat, atau sekadar mendapatkan dukungan emosional dari individu tersebut.
Menjadi “sandaran” memang memberikan kepuasan tersendiri, terutama jika orang yang ditolong berhasil mengatasi masalah mereka. Namun, di balik itu, ada tekanan besar yang dirasakan. Jika tidak dikelola dengan baik, peran ini bisa menjadi beban yang berat.
ADVERTISEMENT
2. Efek Terhadap Kesehatan Mental
Berada di posisi ini tanpa memiliki tempat untuk bersandar sendiri bisa sangat menguras energi emosional dan mental. Ini bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan mental yang serius:
• Stres Berlebihan: Mengambil tanggung jawab atas masalah orang lain bisa menyebabkan stres kronis. Seseorang mungkin merasa terjebak dalam situasi di mana mereka harus selalu kuat, bahkan ketika mereka sendiri sedang mengalami kesulitan.
• Burnout: Ketika seseorang selalu berada di posisi mendukung tanpa menerima dukungan balik, risiko burnout (kelelahan emosional dan fisik) meningkat. Burnout bisa membuat seseorang merasa hampa, tidak berdaya, dan kehilangan motivasi.
• Perasaan Kesepian: Ironisnya, meskipun orang tersebut dikelilingi banyak orang yang membutuhkan mereka, mereka sering kali merasa kesepian. Tidak ada tempat untuk berbagi beban mereka sendiri, membuat mereka terjebak dalam perasaan bahwa tidak ada yang memahami atau mendukung mereka.
ADVERTISEMENT
• Kecemasan dan Depresi: Ketika tekanan terus menerus dirasakan tanpa ada outlet atau dukungan emosional yang memadai, hal ini bisa memicu kecemasan berlebihan atau bahkan depresi. Perasaan terisolasi dan tidak ada yang bisa diandalkan membuat seseorang rentan terhadap masalah mental yang lebih dalam.
3. Mengapa Seseorang Takut untuk Bersandar pada Orang Lain?
Ada beberapa alasan mengapa seseorang yang menjadi tempat bergantung bagi orang lain enggan untuk mencari dukungan sendiri:
• Takut Dianggap Lemah: Individu yang selalu dianggap kuat mungkin merasa malu atau takut dianggap lemah jika mereka meminta bantuan. Mereka khawatir akan kehilangan citra sebagai orang yang tangguh.
• Rasa Tanggung Jawab yang Tinggi: Orang ini mungkin merasa bahwa mereka tidak boleh membebani orang lain dengan masalah mereka, terutama jika mereka telah terbiasa menjadi pendukung utama.
ADVERTISEMENT
• Tidak Menemukan Tempat yang Aman: Mereka mungkin merasa bahwa tidak ada orang yang cukup dapat dipercaya atau mampu memahami beban yang mereka rasakan, sehingga mereka lebih memilih menyimpan semuanya sendiri.
4. Bagaimana Menjaga Keseimbangan dalam Hidup
Menjaga keseimbangan antara menjadi “sandaran” bagi orang lain dan merawat diri sendiri adalah kunci untuk menghindari kelelahan emosional. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:
• Mencari Dukungan yang Tepat: Setiap orang butuh tempat untuk bersandar. Tidak harus selalu dari orang terdekat, bisa dari profesional seperti psikolog atau terapis. Mendapatkan bantuan dari pihak luar sering kali memberikan sudut pandang yang objektif dan solutif.
• Membangun Hubungan yang Saling Mendukung: Penting untuk memiliki hubungan di mana ada timbal balik dalam hal dukungan emosional. Jangan takut untuk terbuka kepada orang-orang yang bisa dipercaya. Dalam hubungan yang sehat, kedua belah pihak bisa saling memberi dan menerima dukungan.
ADVERTISEMENT
• Menetapkan Batasan: Terkadang, orang perlu menetapkan batasan yang jelas untuk melindungi diri mereka dari tuntutan emosional yang berlebihan. Belajar untuk mengatakan “tidak” bukanlah tanda kelemahan, melainkan cara untuk menjaga kesehatan mental dan emosional.
• Melakukan Self-Care: Jangan lupa untuk merawat diri sendiri. Luangkan waktu untuk hal-hal yang menyenangkan, baik itu meditasi, olahraga, atau hobi yang bisa mengisi ulang energi. Self-care membantu menjaga keseimbangan emosional.
• Membiarkan Diri Sendiri Bersandar: Izinkan diri untuk merasakan kerentanan. Bersandar pada orang lain atau sekadar membiarkan diri merasa lelah tidak berarti Anda lemah. Semua orang butuh istirahat dan dukungan, termasuk mereka yang biasanya menjadi tempat sandaran.
5. Menghadapi Ketakutan Akan Kerapuhan
ADVERTISEMENT
Perasaan bahwa semua orang bersandar pada kita bisa memicu ketakutan bahwa kita harus selalu sempurna, selalu siap membantu, dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. Namun, pada akhirnya, semua orang memiliki batasnya. Penting untuk menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia yang juga membutuhkan dukungan, cinta, dan perhatian.
Berani untuk menerima kerapuhan adalah langkah awal menuju keseimbangan hidup yang lebih sehat. Ini juga akan mengajarkan orang di sekitar kita untuk menghargai bahwa, meskipun kita kuat, kita juga manusia dengan kebutuhan dan batasan.