Konten dari Pengguna

Tidur atau Makan: Apakah Benar Hanya Lapar atau Kebiasaan?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
23 September 2024 10:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kelaparan menjelang tidur adalah fenomena yang umum terjadi, dan banyak orang mengalami rasa lapar sebelum beranjak tidur. Fenomena ini tidak hanya memiliki dimensi fisiologis tetapi juga psikologis. Dalam artikel ini, kita akan membahas pandangan dari beberapa tokoh psikologi dunia mengenai hubungan antara kelaparan, emosi, dan perilaku, serta implikasi dari keadaan ini.
ADVERTISEMENT
1. Perspektif Fisiologis dan Psikologis
Kelaparan yang dialami menjelang tidur sering kali terkait dengan siklus ritme sirkadian dan pola makan. Menurut Dr. John Stein, seorang psikolog dan ahli tidur, “Rasa lapar sebelum tidur bisa memicu kekhawatiran tentang kesehatan atau kontrol diri, yang akhirnya dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.”
Rasa lapar dapat memicu produksi hormon stres, seperti kortisol, yang dapat mengganggu tidur. Dalam keadaan ini, individu mungkin merasa gelisah dan sulit untuk tertidur.
2. Persepsi Emosional dan Hubungannya dengan Kelaparan
Carl Rogers, seorang tokoh psikologi humanistik, menyatakan bahwa “Perasaan lapar dapat mengindikasikan lebih dari sekadar kebutuhan fisik; ia sering kali terkait dengan kebutuhan emosional.” Dalam banyak kasus, rasa lapar di malam hari dapat muncul sebagai respons terhadap stres atau kecemasan, di mana individu menggunakan makanan sebagai bentuk pelarian atau penghiburan.
ADVERTISEMENT
Rasa lapar yang muncul sebelum tidur dapat mencerminkan kekhawatiran yang tidak terungkap. Misalnya, seseorang mungkin merasa lapar bukan hanya karena kebutuhan fisik, tetapi juga karena perasaan tidak aman atau kesepian.
3. Kebiasaan Makan dan Psikologi Makan
Dr. Paul Rozin, seorang psikolog dari Universitas Pennsylvania, mengemukakan bahwa “Makanan tidak hanya sekadar kebutuhan; ia juga merupakan simbol dari kebiasaan dan tradisi.” Kebiasaan makan yang terbentuk sepanjang hari dapat mempengaruhi perilaku makan menjelang tidur.
Kebiasaan ini dapat menciptakan pola pikir yang salah, di mana individu merasa harus mengisi perut mereka sebelum tidur, meskipun tubuh mereka mungkin tidak memerlukan asupan tambahan. Ketidakpahaman akan sinyal tubuh dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat dan berkontribusi pada masalah kesehatan seperti obesitas.
ADVERTISEMENT
4.Penyebab Kelaparan Saat Mau Tidur
Kelaparan sebelum tidur bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan tubuh dan pikiran. Berikut beberapa faktor penyebab yang paling umum:
• Ritme Sirkadian dan Pola Makan yang Tidak Teratur
Tubuh kita beroperasi sesuai dengan ritme sirkadian, yang mengatur kapan kita merasa lapar atau kenyang. Jika seseorang melewatkan makan atau memiliki pola makan yang tidak teratur sepanjang hari, rasa lapar cenderung muncul saat tubuh bersiap untuk beristirahat. Misalnya, melewatkan sarapan atau makan siang yang minim nutrisi dapat menyebabkan rasa lapar berlebihan di malam hari.
• Asupan Makanan yang Tidak Memadai
Makanan yang kurang kaya akan serat, protein, atau lemak sehat dapat menyebabkan rasa lapar datang lebih cepat. Karbohidrat sederhana, seperti roti putih atau gula, meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan cepat tetapi juga membuatnya turun drastis, yang memicu rasa lapar lagi sebelum tidur.
ADVERTISEMENT
• Kondisi Emosional dan Stres
Ketika seseorang mengalami tekanan emosional, kecemasan, atau stres, otak memproduksi hormon seperti kortisol yang dapat memicu rasa lapar. Makan menjadi respons umum untuk meredakan ketegangan atau kebosanan. Rasa lapar di malam hari seringkali merupakan “hunger of the mind” atau kelaparan emosional.
• Gangguan Tidur
Kekurangan tidur atau tidur yang terganggu dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon leptin dan ghrelin, yang mengatur rasa kenyang dan lapar. Orang yang sering tidur larut malam atau mengalami insomnia cenderung merasa lapar karena hormon ghrelin yang meningkat, yang mendorong rasa lapar meskipun tubuh tidak membutuhkan kalori tambahan.
5. Dampak Kelaparan Sebelum Tidur
Kelaparan yang tidak tertangani sebelum tidur dapat memberikan dampak pada kesehatan tubuh dan pikiran:
ADVERTISEMENT
• Gangguan Kualitas Tidur
Rasa lapar yang cukup parah dapat membuat seseorang sulit untuk tertidur atau menyebabkan tidur yang terganggu. Tubuh yang lapar bisa tetap terjaga lebih lama karena otak terus mengirim sinyal bahwa kebutuhan energi belum terpenuhi. Ini dapat menyebabkan tidur yang lebih dangkal dan kurang memulihkan.
• Makan Berlebihan di Malam Hari
Jika rasa lapar di malam hari sering terjadi, ada risiko untuk terlibat dalam kebiasaan makan berlebihan sebelum tidur. Hal ini dapat meningkatkan berat badan, karena kalori yang tidak digunakan saat tubuh dalam keadaan beristirahat lebih mudah disimpan sebagai lemak.
• Masalah Pencernaan
Makan besar sebelum tidur dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti refluks asam atau ketidaknyamanan perut, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas tidur. Tidur dengan perut penuh tidak dianjurkan karena proses pencernaan sebaiknya selesai sebelum tubuh beristirahat sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
6.Dampak Psikologis dari Kelaparan Sebelum Tidur
Kondisi kelaparan menjelang tidur dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan. Sigmund Freud menyatakan bahwa “Kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, sering kali memiliki komponen psikologis yang lebih dalam.” Rasa lapar yang tak terpuaskan dapat menciptakan ketidaknyamanan mental dan emosional, yang dapat menyebabkan seseorang terjaga lebih lama atau merasa tidak nyaman saat tidur.
Kekhawatiran tentang asupan makanan dapat menjadi sumber stres, yang berpotensi mengganggu tidur. Individu yang sering merasa lapar di malam hari mungkin juga mengalami perasaan bersalah atau malu terkait kebiasaan makan mereka.