Konten dari Pengguna

Trauma Berulang: Menghadapi Luka yang Belum Sembuh!

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
11 September 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Trauma emosional bisa diibaratkan sebagai luka dalam yang memerlukan waktu untuk sembuh. Namun, bagi sebagian orang, proses penyembuhan ini seringkali terhenti sebelum benar-benar tuntas, hanya untuk dihadapkan pada luka baru yang menyakitkan. Fenomena ini, di mana seseorang belum sempat sembuh dari trauma sebelumnya dan kemudian mengalami trauma baru, dapat mempengaruhi kesehatan mental secara signifikan. Artikel ini akan membahas secara rinci penyebab, dampak, serta cara mengelola situasi ketika seseorang mengalami trauma berulang.
ADVERTISEMENT
Penyebab Trauma Berulang
1. Lingkungan dan Hubungan Tidak Sehat: Lingkungan atau hubungan yang terus-menerus menimbulkan stres atau konflik dapat memperburuk kondisi seseorang yang sedang dalam proses penyembuhan. Misalnya, seseorang yang mengalami trauma dari hubungan yang abusif mungkin mengalami kesulitan untuk sembuh jika mereka terus berada dalam situasi serupa atau tidak mendapatkan dukungan yang memadai.
2. Kurangnya Dukungan Emosional: Tanpa dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental, proses penyembuhan bisa menjadi lebih lambat dan kurang efektif. Ketika seseorang tidak memiliki jaringan dukungan yang solid, mereka mungkin lebih rentan terhadap stres dan trauma tambahan.
3. Pengalaman Baru yang Menyakitkan: Kadang-kadang, pengalaman baru yang mengecewakan atau menyakitkan dapat memicu kembali trauma lama. Misalnya, kehilangan pekerjaan, perpisahan, atau pengalaman traumatis baru dapat mengaktifkan kembali rasa sakit yang belum sepenuhnya sembuh dari trauma sebelumnya.
ADVERTISEMENT
4. Kondisi Kesehatan Mental yang Belum Diatasi: Kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau PTSD dapat memperburuk dampak dari trauma baru. Tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak negatif dari pengalaman traumatis yang baru.
Dampak Trauma Berulang
1. Peningkatan Stres dan Kecemasan: Menghadapi trauma berulang dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang meningkat. Perasaan cemas, ketidakberdayaan, dan ketakutan mungkin semakin intens, mengganggu keseimbangan emosional dan kesejahteraan umum.
2. Kesulitan dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari: Trauma yang belum sembuh sepenuhnya dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk berkonsentrasi, berinteraksi dengan orang lain, atau merasa termotivasi.
3. Gangguan pada Hubungan Interpersonal: Ketidakmampuan untuk sepenuhnya sembuh dari trauma sebelumnya dapat mempengaruhi hubungan interpersonal. Individu mungkin mengalami masalah dalam membangun atau menjaga hubungan sehat dengan orang lain, yang dapat menyebabkan isolasi sosial.
ADVERTISEMENT
4. Kesehatan Fisik yang Terpengaruh: Stres kronis dan trauma berulang dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Masalah tidur, gangguan makan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh adalah beberapa dampak fisik yang mungkin terjadi.
Cara Mengelola Trauma Berulang
1. Mencari Dukungan Profesional: Penting untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental yang dapat memberikan terapi atau konseling. Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi berbasis trauma seperti EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dapat membantu seseorang memproses dan mengatasi trauma.
2. Membangun Jaringan Dukungan: Memiliki jaringan dukungan yang kuat dapat membantu seseorang merasa lebih aman dan didukung. Ini bisa mencakup teman, keluarga, atau kelompok dukungan. Berbicara dengan orang-orang yang memahami dan mendukung dapat mempercepat proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
3. Mengembangkan Strategi Koping yang Sehat: Teknik koping seperti meditasi, olahraga, dan teknik pernapasan dapat membantu mengelola stres dan kecemasan. Mengembangkan kebiasaan sehat dan rutin harian yang mendukung kesejahteraan emosional juga penting.
4. Mengatur Ekspektasi dan Memberi Waktu untuk Penyembuhan: Proses penyembuhan dari trauma adalah perjalanan yang memerlukan waktu. Penting untuk mengatur ekspektasi yang realistis dan memberi diri waktu untuk sembuh sepenuhnya.
5. Menetapkan Batasan yang Jelas: Mengidentifikasi dan menetapkan batasan dalam hubungan dan situasi yang mungkin menyebabkan trauma dapat membantu mengurangi risiko trauma berulang. Ini termasuk memutuskan hubungan yang beracun atau menegosiasikan batasan dalam interaksi sosial.