Menjadi Manusia Peduli di Masa Kritis Pandemi

seha
Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Hobi menulis dan membaca berita
Konten dari Pengguna
1 September 2021 20:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari seha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source Image : Pixalab.com
zoom-in-whitePerbesar
Source Image : Pixalab.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi di Indonesia sudah di mulai sejak memasuki awal tahun 2020. Pemerintah selalu mengupayakan segala bentuk cara untuk memutus rantai penyebaran dengan kebijakan-kebijakan seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga era PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
ADVERTISEMENT
Kebijakan tersebut masih membuat masyarakat khususnya kalangan bawah getar-getir karena disangka kurang bijak dan tidak tepat sasaran, karena membuat perekonomian merosot.
Selain itu, dampak pandemi selain dari sisi perekonomian juga sisi pribadi mengenai psikis seseorang karena selama pandemi, semua kegiatan dilakukan di rumah. Baca : Problematika Rindu di Masa Pandemi
Di sini, sebagai sesama manusia dan makhluk sosial, saya diajarkan kepedulian selama pandemi memasuki negeri. Akibat pandemi corona, saya juga belajar banyak arti mulai dari membagi dan saling memahami.
Saya berbagi dengan seadanya di tengah kehidupan biasa saya. Saya siapa? Konglomerat? Tentu bukan. Memangnya hanya konglomerat saja yang bisa berbagi. Manusia biasa seperti saya pun punya rasa empati. Malah kebanyakan, matinya rasa simpati manusia berasal dari para konglomerat berdasi yang duduk di atas hierarki.
Source Image : Pixalab.com
Saling memahami adalah cara manusia untuk mempertahankan hubungan sesama. Di tengah pandemi, orang-orang seakan bertarung dengan keadaan, bahkan melupakan sisi jalanan bahwa di sana masih banyak yang kurang beruntung untuk sekadar tidur nyenyak.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, pandemi pun mengajarkan saya untuk selalu menjaga kebersihan diri. Peka terhadap lingkungan membahayakan adalah respon utama oleh tubuh agar terhindar dari wabah corona.
Peduli terhadap sesama juga penting dilakukan guna mengingatkan bahwa pandemi adalah masa kritis yang mesti dilawan bersama. Ketika saya memasuki tempat umum dan masker saya turun, orang menegur saya bukan karena mereka paling benar dan bijak, justru dari situlah sikap kepedulian dan respon peka ditanam.
Saya sangat menghargai orang yang memiliki jiwa kepedulian tinggi untuk mengingatkan akan kesadaran protokol kesehatan. Ini berguna untuk menurunkan wabah di masa pandemi dan saling bahu membahu dengan pemerintah dalam pencapaian penurunan angka kasus Covid-19.
Sebagai generasi muda, pemahaman tentang pembelajaran tidak hanya berada di bangku sekolah formal saja. Seperti kepedulian dan saling memahami adalah suatu sikap karakter bagus yang mesti dibangun dalam pembelajaran umum.
ADVERTISEMENT