Konten dari Pengguna

Keharmonisan dalam Dunia Pendidikan yang Semakin Menyusut

Sarah Putri Romansyah
Mahasiswa Universitas Pamulang - Program Studi Pendidikan Ekonomi
12 September 2023 11:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Putri Romansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Demikian kata Nelson Mandela. Namun, dalam mengenyam pendidikan tentu banyak relasi manusia yang terlibat. Oleh karena itu, sering kali terjadi benturan antar sudut pandang seperti perbedaan paradigma, kesalahpahaman, kerenggangan sampai pertikaian.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia ini, yang bulat hanyalah tekad untuk mencapai tujuan. Selebihnya tidak berbeda dari segitiga, persegi, bahkan trapesium. Apa artinya? Artinya di saat manusia berniat menciptakan ruang, tentu akan ada berbagai sudut sisi yang mengelilinginya.
Perumpamaan tersebut selaras dengan ruang pendidikan. Sebab, ada sudut pandang dari pendidik dan sudut pandang peserta didik. Di antara ratusan bahkan ribuan manusia dalam suatu ruang lingkup pendidikan tentu bukan tidak mungkin akan terjadinya "bentrok" antara pola pikir satu sama lain.
Seperti contoh kasus bullying yang terjadi di Maluku Tengah pada tanggal 14 Agustus 2023. Seorang yang terhormat dalam dunia pendidikan, wakil kepala sekolah di SMAN 15 Maluku Tengah bernama Maryam Latarisa (57) dibully siswanya.
ADVERTISEMENT
Dalam berbagai berita yang beredar, aksi ironis dan miris bullying yang dilakukan oleh para siswa tersebut diduga karena tidak terima kebijakan kepala sekolah yang menunjuk Maryam sebagai wakil kepala sekolah.
Diungkapkan Husein, sekretaris Disdikbud Maluku sebagaimana dikutip dari detik.com, bahwa kejadian itu dipengaruhi dua faktor, tetapi kalau kita lihat secara umum memiliki keterkaitan dengan ketidakpuasan beberapa guru dengan kepala sekolah, baik dari sisi kebijakan, manajemen, dan pengelolaan.
Menurut Husein, protes para guru tersebut ada kaitannya dengan aksi para siswa yang merundung Maryam. Sebab para siswa juga menuntut agar wakil kepala sekolah sebelumnya yang bertindak sebagai ketua gugus Pramuka tidak digantikan oleh Maryam.
Berkaca dari kasus tersebut, keharmonisan dalam dunia pendidikan tampak jelas sekali semakin menyusut. Bayangkan dan tanyakan di mana letak rasa kasih sayang dan rasa hormat kepada pendidik sampai sekumpulan siswa tega merundung seorang pendidik di area sekolah dengan masih menggunakan atribut pelajar.
ADVERTISEMENT
Sekumpulan siswa tersebut sampai mengambil kunci motor Maryam dan menyorakinya "tidak bisa pulang" secara berulang kali dan beramai-ramai. Sungguh miris dan ironis. Hal tersebut terjadi hanya karena masalah perbedaan pendapat yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat.
Sebagai manusia yang bergelut dalam dunia pendidikan, sudah seharusnya kita lebih dewasa dalam menyikapi masalah. Sikapilah masalah secara elegan, bukan dengan brutal, anarkis dan memalukan seperti kasus di atas.
Keharmonisan dalam dunia pendidikan harus dijaga dengan baik. Sebab, peran antara pendidik dan peserta didik harus saling melengkapi. Pendidik dan peserta didik sudah seharusnya saling asah, asih, dan juga asuh.
Bila terjadi masalah perbedaan pendapat yang menyangkut kepentingan bersama, sebaiknya selesaikan dengan duduk melingkar dalam ruang lingkup musyawarah untuk mufakat bersama.
ADVERTISEMENT
Mulailah kembali tanamkan dalam dunia pendidikan bahwa kita adalah keluarga yang harus menjalin keharmonisan secara berkesinambungan. Masalah akan datang silih berganti namun cinta dan afeksi akan membuat "keluarga" menjadi harmonis. Keharmonisan dalam dunia pendidikan yang terjalin dengan erat akan melahirkan personalitas yang berkualitas.