Merah ke Biru, Apakah Gangguan Internet Selesai dengan Pindah Produk?

Dhul Ikhsan
Penulis konten semenjak 2017 Lulusan Ilmu Komunikasi di Universitas Al Azhar Indonesia (2014), Bekerja sebagai Marketing Communication (2018 - 2020) Wirausaha hingga kini.
Konten dari Pengguna
28 September 2021 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhul Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Ilustrasi) Perbandingan layanan internet merah ke biru muncul saat gangguan massal terjadi. Sumber : Unsplash/Luke Chesser
zoom-in-whitePerbesar
(Ilustrasi) Perbandingan layanan internet merah ke biru muncul saat gangguan massal terjadi. Sumber : Unsplash/Luke Chesser
ADVERTISEMENT
Istilah merah ke biru sempat muncul ketika gangguan internet perusahaan berpelat merah mengalami gangguan kemarin (19/8/2021). Perihal ini sempat saya lihat dan tanggapi di salah satu kolom komentar postingan media sosial seseorang.
ADVERTISEMENT
Si pemilik akun medsos tersebut membanding-bandingkan produk layanan internet dengan istilah dua warna, yang menunjukkan dua perusahaan atau layanan berbeda. “syukur gue pake biru, bukan merah. Mending pindah provider aja,” begitu ketiknya.
Pertanyaannya, apakah dengan berpindahnya pelanggan dari merah ke biru menjadi solusi yang tepat atas gangguan internet pada hari Minggu di bulan Agustus tersebut?
Kalau kita ikuti pemberitaan tentang gangguan internet ini, persoalan terjadi di kedalaman laut 20 meter. Kabel jaringan yang berada di 1,5 km dari lepas pantai batam menjadi titik gangguan. Akibatnya, gangguan massal terjadi. Tidak mati total memang. Tapi kecepatan transfer data terjun bebas membuat pelanggan berkeringat dingin.
Perasaan kalut yang menghinggapi benak para pelanggan wajar terjadi, karena persoalan itu berlangsung disaat pergantian hari menuju Senin, di mana semua aktivitas akan dimulai. Perusahaan pelat merah itupun mengumumkan bahwa jaringan internet miliknya berangsur pulih di beberapa wilayah pada Senin siang (20/8/2021).
ADVERTISEMENT
Sekiranya dipahami, gangguan ini dimulai dari persoalan kabel di dasar laut. Yang artinya, ini persoalan infrastruktur jaringan internet.
Jaringan kabel di bawah laut itu cukup kompleks dan rumit. Pembangunannya membutuhkan dana besar hingga jutaan dolar. Para insinyur berpendapat, semakin dalam kabel tertanam, semakin baik, karena ancaman gangguan hanya sedikit.
Memilih permukaan dasar laut juga sangat penting. Karena kontur yang datar relatif tidak melewati bebatuan atau risiko lainnya di dalam sana. Oleh karenanya, sebelum pemasangan, perlu adanya penentuan rute yang ideal dan minim gangguan pada kabel yang akan dipasang.
Dapat dibayangkan sekiranya kabel di dasar laut itu mengalami gangguan. Biaya operasional perbaikan yang sangat besar perlu digelontorkan. Ada banyak sumber daya yang perlu didatangkan. Neraca keuangan menjadi tersendat. Belum lagi perusahaan terkait harus memikirkan kompensasi kepada pelanggan yang dianggap adil bagi kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Infrastruktur adalah nyawa dari perusahaan layanan internet itu sendiri. Sangat tidak pas ketika membanding-bandingkan antara layanan satu dengan yang lainnya atas gangguan berdasarkan kabel jaringan di bawah laut milik mereka.
Yang paling benar adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah layanan memperbaiki gangguan ketika infrastruktur yang mereka miliki mengalami problem?
Lalu yang kedua, bagaimana respons perusahaan ketika banyak pelanggan mengeluh atas gangguan infrastruktur tersebut?
Terakhir, kompensasi apa yang diberikan pihak penyelenggara layanan internet kepada pelanggannya ketika infrastruktur mereka menghadapi masalah?
Pada dasarnya, perusahaan jasa tidak seratus persen terlepas dari masalah. Oleh karenanya, Ketiga faktor tersebut menjadi ukuran yang paling pas ketika seseorang hendak membanding-bandingkan dua penyelenggara layanan, khususnya internet dengan model infrastruktur yang sama.
ADVERTISEMENT
Mengajak pelanggan si merah berpindah ke biru di tengah gangguan massal layanan jelas masuk kategori provokasi, karena tidak memiliki data yang sesuai untuk disajikan. Si pemberi komentar hanya memanfaatkan kondisi yang terjadi untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Istilah yang dibawa komentator di atas memang tidak terlalu jelas untuk dipahami. Namun yang pasti, “merah” yang disebutnya adalah pemilik layanan internet dari perusahaan pelat merah, sedangkan “biru” adalah sang kompetitor.
Padahal, fakta perbaikan di lapangan saat perbaikan kabel jaringan di bawah laut tidak semudah yang kita bayangkan. Ada begitu banyak sumber daya yang musti dikerahkan hingga layanan internet sepenuhnya pulih.