Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Misteri Pesugihan Gunung Kawi: Di Balik Kepercayaan dan Praktik Gaib
13 November 2024 17:45 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Raihan Subakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gunung Kawi, sebuah tempat yang sudah sangat terkenal di Pulau Jawa, bukan hanya sekadar destinasi wisata, melainkan juga menyimpan berbagai cerita mistis yang membuat banyak orang penasaran.
ADVERTISEMENT
Ziarah Leluhur dan Pesugihan Gunung Kawi
Sebagian besar pengunjung Pesarean Gunung Kawi adalah warga keturunan Tionghoa. Mereka datang untuk berziarah, terutama pada hari-hari pasaran Jawa seperti Jumat Legi, Senin Pahing, Suro, atau saat perayaan tahun baru, baik yang menggunakan kalender Jawa maupun Tionghoa. Kepercayaan ini berakar pada sejarah leluhur mereka, Ta Kie Yam (atau Pek Yam), seorang murid kesayangan Eyang Soedjo. Meskipun Pek Yam telah meninggal lebih dari 40 tahun lalu, makamnya di kawasan Pesarean Gunung Kawi tetap menjadi tujuan utama bagi keturunan Tionghoa untuk mengenang dan menghormati leluhur mereka.
Bagi mereka, ziarah ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai wujud rasa syukur kepada Eyang Soedjo, yang dianggap telah memelihara Pek Yam. Para peziarah datang dengan doa, berharap agar berkah dan kemakmuran mengalir dalam kehidupan mereka. Kepercayaan ini semakin berkembang seiring waktu, dengan keyakinan bahwa semakin sering berziarah, semakin besar pula kemungkinan mereka mendapatkan keberkahan.
ADVERTISEMENT
Pesugihan Gunung Kawi: Keinginan Kekayaan yang Membawa Malapetaka
Di kawasan yang dikenal dengan pesugihan Gunung Kawi, banyak orang yang datang dengan niat awal mencari berkah atau pertolongan. Namun, tak sedikit dari mereka yang akhirnya terjerumus dalam pencarian kekayaan secara instan. Pesugihan Gunung Kawi diyakini terletak di antara makam dan petilasan Prabu Kameswara I. Area ini dianggap penuh dengan makhluk astral dan energi gaib yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka yang terjebak dalam praktik pesugihan.
Beberapa orang yang pernah berkunjung menggambarkan Gunung Kawi sebagai semacam "supermarket" pesugihan, tempat di mana berbagai jenis makhluk gaib, mulai dari tuyul hingga buto ijo, bisa ditemukan. Salah satu jenis pesugihan yang paling dicari adalah pesugihan siluman monyet. Monyet-mon-yet yang sering terlihat di sekitar kawasan ini dipercaya merupakan manifestasi dari sukma-sukma yang dikorbankan oleh mereka yang ingin memperoleh kekayaan secara cepat.
ADVERTISEMENT
Namun, pesugihan Gunung Kawi ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan makam Eyang Zakaria II, Eyang Raden Mas Soedjono, atau petilasan Prabu Kameswara. Pesugihan ini muncul akibat kesalahan langkah orang-orang yang mencari jalan pintas menuju harta dengan cara yang tidak benar.
Cerita di Balik Ritual Pesugihan
Pelaku pesugihan di Gunung Kawi umumnya adalah orang yang sudah berkeluarga. Mereka sering kali datang bersama seseorang yang memiliki koneksi dengan dukun pesugihan di tempat tersebut. Dalam perjalanan menuju tempat pemujaan, mereka akan bertemu dengan sosok misterius yang dikenal sebagai "Surojoyo", yang seringkali menyamar sebagai petani atau pencari rumput. Jika sosok ini melarang mereka melanjutkan perjalanan, sebaiknya mereka menunda niat mereka. Namun, jika mereka diperbolehkan, perjalanan akan berlanjut menuju keraton lelembut di Gunung Kawi.
ADVERTISEMENT
Dampak Tragis Pengorbanan
Begitu kambing kendit disembelih, nasib orang yang paling disayangi pelaku pesugihan akan langsung terhubung dengan hewan tersebut. Ketika kambing itu mati, korban pesugihan juga akan merasakan dampak tragis yang sama, seperti kecelakaan atau peristiwa lain yang berujung pada kematian. Konon, itulah cara kerja pesugihan di Gunung Kawi yang berbahaya.
Selain itu, beberapa hewan yang terlihat di sekitar Gunung Kawi, seperti monyet, juga bisa saja merupakan korban dari praktik pesugihan yang dilakukan oleh keluarga mereka sendiri. Kadang-kadang, dukun yang bekerja dengan penguasa Gunung Kawi memberi petunjuk kepada pelaku untuk membawa makanan kesukaan anak yang telah mereka jadikan tumbal. Seringkali, monyet kecil akan datang, mengambil makanan tersebut, dan memakannya sambil menangis, yang dianggap sebagai simbol penderitaan anak yang dikorbankan oleh orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan: Antara Mitos dan Kenyataan
Pesugihan Gunung Kawi adalah sebuah fenomena yang tidak hanya menyangkut keyakinan spiritual dan tradisi, tetapi juga mencerminkan sisi gelap dari manusia yang ingin meraih kekayaan dengan cara-cara yang tidak wajar. Cerita-cerita yang berkembang di sekitar tempat ini menambah misteri, tetapi juga mengingatkan kita akan bahaya dari keinginan untuk memperoleh sesuatu dengan cara instan. Apapun yang terjadi di Gunung Kawi, satu hal yang pasti: kekayaan yang diperoleh dengan cara yang salah selalu memiliki harga yang sangat mahal.