Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Estetika Alun-Alun Surya Kencana Gunung Gede yang Sirna Akibat Sampah
23 Februari 2025 11:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Robith Faizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Alun-Alun Surya Kencana merupakan salah satu spot favorit yang ada di Gunung Gede, Jawa Barat. Tempat ini selalu memiliki daya tariknya tersendiri bagi siapapun yang mengunjunginya. Hamparan bunga Edelweiss di sekitar sabana yang luas menawarkan panorama estetik. Sesekali, kabut tipis menghampiri tempat ini yang membuat suasana semakin syahdu.
ADVERTISEMENT
Buat yang mungkin belum tahu, Alun-Alun Surya Kencana adalah sabana yang membentang luas kurang lebih lima puluh hektar. Lokasinya sendiri berada di pos 5 jalur pendakian pada ketinggian 2.750mdpl.
Alun-Alun Surya Kencana sering dijadikan sebagai spot favorit untuk mendirikan tenda para pendaki Gunung Gede yang naik dari jalur Putri, Cianjur ataupun Selabintana, Sukabumi. Tempat ini merupakan pos terakhir sebelum melakukan summit menuju puncak Gunung Gede
Kalau pas musim hujan, biasanya terdapat aliran air yang bisa dipakai untuk mengisi ulang persediaan air. Saya sendiri tidak menyarankan untuk mengambil air untuk dipakai keperluan konsumsi. Bukan tanpa alasan, ada banyak sampah yang berserakan di sekitar sumber air Surya Kencana. Oleh karenanya, atas dasar kesehatan lebih baik jangan mengambil air dari sana.
ADVERTISEMENT
Dikecewakan oleh pemandangan sampah
Pada tanggal 18 November 2024 lalu, saya bersama seorang kawan sebut saja Rehan mendaki Gunung Gede untuk kedua kalinya. Waktu itu, saya memang sengaja ingin mengunjungi Alun-Alun Surya Kencana atas dasar keingintahuan. Kali pertama saya mendaki Gunung Gede pada bulan September 2024 belum terpuaskan karena tidak bisa sampai ke Surya Kencana. Maklum, jalur yang saya tempuh sebelumnya sih lewat Cibodas jadi nggak melewati tempat itu.
Setelah bersusah payah berjalan selama lima jam, saya pun tiba Surya Kencana untuk pertama kalinya. Setibanya di sana, bukannya rasa takjub yang saya dapat, melainkan rasa kecewa akibat pemandangan sampah.
Alih-alih bisa menikmati suasana syahdu, saya justru kecewa dengan kondisi tempat itu yang penuh ironi. Banyak sekali sampah yang dibiarkan begitu aja. Pemandangan ini cukup mengganggu suasana hati.
ADVERTISEMENT
Sampah-sampah yang saya temukan di antaranya berupa sampah plastik berasal dari kemasan makanan dan botol minuman. Beberapa sampah yang saya lihat sudah cukup lama dibiarkan.
“Kok bisa ada orang yang naik gunung buat menikmati keindahan alam, tapi malah mengotorinya pake buang sampah sembarangan segala.”
ujar Rehan dengan raut wajah kecewa
Saya turut mengamini apa yang dirasakan oleh kawan saya satu itu. Sampah mana yang bisa bersih dengan sendirinya, apalagi di alam terbuka seperti gunung. Lain lagi kalau sampah yang dibuang itu mudah terurai. Kalau begini, ekosistem akan jadi terganggu gara-gara ulah segelintir orang gak tahu diri.
Bahaya zat kimia sampah plastik bagi ekosistem
Mengutip penjelasan dari National Geographic, sampah plastik. Kandungan zat kimia yang sering digunakan untuk membuat plastik kemasan makanan atau minuman umumnya seperti Polietilen Tereftalat (PET), Polipropilena (PP), Polistirena (PS). Nah, mikroorganisme pengurai gak bisa menguraikan sampah yang mengandung zat kimia tersebut dengan mudah. Butuh waktu ratusan tahun agar sampah plastik bisa benar-benar terurai.
ADVERTISEMENT
Kita semua sepakat bahwa sampah plastik menyimpan dampak buruk terhadap ekosistem. Ini karena ekosistem yang tercemar sampah plastik akan keberlangsungan makhluk hidup dan lingkungan itu sendiri. Bayangin deh, air dan tanah yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup jadi tercemar hanya karena ulah manusia yang suka buang sampah sembarangan.
Aturan manajemen sampah yang kurang tegas
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango selaku pengelola kawasan belum tegas dalam mengatasi permasalahan sampah. Petugas registrasi pendakian hanya menghimbau para pendaki untuk membawa turun sampah saja. Tidak ada pengecekan ulang sampah ketika turun.
Menurut saya, hal tersebut membuat orang-orang menganggap sepele himbauan petugas. Akan lebih jika pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menerapkan aturan yang lebih ketat soal sampah.
ADVERTISEMENT
Mari mencontoh Taman Nasional Gunung Merbabu yang menerapkan pengecekan potensi sampah dari barang bawaan ketika naik maupun sesudah pendakian. Adapun sanksi bagi pelanggar adalah membayar denda sebesar Rp50.0000 per item yang tidak dibawa turun. Dengan begini, jumlah manusia-manusia yang suka buang sampah sembarangan akan berkurang.