Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Mendalami Makna Simbolis di Balik Perayaan Sekaten
17 Juli 2023 21:40 WIB
Tulisan dari Ivanda Charlietta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Yogyakarta terkenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang masih mempertahankan adat istiadat daerahnya sampai saat ini. Salah satu upacara yang rutin digelar setiap tahun ialah perayaan Sekaten. Istilah Sekaten berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Sekaten merupakan acara perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang rutin dilaksanakan setiap tanggal 5 sampai 11 Rabi'ul Awal atau dalam kalender Jawasama dengan bulan Mulud.
ADVERTISEMENT
Upacara Sekaten diawali dengan iring-iringan para abdi dalem yang membawa gamelan Jawa bernama Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Selanjutnya, gamelan Kyai Nogowilogo akan ditempatkan di sisi utara Masjid Agung dan gamelan Kyai Gunturmadu akan diletakkan di Pagongan yang berada di sisi selatan masjid. Gamelan ini akan dimainkan selama 7 hari acara perayaan Sekaten dan akan dikembalikan ke Keraton di malam terakhir perayaan. Kemudian, perayaan Sekaten akan diakhiri dengan acara grebeg Gunungan Sekaten.
Latar Belakang Perayaan Sekaten
Sekaten dulunya merupakan salah satu prosesi dalam upacara tradisional yang rutin dilakukan oleh raja-raja Jawa setiap tahunnya. Sekaten pada jaman dahulu dilakukan untuk memohon keselamatan negara atau kerajaan agar TuhanYang Maha Esa selalu memberikanperlindungan dan keselamatan kepada Raja dan seluruh rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Sunan Kalijaga sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa menggunakan gamelan sebagai salah satu media penyebaran agama Islam pada masyarakat di tanah Jawa pada masa itu. Usaha Sunan Kalijaga dapat dikatakan sukses pada saat itu karena masyarakat mulai berbondong-bondong memasuki masjid lalu kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat ketika gamelan tersebut dimainkan. Prosesi membunyikan gamelan ketika perayaan Sekaten kemudian dilanjutkan oleh Sultan Hamengkubuwono I dan terus berkembang sampai saat ini.
Makna Simbolis Perayaan Sekaten
Upacara perayaan Sekaten memiliki banyak ritual simbolis yang sarat nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai yang terkadung dalam perayaan Sekaten yakni nilai keagamaan dan nilai sosial budaya. Sekaten sejak dahulu digunakan sebagai salah satu cara menyampaikan ajaran agama Islam yang dikemas dalam ritual seni yang digemari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Perayaan Sekaten terdiri atas berbagai simbol-simbol filosofis yang mengandung nilai-nilai yang diyakini dapat mengungkapkan makna subjektif dari pelakunya. Salah satu contoh dari simbol filosofis ini ialah pengucapan dua kalimat syahadat yang tidak hanya diucapkan melalui mulut tetapi juga harus dijalankan dalam dimensi transeden dan imanen. Makna simbolik lainnya yang dapat ditemukan dalam upacara perayaan Sekaten, ialah mengunyah sirih (kinang), cambuk (pecut), dan telur asin (endog amal). Makna simbolik ini kemudian akan membantu masyarakat untuk mempertajam tingkah laku berbudaya.