Tari Tanggai

Fina Damayanti
Mahasiswa Universita Negeri KYAI HAJI SAIFUDDIN ZUHRI Purwokerto
Konten dari Pengguna
20 Mei 2022 10:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fina Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumen Pribadi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen Pribadi Penulis
ADVERTISEMENT
Tari tanggai merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang berasal dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini sudah terlahir sejak lama dan tersebar secara turun-temurun. Sebelum masa kerajaan Sriwijaya tarian ini sudah dipakai sebagai sarana persembahan yang dihadirkan kepada Dewa Siwa. Dan persembahan ini dilakukan sebagai sarana pengantar sesajian yang berisikan buah-buahan dan beraneka macam bunga untuk mengharapkan keselamatan. Karena tarian ini digunakan sebagai sarana persembah maka tarian ini dulunya dikategorikan sebagai tarian sakral (Sartono 2007:7).
ADVERTISEMENT
Namun lebih jelasnya bahwa sekarang tarian ini di gunakan oleh masyarakat Palembang sebagai sarana kebutuhan sosial, seperti digunakan dalam penyambutan tamu, pesta pernikahan, dan sebagai sarana untuk membuka acara-acara resmi. Namun selain acara-acara resmi tarian ini juga sudah dijadikan sebagai tarian untuk tontonan ataupun hiburan. Tarian ini bertujuan untuk memeriahkan suatu acara dan untuk berpesta. Berbeda dengan tarian-tarian yang lain bahwasanya tarian ini tidak ada keterlibatan penonton untuk ikut menari bersama, tapi tarian ini mengaitkan penonton sebagai penerima suguhan sekapur sirih sebagai simbol penghormatan dalam kebudayaan Palembang. Bentuk atau cara menghiburnya yaitu pada saat seorang penari primadona maju kedepan menemui para tamu untuk melakukan proses menyirih sebagai suatu bentuk penghormatan.
ADVERTISEMENT
Jadi pada dasarnya tarian ini menggambarkan suatu keramahan dan suatu bentuk kehormatan dari masyarakat Palembang atas kehadiran seorang tamu. Tarian ini mengandung makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara kepada para tamunya. Simbol yang menunjukkan penghormatan dari tarian ini yaitu dilihat dari bentuk koreo tariannya yaitu ketika penari melakukan gerakan sembah dimana kedua telapak tangan dipertemukan di depan dada.
Tari tanggai pertama kali di ciptakan oleh seorang seniman Sumatera yaitu Elly Rudi yang mana kini telah berusia 73 tahun (Sartono 2007). Nama lengkapnya yaitu Elly Anggraini Soewondo. Dan hasil dari karyanya ini ternyata sudah tersebar luas sampai ke penjuru dunia. Sementara penamaan dari tarian ini sendiri diambil dari aksesoris yang khas dipakai oleh para penarinya yaitu berupa kuku palsu atau tanggai yang dipasangkan di delapan jari kecuali dua ibu jari. Bentuk khas bahkan yang menjadi ciri dari tarian ini yaitu di lihat dari ragam busana penari yang dipakainya dan pemakaian kuku tanggai palsu yang menjadi simbol utama dari tarian ini.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Palembang merupakan salah satu masyarakat yang disebut mudah bergaul dan mudah akrab dengan tamunya. Bentuk khas dari kultur tersebut yaitu dilihat dari tuan rumahnya sendiri ataupun dari suatu instansi yang memiliki suatu acara yang akan kedatangan tamu. Dari sini maka tuan rumah ataupun instansi tersebut resmi menyajikan tari tanggai di awal acara sebagai tanda bahwa acara tersebut akan segera dimulai. Proses penyambutan tamu ini yaitu melalui penyajian tari tanggai yang ditarikan oleh penari remaja putri berparas menarik dengan menggunakan busana khas Palembang yaitu seperti halnya kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urai atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku yang terbuat dari lempengan tembaga.
ADVERTISEMENT
Tari tanggai di tarikan oleh penari perempuan berjumlah ganjil. Tarian ini boleh ditarikan secara tunggal, berkelompok ataupun kolosal. Jumlah penari ganjil menjadi kebakuan dalam kebutuhan jumlah penari dikarenakan pencipta tarinya yaitu Elly Rudi mempedomani tradisi Rasan Tuo, dimana salah seorang penari menjadi primadona. Tradisi Rasan Tuo merupakan suatu kegiatan menyampaikan kehendak orang tua untuk menentukan jodoh bagi anak laki-laki nya. Berdasarkan hal tersebut maka penari tari tanggai yaitu perempuan dan tidak di tarikan oleh laki-laki. Bentuk tari tanggai yang di ciptakan oleh Elly Rudi ini merupakan bentuk tari yang konvensional di Palembang dengan gaya dan ciri khasnya yang terletak pada teknik menarinya, sehingga versi tari dari Elly Rudi ini lebih banyak dipakai dan dikenal oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tari tanggai yang diciptakan oleh Elly Rudi ini mempunyai kemiripan dengan tari gending sriwijaya, karena dalam penataan gerak Elly Rudi ini mengacu pada gerakan tari gending sriwijaya yang mana menjadi filosofi mengenang kerajaan Sriwijaya di Palembang. Maka dari itu untuk membedakan antara keduanya yaitu dengan melihat dari busana atau kostum yang dipakai oleh para penarinya. Jika para penari gending sriwijaya mereka itu memakai busana baju aesan, memakai mahkota besar berwarna emas, serta dengan ikatan selendang mantra pada bagian pinggangnya. Sedangkan jika tari tanggai busananya yaitu terdiri dari bawahan yang berupa kain songket, dengan atasannya yaitu dodot.
Ada empat macam penataan busana atau kostum yang dipakai oleh penari tari tanggai yaitu seperti asean dodot, asean pak sangkong, asean gede serta selendang mantri (asean gandik). Busana atau kostum tersebut harus dipakai sesuai dengan tema acaranya pada saat itu. Dan juga harus memperhatikan baik-baik situasi dan kondisi yang ada pada saat pementasan tari tanggai. Misalnya pada saat acara resepsi pernikahan penari tidak boleh memakai asean gede, karena pada saat itu pengantinnya sudah menggunakan pakaian tersebut. Oleh karena itu penari seharusnya memakai asean mantri, asean pak sangkong, ataupun asean dodot dengan motif yang berupa songket dalam tarian ini. Sehingga atas kombinasi dan kepaduan antara busana ini dan juga gerakan dari tariannya dapat menambah nilai estetika dalam tarian tersebut.
ADVERTISEMENT
Terkait yang sudah dijelaskan bahwasanya tari tanggai termasuk kedalam tarian tradisional, karena sejarah tarian ini memang telah mengalami perjalanan yang cukup panjang dan selalu bertumpu pada pola tradisi yang telah ada (Soedarsono 1978:13).
Seiring dengan perkembangannya tarian ini juga memiliki banyak fungsi seperti simbol penghormatan tamu, sebagai sarana upacara pernikahan, sebagai hiburan, sebagai legitimasi, serta sebagai media pendidikan.
Itulah tari tanggai yang menjadi tarian khas dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Yang menjadi salah satu tarian penyambutan di bumi Sriwijaya dengan kepribadian masyarakatnya yang begitu memuliakan tamu.