Strategi Peningkatan Literasi Asuransi Syariah di Indonesia

Fajar Sidik
ASN di Kanwil DJPb Provinsi Lampung (Kementerian Keuangan)
Konten dari Pengguna
27 Juli 2022 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Sidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fajar Sidik S.H., M.Medkom.
zoom-in-whitePerbesar
Fajar Sidik S.H., M.Medkom.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan asuransi syariah cukup signifikan di masa pandemi. Tercatat Aset asuransi syariah sampai 30 September 2021 mencapai Rp 43,63 triliun atau meningkat 6,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp 41,16 triliun. Bahkan kontribusi bruto asuransi syariah meningkat signifikan sebesar 41,32 persen yakni mencapai Rp 16,8 triliun dibandingkan periode September Tahun 2020 yang hanya membukukan transaksi sebesar Rp 11,95 triliun (Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia sebagaimana dipublikasikan republika.co.id tanggal 23 Desember 2021)
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, industri asuransi syariah mengalami perkembangan positif. Sampai dengan Triwulan II tahun 2021 (Data AASI) terdapat 58 perusahaan asuransi syariah. Dengan jumlah penduduk muslim sebesar 237 juta jiwa, maka potensi pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia masih sangat besar.Oleh karena itu, melihat sisi potensi pertumbuhan dan beban literasi asuransi syariah yang saat ini dihadapi, maka perlu disusun strategi komunikasi yang baik. Peningkatan literasi publik akan selaras dengan pertumbuhan nasabah asuransi syariah.
Strategi komunikasi sangat penting sebagai guidence organisasi dalam mencapai tujuannya. Apalagi ditengah kondisi saat ini yang belum sepenuhnya melewati masa pendemi covid-19, maka strategi komunikasi perlu disusun dengan sangat baik dan terukur sekaligus menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan asuransi syariah.
ADVERTISEMENT
Adapun strategi yang perlu dilaksanakan Antara lain :
Pertama, pemilihan komunikator yang memiliki kredibilitas dan penguatan pesan yang akn disampaikan. Dengan komunikator yang dipercaya dan pesan yang kuat dan singkat, maka literasi asuransi akan berjalan dengan baik. Misalkan seorang influencer menjadi komunikator edukasi asuransi dengan pesan kunci seperti (contoh) ”Asuransi Syariah : Dikelola Secara Syar’i, Hati-hati Dalam Investasi, Mudah Klaim Premi”.
Kedua, pemilihan media komunikasi yang tepat. Seiring pesatnya perkembangan teknologi, menyediakan pilihan media komunikasi yang dapat digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan. Pemilihan media komunikasi yang tepat, akan mendukung efektivitas penyampaian pesan yang diinginkan kepada komunikan. Kondisi saat ini, tentu pilihan paling sesuai dalam mendistribusikan pesan yakni menggunakan media komunikasi berbasis internet, video maupun media lain yang dapat diakses oleh teknologi komunikasi seperti smartphone.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media berbasis internet sangat tepat digunakan dalam upaya peningkatan literasi publik. Selain jangkauannya yang luas, juga meminimalisir terjadinya tatap muka yang membuka peluang terjadinya penyebaran virus Covid-19 seperti saat ini. Semakin luas sebaran informasi, maka akan semakin banyak masyarakat mengetahui terkait asuransi syariah
Ketiga, Pembentukan duta edukasi asuransi hingga level desa. Bekerjasama dengan pemerintah desa maka literasi akan semakin luas menjangkau, lebih tepat sasaran dan informasi yang disampaikan lebih mudah diterima masyarakat. Melalui mensinergikan duta posyandu sebagai duta edukasi asuransi, maka literasi asuransi akan semakin membumi.
Seluruh strategi komunikasi yang diterapkan akan meningkatkan pemahaman publik tentang asuransi syariah. Apabila seluruh strategi dijalankan dengan baik dan simultan, maka tujuan akhir bahwa Masyarakat Indonesia Butuh Asuransi Syariah akan dapat tercapai. Apalagi kondisi saat ini yang belum sepenuhnya Indonesia dan dunia melalui pandemi, tentu akan mendukung pesan literasi publik dapat tercapai lebih baik.
ADVERTISEMENT