Konten dari Pengguna

Mengenal Self-Diagnosis dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental Kamu!

Davina Indah Parmeswari
Mahasisiwi Universitas Bina Nusantara
19 Januari 2023 9:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Davina Indah Parmeswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kesehatan mental ibu atau wanita alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kesehatan mental ibu atau wanita alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental telah menjadi sorotan masyarakat Indonesia, terutama pada generasi muda.
ADVERTISEMENT
Di zaman sekarang ini, sudah banyak orang yang melek akan pentingnya kesehatan mental. Sudah banyak pula sumber yang membahas mengenai hal tersebut. Tetapi, maraknya konten yang ada di media sosial atau internet, justru dapat menjadi pisau bermata dua.
Selain mendapatkan manfaat dari sumber-sumber tersebut, ternyata juga dapat menimbulkan sebuah permasalahan baru. Permasalahan yang muncul dari maraknya informasi mengenai kesehatan mental di media sosial adalah kasus self-diagnosis.
Self-diagnosis atau diagnosis mandiri adalah ketika seseorang mendiagnosis gangguan kesehatan dirinya sendiri tanpa sepengetahuan ahli di bidangnya. Hal ini dapat menjadi berbahaya, karena seseorang yang melakukan self-diagnosis cenderung menganggap asumsinya tepat.
Hal yang membuat self-diagnosis menjadi hal yang buruk adalah desain algoritma mesin pencari (search engine) di internet. Ketika memasukkan sebuah kata kunci yang berkaitan dengan gangguan kesehatan mental, search engine kerap memberikan informasi tentang beberapa penyakit yang paling serius dibanding menampilkan penyakit yang ringan terlebih dahulu. Misalnya jika kamu mengetik kata 'sakit kepala', biasanya penyakit-penyakit berat seperti tumor otak yang akan muncul di urutan teratas.
ADVERTISEMENT

Dampak dari self-diagnosis

Setiap hal pasti memiliki hal positif dan negatifnya. Begitu juga dengan self-diagnosis yang menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat terutama generasi muda. Berikut ini adalah beberapa bahaya dan dampak dari self-diagnosis terhadap kesehatan mental, yaitu;
1. Kesalahan Penanganan
Salah satu contoh kasus self-diagnosis misalnya ketika seseorang merasa dirinya mengidap gangguan mental attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), karena ia merasa sulit untuk fokus pada sesuatu. Padahal, bisa saja orang tersebut mengidap gangguan mental lain seperti gangguan kecemasan atau depresi. Jika orang tersebut melakukan pengobatan secara mandiri, hal ini dapat menjadi berbahaya. Pengobatan mandiri berlandaskan self-diagnosis dapat menyebabkan kesalahan penanganan yang tentunya berbahaya bagi kesehatan mental seseorang.
Contoh kasus kesalahan penanganan lainnya adalah ketika pelaku self-diagnosis merasa mengalami gangguan kesehatan mental, padahal mungkin saja ia sebenarnya mengalami gangguan kesehatan jasmani. Misalnya ketika seseorang merasa sering sakit kepala dan menganggap dirinya mengidap gangguan depresi, bisa saja sebenarnya ia hanya mengalami dehidrasi atau bahkan tumor otak.
ADVERTISEMENT
2. Meningkatkan Kecemasan Secara Berlebihan
Orang yang melakukan self-diagnosis tidak akan memikirkan kemungkinan gangguan kesehatan mental lain jika sudah meyakini satu gangguan kesehatan mental karena merasa ciri-cirinya cocok. Jika sudah dalam tahap ini, seseorang yang melakukan self-diagnosis akan terus menggali informasi mengenai gangguan mental yang diyakini diidapnya.
Ketika orang tersebut menemukan dampak-dampak dari gangguan mental yang diyakininya berdasarkan self-diagnosis, meningkatnya kecemasan secara berlebihan dapat terjadi. Ketika kecemasan terus tumbuh secara berlebihan, ancaman gangguan kesehatan lain yang tentunya berbahaya malah muncul pada pelaku self-diagnosis, yaitu gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Gangguan kecemasan atau anxiety disorder adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang cukup berbahaya. Anxiety disorder adalah kondisi ketika seseorang mengalami kecemasan secara berlebihan yang dapat mengakibatkan mulai dari gejala fisik seperti napas yang tidak teratur seperti akan pingsan, detak jantung yang cepat, tubuh gemetar, sulit tidur, menurunnya nafsu makan, dan mulut kering. Gejala mental dan emosional yang dapat muncul dari anxiety disorder meliputi sulit untuk fokus atau berkonsentrasi, merasa panik, gugup, ketakutan, mudah letih, dan mudah marah.
ADVERTISEMENT
3. Memperburuk Kondisi Diri
Penting untuk menjaga kesehatan diri dengan serius dan secara aktif mencari jawaban ketika sesuatu tampak tidak normal. Ada banyak sumber daya online yang bagus. Namun, ada juga banyak konten yang menyesatkan. Ketika diagnosis diri mengarah pada pengobatan sendiri, kamu mungkin tidak hanya memperburuk kondisimu saat ini tetapi juga mempersulit pengobatan di kemudian hari. Jika kamu mencari jawaban secara online dan merasa seolah-olah dirimu telah menemukan diagnosis potensial, bicarakan dengan profesional untuk mengkonfirmasi temuan yang kamu dapatkan. Mengambil langkah ini dapat membuat perbedaan besar dalam hal kesehatan, kualitas hidup, dan masa depan kamu.
Menyadari dan mengetahui kondisi kesehatan mental diri sendiri adalah hal yang sangat penting, terutama merasakan ada sesuatu yang janggal dalam diri kita. Tetapi, jangan lakukan self-diagnosis ketika kita ingin memeriksa kesehatan mental. Sumber referensi mengenai kesehatan mental di internet memang banyak, namun tidak sedikit konten yang menyesatkan (misleading). Bisa saja hal ini malah memperburuk kondisi kamu dan menjadikan pengobatan di kemudian hari semakin sulit untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
Diagnosis terhadap kondisi kesehatan mental merupakan sebuah proses yang rumit, terutama jika kamu menunjukkan gejala yang terkait dengan berbagai penyakit mental. Jadi, sudah seharusnya kita menghubungi tenaga ahli di bidang kesehatan mental seperti psikolog dan psikiater jika hendak memeriksa kesehatan mental.