Konten dari Pengguna

Membangun Mental Anak yang Tangguh di Era Digital

Riski Sirait (Ekonomi dan Manejemen)
Mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas
21 November 2024 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riski Sirait (Ekonomi dan Manejemen) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
( sumber:https://pixabay.com )
zoom-in-whitePerbesar
( sumber:https://pixabay.com )
ADVERTISEMENT
Anak-anak saat ini hidup dalam lingkungan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di tengah derasnya informasi, pengaruh media sosial, dan perkembangan teknologi yang serba cepat. Tanpa pendampingan yang tepat, semua itu bisa menjadi beban bagi mental mereka. Kita sering mendengar cerita tentang anak-anak yang merasa tidak cukup baik karena tekanan dari media sosial atau yang kesulitan membangun hubungan nyata akibat terlalu banyak waktu di depan layar.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, tangguh secara mental bukan berarti anak tidak pernah merasa sedih, kecewa, atau takut. Sebaliknya, ketangguhan adalah kemampuan untuk mengenali emosi, menghadapinya, dan bangkit kembali setelah menghadapi tantangan. Di sinilah peran orangtua menjadi krusial.
Sebagai orangtua atau figur dewasa, kita memiliki tanggung jawab untuk membangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Kita harus hadir sebagai pendengar yang baik, sehingga mereka merasa nyaman berbagi cerita, termasuk tentang pengalaman mereka di dunia digital. Selain itu, penting juga bagi kita untuk mengajarkan nilai-nilai seperti rasa percaya diri, integritas, dan empati, yang dapat menjadi pegangan mereka dalam menghadapi tekanan dari luar.
Namun, mendidik anak di era digital tidak cukup hanya dengan berbicara. Kita harus menjadi teladan dalam menggunakan teknologi secara bijak. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadget, mereka akan meniru kebiasaan itu. Sebaliknya, jika kita menunjukkan keseimbangan antara dunia digital dan aktivitas nyata, anak-anak akan lebih mudah memahami pentingnya hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Saya percaya, membangun mental anak yang tangguh juga memerlukan keberanian untuk menetapkan batasan. Kita perlu memastikan anak-anak memiliki waktu untuk menjalani kehidupan di luar dunia digital—bermain di alam, berinteraksi langsung dengan teman, dan mengeksplorasi minat mereka. Semua itu membantu mereka memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari layar.
Tentu, tidak ada pendekatan yang sempurna dalam mengasuh anak di era digital. Namun, yang penting adalah kita terus belajar dan beradaptasi dengan kebutuhan mereka. Ketangguhan mental anak-anak kita adalah investasi untuk masa depan mereka, dan peran kita sebagai orangtua adalah fondasi utama dalam membentuknya.
Sebagai masyarakat, kita juga perlu mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan ini. Saya percaya bahwa dengan kerjasama yang baik antara orangtua, sekolah, dan komunitas, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang kuat, percaya diri, dan mampu menghadapi dunia digital dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Membangun mental anak yang tangguh di era digital membutuhkan keterlibatan aktif orangtua dalam mendidik, mendampingi, dan memberi teladan yang baik. Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak dapat menghadapi tantangan zaman ini dengan rasa percaya diri, kemampuan adaptasi, dan kesehatan mental yang terjaga. Orangtua bukan hanya pendukung, tetapi juga mitra utama dalam membentuk generasi yang tangguh dan siap menghadapi masa depan.