Konten dari Pengguna

Saatnya Memetik Buah Ramadan

Bambang Edi S dr SpA MKes
Dokter spesialis anak di RS PKU MUhammadiyah Gamping dan RS AMC Muhammadiyah Yogyakarta Dosen di FKIK UMY Relawan kemanusiaan BSMI DIY
3 Mei 2022 6:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bambang Edi S dr SpA MKes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kepedulian sosial dari dokumen BSMI DIY / koleksi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kepedulian sosial dari dokumen BSMI DIY / koleksi penulis
ADVERTISEMENT
Ramadan dikenal dengan beberapa sebutan, antara lain bulan pendidikan, bulan latihan dan bulan bakti (bulan ibadah). Syawal sebagai bulan selanjutnya bermakna peningkatan, sehingga kita mengharapkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama bulan Ramadan akan berbuah berupa peningkatan kualitas sumber daya insani setelah Ramadan berakhir. Taqwa sebagai tujuan ibadah puasa sendiri bermakna hati-hati dan sehat rohani, namun demikian ternyata puasa juga bermanfaat memperbaiki kualitas kesehatan jasmani maupun kesehatan mental emosional dan kesehatan sosial. Jadi, puasa Ramadan diharapkan dapat memperbaiki kesehatan secara holistik, sebagaimana dimaksudkan oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO) maupun Kementrian Kesehatan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ramadan telah mendidik dan melatih kita untuk mempunyai keterbukaan pikiran dan hati untuk belajar sepanjang hayat, memahami petunjuk hidup secara komprehensif dan selanjutnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehati-hatian dan disiplin selama Ramadan dalam pola konsumsi, komunikasi verbal maupun manajemen hati sudah seharusnya kita pertahankan pasca Ramadan. Ramadan juga melatih kita untuk beribadah dengan tekun dan khusyu (hablum minallah)serta melatih kepekaan sosial kita (hablum minannas) dengan merasakan penderitaan akibat rasa lapar yang harus ditahan selama satu hari dan berulang selama tiga puluh hari.
Kesehatan mental emosional kita telah dilatih dengan latihan menahan amarah, memaafkan orang lain, sabar, tidak mudah patah semangat, jauh dari kecemasan dan kekhawatiran. Ramadan mentradisikan kita dengan berbagai sedekah dan denda puasa pun dapat diberikan dalam bentuk membayar fidyah. Kepasrahan total kepada Allah selama Ramadan serta kebiasaan bersedekah mencegah kita dari gangguan mental emosional seperti rasa cemas (anxiety), depresi atau sikap egois. Peduli kepada saudara dan tetangga serta fakir miskin dan anak yatim menjadi buah Ramadan yang perlu dipertahankan. Semoga Mom dan seluruh keluarga dapat memetik buah ramadan dengan sebaik-baiknya. Jika Ramadan adalah bulan latihan, syawal bukan bulan balas dendam atau pelampiasan, karena di bulan syawal ini kita dianjurkan untuk melanjutkan puasa kita dengan puasa syawal dan puasa sunnah lain seperti puasa senin kamis atau puasa Daud hingga Ramadan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, jika Ramadan adalah bulan pendidikan dan pelatihan maka Rasul SAW dan sahabat-sahabatnya yang mulia memberikan contoh cara mempertahankan spirit Ramadan dengan berdoa agar amal mereka diterima selama beberapa bulan ke depan dan bersambung dengan doa agar mendapat kesempatan bertemu bulan Ramadan pada tahun berikutnya. Doa yang dilantunkan antara lain bermakan sebagai berikut Artinya: "Ya Allah, janganlah Kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi dan jadikan aku sebagai orang yang engkau murkai.