Toleransi di Lereng Gunung Semeru

Dwi Putri Lestari
Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
19 Januari 2022 17:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Putri Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture by Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Picture by Pixabay
ADVERTISEMENT
Lumajang merupakan kota kecil dengan sejuta keindahan alam tak heran banyak wisatawan yang marak datang ke kota Lumajang hanya untuk menikmati keindahan alam yang dimiliki Lumajang
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, di penghujung tahun 2021 Lumajang berduka. Semeru dengan gagahnya mengeluarkan lahar panas dan disusul dengan gumpalan awan panas, yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Jembatan yang menghubungkan kota Lumajang dan kota Malang terputus total, permukiman warga sudah tidak bisa di tempati lagi. Suasana yang masih mencekam ini membuat masyarakat di lereng gunung Semeru melakukan ritual sesajen pada 40 hari sejak adanya erupsi gunung Semeru di penghujung tahun 2021. Warga yang masih selamat dari letusan gunung Semeru mengungsi di pos pengungsian terdekat, dan bantuan logistik tak pernah berhenti berdatangan.
Namun, akhir-akhir ini telah beredar sebuah video yang memperlihatkan seorang pria yang menendang sesajen di salah satu desa yang terdampak letusan gunung Semeru. Kejadian itu diduga karena sesajen yang dianggap perbuatan syirik atau melenceng dari ajaran agama terutama agama Islam. Sayangnya kejadian tersebut berakhir viral, dan kemudian dilaporkan ke pihak berwajib karena dianggap mengganggu toleransi umat beragama.
ADVERTISEMENT
Atas kejadian yang viral itu, Bupati Lumajang Thoriqul Haq telah memerintahkan kepada pihak-pihak terkait untuk menangkap orang di dalam video. Bapak Thariqul Haq juga mengingatkan kepada semua warganya untuk selalu hidup bertoleransi. Hal itu dikarenakan masyarakat Lumajang mempunyai agama, budaya dan kepercayaan masing-masing. Jadi bukan hal yang tabu jika di sekitar lereng gunung Semeru ditemui ada sesajen.
Sesajen itu sendiri berasal dari kata sajen yang artinya makanan (bunga-bungaan dan sebagainya) yang disajikan kepada orang halus dan sebagainya. Sesajen biasanya berupa makanan dan lauk pauk serta dilengkapi dengan dupa/kemenyan. Sesajen biasanya diletakkan di tempat yang dianggap ada penunggu makhluk halus seperti makam, gunung, laut dan jalan. Oleh karena itu, tidak heran jika sesajen banyak ditemukan di gunung Semeru.
ADVERTISEMENT
Pemberian sesajen merupakan hal biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama di pulau Jawa. Banyak orang jawa yang mempercayai bahwa makhluk gaib bisa hidup berdampingan dengan manusia, asalkan bisa saling menghargai dan saling menghormati. Sebagai contoh penduduk Tengger mempercayai bahwa gunung Bromo dihuni oleh makhluk yang tak terlihat oleh mata. Untuk itu masyarakat setempat dengan ikhlas menyediakan sesajen sebagai bentuk saling menjaga di antara dunia manusia dan dunia gaib.
Toleransi antarumat beragama dan penganut kepercayaan tertuang dalam semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Toleransi juga sudah diatur di Al-Qur`an pada surat Al-Kafirun ayat ke-6 yang berbunyi "Lakum diinukum wa liya diin," yang artinya "Untukmu agamamu dan untukku agamaku".
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kita sesama manusia harus saling menghormati dan menghargai apa yang menjadi kepercayaan setiap orang. Toleransi sangat diperlukan agar tidak terjadi kejadian seperti di lereng gunung Semeru.
Referensi:
https://www.jpnn.com/news/sesajen
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://www.ejaan.id/periksa-ejaan.html
https://plus.kapanlagi.com/arti-lakum-dinukum-waliyadin-dan-maknanya-untuk-berpegang-teguh-pada-aqidah-islam-e838d8.html