Kalau Juni Bulan Bung Karno, Maka Januari Bulan Pak Nani

Zulki Ahili
Orang Desa, Pengelola Media Online dan Mahasiswa S1 Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Konten dari Pengguna
20 Januari 2023 11:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulki Ahili tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Bulan Juni merupakan bulan kelima dari tahun Masehi dan memiliki sejarah panjang dalam perjuangan bangsa Indonesia yang patut dikenang. Di antaranya adalah lahirnya Bung Karno sang proklamator bangsa Indonesia, pada 6 Juni 1901.
ADVERTISEMENT
Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 juga dikenang sebagai kelahiran Pancasila. Dan wafatnya tokoh besar ini juga pada bulan Juni, tepatnya 21 Juni 1970. Oleh karenanya bulan Juni diklaim sebagai Bulan Bung Karno karena memiliki rentetan sejarah penting bangsa di mana di dalamnya terlibat langsung tokoh utamanya, Bung Karno.
Lantas apabila bulan Juni dianggap sebagai Bulan Bung Karno karena peristiwa penting tersebut, kenapa tokoh penting lainnya yang juga bergelar Pahlawan Nasional tidak mendapat tempat pada bulan-bulan yang lain? Sebut saja Bung Tomo di mana lahir dan wafatnya di Bulan Oktober. Sebelum pekikan perjuangannya pada 10 November tersebut terdapat perjuangan penting yang dilakukannya di Bulan Oktober. Contoh lainnya adalah Nani Wartabone yang memiliki sejarah penting di Bulan Januari.
ADVERTISEMENT
Pak Nani biasa ia dikenal sebagai Tokoh Revolusioner berasal dari Bumi Serambi Madinah, Gorontalo. Dia dikenal luas karena perjuangannya mengusir penjajah Belanda dan memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia di Gorontalo pada 23 Januari 1942.
Ya, hal itu terjadi sebelum Soekarno membacakan teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Bahkan uniknya kabar kemerdekaan Indonesia baru sampai ditelinga masyarakat Gorontalo nanti pada 1 September 1945.

Pak Nani dalam Peristiwa Patriotik Bulan Januari

Sama halnya dengan para Pahlawan Nasional yang tertulis di dalam buku-buku sejarah, sosok Nani Wartabone begitu melekat di dalam hati dan ingatan masyarakat Gorontalo yang mungkin jarang sekali dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Padahal sosoknya merupakan salah satu Proklamator bangsa selain Soekarno-Hatta, bahkan dirinya orang pertama yang membacakan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah memimpin rakyat dalam mengusir penjajah belanda dan menangkap para pejabat Belanda yang ada di Gorontalo pada pukul 09.00 WITA, kemudian dia memimpin rakyat menurunkan bendera Belanda dan selanjutnya mengibarkan Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Selanjutnya ia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di depan Kantor Pos Kota Gorontalo. Adapun isi pidatonya sebagai berikut.
Momen bersejarah ini kemudian bagi masyarakat Gorontalo diperingati sebagai Hari Patriotik 23 Januari 1942. Sementara sang Proklamator dari Timur itupun mengembuskan napas terakhirnya pada 3 Januari 1986, bulan yang sama di mana dirinya memimpin rakyat dalam mengusir penjajah.
Atas perjuangannya tersebut, Nani Wartabone dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan 2003. Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI menyerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Nani Wartabone melalui ahli warisnya yang diwakili oleh salah seorang anak laki-lakinya, H. Fauzi Wartabone, di Istana Negara, pada tanggal 7 November 2003. Wartabone ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 085/TK/Tahun 2003 tertanggal 6 November 2003.
ADVERTISEMENT
Setelah wafatnya Nani Wartabone, Jenderal Besar A.H. Nasution memberikan testimoni khusus untuk mengenang sahabatnya itu.

Bulan Januari sebagai Bulan Pak Nani

Tidak ada yang bisa mengeklaim atau merasa paling memiliki satu bulan tertentu, bahkan hari tertentu. Apabila itu dilakukan maka setiap individu warga negara memiliki hak yang sama dalam menentukan peringatan atau perayaan apa yang hendak dijadikan sebagai hari atau bulan yang sakral baginya. Apakah itu peringatan hari besar nasional, hari besar agama sampai hari-hari Ulang Tahun dan kematian kapan saja bisa dirayakan dengan tajuk berbeda.
Lantas apabila Bulan Juni dianggap sebagai Bulan Bung Karno maka bukan suatu kesalahan apabila Bulan Januari dirayakan sebagai Bulan Pak Nani atau bulan November sebagai Bulan Bung Tomo. Akan tetapi yang patut untuk diingat bahwa dalam rentetan sejarah panjang bangsa Indonesia sampai dengan saat ini peristiwa sejarah tersebut diperingati sebagai hari besar nasional bukanlah tentang tanggal dan bulan kejadian saja yang diperingati akan tetapi spirit perjuangan pendahulu bangsalah yang patut untuk diteladani.
ADVERTISEMENT
23 Januari dan peringatan sejarah perjuangan kemerdekaan harusnya membawa ingatan bangsa Indonesia pada masa lalu untuk merefleksikan nilai perjuangan suatu bangsa. Benar apa yang disampaikan oleh Bung Karno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.
Pemahaman sejarah yang benar dan jujur diperlukan dalam rangka membangun perspektif berbangsa dan bernegara. Di sinilah pentingnya pendidikan sejarah sebagai basis pendidikan kewarganegaraan (civic education). Sejarah dimaknai sebagai inspirasi dalam membangun bangsa di tengah perubahan global.
Kita harus melawan sindrom lupa sejarah. Peringatan hari-hari bersejarah diharapkan bisa mengamplifikasi nilai-nilai sejarah sebagai bekal dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa dan negara ke depan. Suatu bangsa akan kuat dan tangguh apabila jiwa generasi mudanya diisi dengan kesadaran kesejarahan, di samping menguasai sains modern dan keahlian yang dibutuhkan sesuai zamannya.
ADVERTISEMENT