Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Anak Muda Harus Rasional dalam Memilih
12 Desember 2023 13:35 WIB
Tulisan dari Navis Yusrizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi tidak terasa akan dimulai sebentar lagi, terdapat beberapa kandidat yang akan siap saling menggempur dalam panggung demokrasi nanti dan salah satu dari beberapa kandidat tersebut, tentu akan memimpin dan menentukan arah bahtera negara kita ini.
ADVERTISEMENT
Tetapi, yang menjadi pertanyaan apakah dari semua kandidat tersebut, baik capres dan cawapres yang mengusungkan diri untuk memimpin negara ini, sudah layak untuk mengajukan diri sebagai calon pemimpin negeri ini? dan bagaimana cara bijak anak muda dalam menggunakan suaranya?
Background dan Trackrecord masing-masing Capres dan Cawapres 2024
Sudah barang tentu, semua kandidat tentu memiliki track record dan background-nya masing-masing, kita lihat kandidat nomor satu, yaitu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, atau kerap disapa sebagai "Amin".
Anies Bawedan seorang ahli tatakata bukan ahli tatakota pernah memimpin Jakarta sejak 16 Oktober 2017 hingga 16 Oktober 2022, Anies juga pernah menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan pada periode Jokowi pada bulan Oktober 2014 dan mendapatkan pemberhentian atau reshuffle setelah dua tahun menjabat, Anies juga sempat menjadi rektor di Universitas Paramadina. Anies Baswedan juga menjadi anggota Pemuda Pancasila (PP).
ADVERTISEMENT
Sosok yang lekat karena dianggap memolitisasi agama dan identitas pada pilgub 2017 silam, karena pada saat itu Anies memenangkan suaranya dari kelompok tertentu.
karya monumentalnya yang sampai sekarang menjadi perbincangan adalah JIS (Jakarta International Stadium).
Muhaimin Iskandar atau kita memiliki sapaan "Cak Imin", ketua umum PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan juga wakil ketua DPR RI, Muhaimin Iskandar adalah sosok yang akhir-akhir ini sangat kontroversial, mulai dari menjanjikan BBM gratis, kemerdekaan Palestina, dan sebagainya, hingga dikatakan "Anies blunder dalam memilih wakil".
Berikutnya, adalah paslon yang memiliki eksebilitas lebih tinggi dari dua paslon yang lainnya sejauh ini, yaitu paslon nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming sebagai wakilnya.
Prabowo Subianto, sebuah nama yang tidak asing lagi kita dengar, seseorang yang bisa saya bilang, seorang ambisius, bahkan lebih ambisius daripada seorang siswa SMA pascalulus dan berjuang untuk mendapatkan bangku Universitas yang diinginkannya dalam pangung SBMPTN, ya, walau telah kalah dua kali oleh jokowi dalam panggung pesta demokrasi pada tahun 2014 dan 2019, dan juga kalah bersama Megawati pada tahun 2009 sebagai cawapres, beliau tetap berdiri dalam pendiriannya sebagai kesatria.
ADVERTISEMENT
Namun, walau disindir berkali-berkali, Prabowo tetap pada pendiriannya, "Bagi seorang pejuang jatuh itu biasa, saya katakan sebagai pejuang, sebagai pendekar kalau jatuh kita bangkit lagi. Jatuh bangkit lagi," khotbah Prabowo di Rapimnas Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/8/2022).
Berikutnya adalah Gibran Rakabuming sebagai wakilnya, putra sulung dari Presiden Joko Widodo sempat mengaku tidak tertarik untuk menjadi politikus pada 2018 silam.
"Kalau jadi pebisnis, saya tertarik, tetapi kalau politikus tidak," katanya di Cikini, Jakarta Pusat, Ahad, 11 Maret 2018.
Namun, walau sempat mengatakan demikian, pada pilkada 2020, Gibran mendaftarkan diri sebagai wali kota solo, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo mengesahkan kemenangan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa di Swiss Belhotel, Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/1/2021).
ADVERTISEMENT
pemuda yang dikatakan oleh ketua BEM UGM Gielbran Mohammad Noor sebagai "Anak haram konstitusi". Pascaputusan MK terkait batasan usia capres atau cawapres, memang mengundang pro kontra, dan yang menjadi bahan kajian dari kebanyakan masyarakat dan asumsi-asumsi yang ada adalah Gibran, Anwar sebagai pamannya yang sekaligus menjabat ketua MK (Mahkamah Konstitusi) pada saat itu, dan juga Jokowi sebagai sang manipulator dari semua itu.
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memiliki latar belakang pendidikan hukum, paslon nomor tiga ini, terbilang memiliki eksebilitas terkuat kedua setelah paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.
Ganjar adalah seorang politikus, mantan gubernur Jawa Tengah dua periode sejak 23 Agustus 2013-5 September 2023, sebelumnya juga Ganjar Pranowo merupakan anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2013. Ya, cukup kita mendengar kata "Wadas", terbayang sudah wajah seorang Ganjar Pranowo di pikiran kita. Seorang yang juga sempat viral lantaran merendahkan pekerjaan MC pada kesempatan dialog narasi tv.
ADVERTISEMENT
"Mbak, sepuluh besar lulusan terbaik itu jadi dosen, iya dong masa' jd MC?" kata Ganjar kepada Najwa Shihab.
Mahfud MD, merupakan sosok intelektual dan akademisi serta guru besar Hukum Tata Negara di UII (Universitas Islam Indonesia), Mahfud MD pernah menjabat sebagai Ketua merangkap hakim pada Mahkamah Konstitusi periode 2008–2013. Sempat menjadi anggota DPR dan Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional. Saat ini, Mahfud menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang menjabat sejak 23 Oktober 2019.
Sepak terjang Mahfud yang paling terkenal adalah berani memberantas korupsi, ketika dia masih menjabat sebagai ketua MK, Mahfud memberantas kasus Asabri yang mencapai kerugian hingga Rp23 Triliun, Mahfud juga pernah membongkar kasus korupsi yang melibatkan Gubernur Papua, Lukas Enembe.
ADVERTISEMENT
Juga, Mahfud MD, sempat "Kepanasan" saat disinggung oleh Andy F. Noya, ketika ditanya mengapa anda berkali-kali menggunakan kata "Menurut Bu Mega" ketika mengungkapkan argumennya.
"Anda berkali-kali mengatakan "menurut Bu Mega", "kata Bu Mega", Anda sudah jadi petugas partai nampaknya," ucap Andy di Youtube Metro TV yang diupload pada Minggu (29/10/2023).
Sontak, pertanyaan seperti itu mengundang sikap lain dari Mahfud MD, lalu setelah Mahfud melupkan emosinya tersebut, dibercandakan oleh Andy pada acara tersebut, "Baik silakan minum dahulu, anda emosional," kata Andy sambil tertawa.
Pemuda Harus Objektif dalam Memilih
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), subjektif adalah mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objektif adalah keadaan yang sebenarnya, tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.
ADVERTISEMENT
Tentu, kita semua bebas untuk memilih siapa saja, entah memilih paslon nomor satu, dua, atau tiga, semua boleh memilih siapa saja, yang tidak boleh adalah seorang pemuda memilih nomor urut dua dengan alasan karena Pak Prabowo adalah sosok yang "Gemoy", atau memilih Ganjar Pranowo karena dia bersuku "Jawa", atau memilih Anies Baswedan karena dia anggota "HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), tentu memilih dengan seperti ini berdasarkan perasaan, selera pribadi, tanpa didasari pendapat atau pandangan pribadi, dan inilah yang dinamakan memilih dengan subjektif.
Sudah barang tentu, anak muda yang diberikan kapasitas lebih dalam mengakses informasi, serta teknologi dan ilmu pengetahuan, harusnya mengetahui setiap paslon dan memiliki dasar argumen kritis dalam memilih pilihannya, tidak berdasarkan perasaan, keseleraan atau kesesuain dalam satu hal, bahkan memilih salah satu paslon karena disuruh guru atau keluarga, sangat tidak etis sebagai seorang anak muda. Maka dari itu sambutlah pesta demokrasi ini dengan cara memilih secara objektif tidak dengan subjektif!
ADVERTISEMENT