Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Makam Belanda di Kebun Raya Bogor Tak Sekadar Kerkhof
7 Juli 2021 16:12 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:58 WIB
Tulisan dari Melani Kurnia Riswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sarat Sejarah dan Pengetahuan

Viral-nya aksi remaja nekat yang sengaja nginjak nisan di kompleks makam Belanda Kebun Raya Bogor, tak pantas dilakukan. Walaupun berupa pekuburan, bagi kebun raya Bogor keberadaan makam kuno tersebut tentunya memiliki nilai kesejarahan tersendiri. Bila menelusuri angka tahun yang terdapat pada pahatan, tertera angka 1784. Jadi kompleks tersebut bahkan telah ada jauh sebelum Kebun Raya Bogor terbentuk.
ADVERTISEMENT
Keberadaannya yang melebihi 200 tahunan tersebut, tentunya memiliki nilai penting. Dan akan lebih menarik bila mengorek misteri dan menguak faktanya yang berharga. Tempat ber-pusara tokoh-tokoh yang berjasa bagi keberadaan Kebun Raya Bogor hingga bisa dinikmati saat ini. Pada abad 17-18 keluarga Belanda yang wafat memilih lokasi untuk peristirahatan terakhir sebagai kerkhof (Bahasa Belanda yang artinya makam).
Saat berkunjung ke kebun raya, mudah menemukan nya. Letaknya tidak jauh dari gerbang masuk (Pintu 2) di samping Kantor Pos Bogor. Dekat di belakang Istana Bogor (kurang dari 500 meter). Kawasan makam yang tertutup bambu menjadikan kondisi kuburan tersembunyi dan berlumut. Hingga akhirnya di tahun 2017-2018 tim pertamanan kebun raya memugar benteng di sekelilingnya. Supaya terlihat lebih menyatu bersama tatanan taman. Selain itu, ditambahkan pula area foto dan ornamen lainnya untuk bersantai. Harapannya wisatawan nyaman dan tidak merasakan takut kala mengunjunginya.
ADVERTISEMENT
Gaya seni pada makam Belanda sangat khas. Prasasti yang mereka bangun pun memiliki rupa yang berbeda-beda. Namun sebagian besar didominasi bentuk tugu obelisk, tugu balok vertikal, piramida terpotong dan balok panjang horizontal. Ada pula makam berbentuk tugu memiliki variasi pada puncaknya. Bentuk pilar, piala bahkan obelisk kecil. Pada dindingnya dihiasi pahatan. Dan bila diamati, sebagian besar pusara menghadap ke arah timur dan hanya tiga yang menghadap ke arah barat.
Menukil laporan Soegiarto, 1999 dalam Graveyard in The Bogor Botanical Gardens, pada kompleks pekuburan tersebut terdapat 42 makam. Hanya 34 struktur yang memiliki identitas. 4 makam lainnya tidak memiliki tanda dan sisanya terlihat melesak.
Menilik data nisan yang beridentitas, kompleks makam Belanda kemungkinan besar mulai digunakan tahun 1784. Hal ini didasarkan pada nisan tertua atas nama Cornelis Potmans. Tercatat sebagai seorang administrator toko obat berkebangsaan Belanda yang wafat pada 2 Mei 1784. Dan jasad terakhir adalah Prof. Dr. Kostermans yang wafat pada 10 Juli 1994. Merupakan pakar botani berkebangsaan Belanda yang menjadi WNI di tahun 1958. ‘Dok’ yang merupakan panggilan akrabnya sangat ber-kontribusi besar terutama bidang taksonomi tumbuhan. Cintanya akan tumbuhan telah pula ‘meracuni’ anak didiknya. Beberapa di antaranya kini terkenal sebagai ahli botani di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Kawan Seperjuangan dalam Satu Nisan
Grafzerk (dari bahasa Belanda yang artinya nisan) di masa VOC sebagian besar berupa batu yang diletakkan di atas kuburan. Bentuknya empat persegi panjang. Berasal dari batu gunung ataupun batu pantai yang keras. Pada keempat sudutnya terdapat empat gelang. Nisan atau prasasti yang terbuat dari batu kemudian dipahatkan bentuk berbagai lambang heraldic. Selain itu, dalam konsep makam Belanda terdapat ruang bawah tanah sehingga memungkinkan dalam satu makam dapat terisi lebih dari satu jenazah walaupun meninggal pada waktu yang berbeda.
Tak heran bila terdapat kubur batu dengan dua nama dalam satu nisan. Adalah Heinrich Kuhl dan Johan Coenraad van. Hasselt. Mereka berpulang pada usia yang masih belia. Keduanya merupakan peneliti dan anggota Komisi Untuk Ilmu Pengetahuan Alam. Kuhl lahir di Jerman tahun 1796. Wafat pada 16 September 1821 di usia 25 tahun. Sembilan bulan sejak kedatangannya di Buitenzorg. Berbagai tanaman dikumpulkan untuk Leiden dan Bogor Herbaria. Sedangkan Hasselt lahir di Belanda tahun 1797. Meninggal akibat sakit disentri pada 8 September 1823 di usia 26 tahun. Ragam spesimen tanaman dikumpulkan untuk Leiden dan Utrecht Herbaria. Kedua peneliti muda ini menjelajahi Jawa Barat. Selain mengeksplorasi tanaman, keduanya juga menerbitkan penemuannya terkait dengan zoologi.
ADVERTISEMENT
Nilai Penting Makam Belanda Di Kebun Raya Bogor
Usianya yang telah berabad-abad sangat memungkinkan untuk dijadikan Bangunan Cagar Budaya, apalagi tinggalan bersejarah tersebut mengandung arti khusus.
Pertama, bermakna sejarah. Data yang tertulis pada nisan dapat menguak informasi dan menambah wawasan kesejarahan tentang status, latar belakang profesi juga penyebab kematian dari jasad yang dimakamkan.
Kedua, sumber informasi. Makam Belanda Kebun Raya Bogor sebenarnya merepresentasikan perkembangan pengetahuan di masa kolonial. Hal ini dapat terlihat dari pahatan pada nisan yang menunjukkan profesi sebagai ahli obat, ahli hukum ataupun ahli botani.
Ketiga, sarana pendidikan. Dari catatan pada nisan dapat kita telusur adanya bidang keahlian sebagai hasil pendidikan dan perkembangan penelitian terapan yang berlangsung saat itu terutama di Bogor.
ADVERTISEMENT
Keempat, sarat unsur budaya. Aktualisasi aneka rupa bentuk pada makam dan ornamennya menggambarkan status sosial sang jasad.
Kelima, penyeimbang ekosistem. Umumnya makam berada di daerah yang dipenuhi pepohonan. Kondisi alami tersebut menciptakan iklim mikro tersendiri. Kita dapat merasakan suasana yang sejuk karena banyaknya oksigen yang diproduksi daun. Selain itu, area makam menjadi surga kecil bagi sebagian hewan seperti burung ataupun serangga. Dan bagi warga kota suasana adem dan nyaman tersebut memberikan ketenangan bagi jiwa untuk sekadar melepas penat. Makanya banyak pengunjung yang tidak merasa takut untuk menggelar tikar (piknik) di dekat kompleks makam ataupun hanya duduk di bangku sambil membaca buku.
Pekuburan Belanda Kebun Raya Bogor tentu saja memiliki nilai penting. Ragam bentuk dan jumlahnya yang terbatas. Mereka yang bersemayam merupakan orang-orang dengan posisi penting di masanya. Sebut saja, Letnan Jenderal Hindia Belanda Dominique Jacques de Erens yang meninggal saat masih menjabat di tahun 1840. Begitu juga Ary Prins, seorang doktor di bidang hukum yang sempat dua kali menjabat pelaksana tugas Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1861-1866) dan wafat di tahun 1867. Begitu pula dengan almarhum ‘Dok’, ahli botani yang mumpuni. Sudah sepantasnya kita menghargai apa yang yang sudah dirintisnya. Dan menjadi teladan di masa depan. Semoga tenang dalam peristirahatan terakhir. Karyamu akan selalu dikenang. (MKR)