Konten dari Pengguna

Anak Jalanan juga Manusia yang Harus Diberikan Kasih Sayang

Gabriela Chrisnita Vani
Penyuluh Sosial Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
26 Juli 2021 16:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gabriela Chrisnita Vani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak Jalanan yang sedang dijangkau oleh Satgas P3S                      dok : pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anak Jalanan yang sedang dijangkau oleh Satgas P3S dok : pribadi
ADVERTISEMENT
Terdapat perasaan yang miris ketika saya melihat anak jalanan. Bagaimana tidak, sebagai orang yang bekerja di ibu kota, beberapa kali saya melihat mereka tampak keleleran di beberapa ruas jalan. Merujuk pada jumlah anak jalanan, sebanyak 229 orang di DKI Jakarta, terdata sebagai anak jalanan. Fenomena atau permasalahan anak jalanan bukan hal yang asing, jika dilihat dari kota-kota besar, sangat banyak ditemukan anak jalanan mulai dari perempatan jalan, terminal, pasar, pertokoan yang menjadi aktivitas anak-anak jalanan tersebut khususnya dalam mencari nafkah.
ADVERTISEMENT
Saya melihat kondisi di Jakarta Utara, anak jalanan telah dijangkau oleh satuan tugas pelayanan, pengendalian, dan penjangkauan atau yang biasa disebut Satgas P3S. Menjadi anak jalanan tentunya bukan pilihan bagi siapapun. Terdapat banyak faktor kenapa seseorang pada akhirnya terpaksa berada di jalanan. Padahal, risiko perilaku menyimpang kerap terjadi pada anak jalanan.
Abu Huraerah (2006:78) menyebutkan beberapa penyebab munculnya anak jalanan, antara lain : Orang tua mendorong anak bekerja dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga, lalu kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua semakin meningkat sehingga anak lari ke jalanan. Selain itu, jika dilihat dari sisi pendidikan, anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrak rumah mahal/meningkat, sehingga anak terpuruk melakukan pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatannya dan eksploitasi anak oleh orang dewasa di jalanan. Anak menjadi lebih lama di jalanan sehingga timbul masalah baru, contohnya: anak menjadi korban pemerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak jalanan perempuan.
Saya sependapat dengan Eko dan Setiajid (1999:10-12), bahwa anak jalanan adalah mereka yang belum berusia 16 tahun yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sektor informal. Adapun, pengertian sektor informal ini sendiri diartikan sebagai sektor ekonomi dengan karakteristik pekerja anak. anak-anak jalanan bekerja untuk mendapatkan uang seperti menjajakan koran, menjual rokok/permen, penyemir sepatu, pembersih bus, pengamen dan pekerjaan yang menghasilkan uang lainnya.
ADVERTISEMENT
Faktanya, di Wilayah Jakarta Utara dengan data penjangkauan sebanyak 239 anak jalanan, menggambarkan bahwa pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua anak tersebut tidak dilaksanakan secara konsisten dan menyeluruh. Pemikiran anak-anak tersebut mereka menjadi tulang punggung bagi keluarganya untuk mencari nafkah dan secara langsung mempengaruhi psikis dan motivasi dalam diri mereka untuk menjadi pekerja anak.
Pasalnya, keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, keluarga terutama orang tua bertugas untuk memberikan perlindungan serta kasih sayang kepada anak. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam pengasuhan kepada anak jalanan dengan tujuan anak dapat memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri. Orang tua wajib mendampingi anak, mengasuh anak, dan memberikan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
Banyak keluarga khususnya para orang tua yang tidak secara penuh memberikan pengasuhan kepada anak dan tidak membiarkan mereka menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), sehingga harus dibina oleh pemerintah yang dalam hal ini panti sosial. Di samping itu, dukungan dan penerimaan dari orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan ‘energi’ dan kepercayaan dalam diri setiap anak untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan ketrampilan hidupnya dan pada akhirnya dapat membentuk keinginan dari anak tersebut untuk berdaya dan memiliki keinginanan masa depan yang cerah.
ADVERTISEMENT
Orang tua pasti lebih mengenal anaknya dibandingkan orang lain, maka dari itu pengasuhan dari orang tua lah yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Orang tua terkadang berpikir jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, anak yang menjadi korban atau sasaran untuk dimanfaatkan untuk menjadi pundi-pundi uang. Padahal belum tentu keamanan akan dimiliki oleh anak jalanan tersebut, serta cenderung menimbulkan perilaku menyimpang.
Anak jalanan lebih rentan terhadap resiko yang akan diterima. Risiko yang akan diterima dalam skala besar dan dan mempengaruhi kondisi fisik, mental, dan keselamatan diri mereka. Tidak mendapatkan perlindungan menjadi faktor utama anak jalanan mendapatkan perlakuan semena-mena dan kurangnya aspek afeksi, penerimaan, kepuasan, afiliasi, sosialisasi, serta kontrol dari orang tua.
ADVERTISEMENT
Padahal, seperti kita ketahui bahwa orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan asuhan kepada anak. Jika pola pikir orang tua tertanam bahwa anak mereka bisa berdaya dengan bekerja atau hidup di jalanan, hal ini akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak. Apa saja pengasuhan yang seharusnya orang tua berikan kepada anak?
Saya akan membahas lebih dalam mengenai pengasuhan yang baik dari orang tua kepada anak. Aspek afeksi atau memberikan cinta kasih yang tulus dan rasa sayang kepada anak perlu mendapat perhatian dari kita. Begitu juga dengan penerimaan terhadap anak. Tidak perlu melabel anak sebagai aib dengan status anak jalanan yang mereka sandang.
Ada juga aspek kepuasan yang artinya orang tua dapat membantu anak dalam mengembangkan dirinya, misalnya mencari dan memfasilitasi minat dan bakat anak, dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh anak sedari dini, tentunya anak tidak akan kehilangan jati diri. Selanjutnya, ada afiliasi yang artinya orang tua berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak dan menjaga hubungan yang baik antar anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Komunikasi menjadi dasar utama adanya saling keterbukaan antara orang tua dengan anak. Lalu sosialisasi yang dilakukan dengan memberikan bimbingan sosial kepada anak misalnya mengenalkan anak kepada tetangga, teman, masyarakat, dan yang terakhir adalah kontro dari orang tua dapat kepada anak berupa monitoring secara intenif kepada anak. (gcv)
Gabriela Chrisnita Vani (Penyuluh Sosial, Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta)