Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Malioboro Adalah Salah Satu Destinasi Wisata di Yogyakarta
27 Desember 2022 14:31 WIB
Tulisan dari Feby Farah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak tahu Jalan Malioboro? Mungkin ada beberapa, namun sebagian besar penduduk Warga Negara Indonesia tahu letak Jalan Malioboro. Sudah menjadi kewajiban setiap wisatawan Yogyakarta untuk mengunjungi Malioboro ini. Malioboro tidak pernah sepi akan pengunjung karena akses 24 jam. Malioboro memiliki daya tarik sehingga selalu ramai akan wisatawan. Wisatawan Yogyakarta ini bukan hanya dari berbagai kota saja, bahkan banyak wisatawan dari luar negeri. Jalan Malioboro adalah sebuah jalan di Kota Yogyakarta yang sering dianggap sebagai jalan paling terkenal dan penting di kota ini. Jalan yang menjadi rumah bagi Istana Gubernur Yogyakarta. Jalan Malioboro dianggap sebagai simbol Kota dan Provinsi dan sering dikunjungi wisatawan.
ADVERTISEMENT
Malioboro adalah jalan yang berada di pusat kota Yogyakarta dan jalan yang menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga Keraton Yogyakarta. Kawasan Malioboro adalah salah satu daya tarik wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Pemandangan sepanjang jalan Malioboro banyak pedagang kaki lima yang akan memanjakan mata para wisatawan dengan menjual berbagai kerajinan khas Yogyakarta, seperti kerajinan tangan, kerajinan bambu dan aksesoris mainan anak anak. Memasuki sore hari hingga pagi buta koridor Malioboro ini berganti dengan kulineran khas Yogyakarta yaitu angkringan. Ketika pagi hari hingga sore hari Malioboro ramai pedagang kerajinan ketika sore hari hingga pagi buta koridor Malioboro berganti kulineran, sehingga Mali0boro dapat diakses 24 jam.
Angkringan adalah sebuah gerobak dorong yang biasanya digunakan untuk menjual makanan dan minuman, gerobak angkringan ini biasanya ditutupi dengan terpal plastik, namun uniknya dari angkringan ini bukan hanya untuk tempat menaruh jualan makanan dan minumannya saja, namun dapat menampung hingga 8 orang dalam satu meja itu.
ADVERTISEMENT
Selain banyaknya kulineran dan aksesoris yang dijual di sepanjang Malioboro ini, kawasan Malioboro ini juga yang memiliki letak strategis karena kawasan koridor Jalan Malioboro letaknya berada di jantung Kota Yogyakarta sehingga membuat kawasan ini mudah dijangkau. Hal ini didukung dengan lokasi Malioboro yang dekat dengan stasiun kereta api, bandar udara, dan terminal bus sehingga memudahkan wisatawan atau pengunjung yang ingin mencapai kawasan Malioboro (Budiarti & Mahadi, 2016).
Salah satu elemen pendukung jalan yang memadai sebagai ruang publik pada kawasan Malioboro adalah fasilitas penyeberangan, yang dibangun untuk melindungi pejalan kaki sehingga dapat dengan aman menyeberang jalan kendaraan dan menghindari kecelakaan lalu lintas serta kemacetan. Kebanyakan para pejalan kaki memilih berjalan kaki, mereka yang baru turun dari parkiran menuju Jalan Malioboro, hendak berjalan jalan di koridor Malioboro. Karena para pejalan kaki berada pada posisi yang paling lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan. Fasilitas penyeberangan ini harus direncanakan dengan efektif, sehingga mengarahkan pejalan kaki untuk menyeberang pada fasilitas penyeberangan yang telah direncanakan dan tidak menyeberang sembarangan. Maka, salah satunya pada tempat penyeberangan dapat diisi rambu-rambu sebagai penyampai informasi baik perintah, larangan ataupun petunjuk, kepada pengguna jalan serta dapat mempengaruhi pengguna jalan. Sayangnya kesadaran masyarakat pengunjung Malioboro untuk menyeberang jalan pada tempatnya masih rendah. Pada umumnya, masyarakat asal menyeberang, padahal di sepanjang Jalan Malioboro sudah ditempatkan 4 pelican crossing dan 16 zebra cross untuk membantu para penyeberang jalan. Selain itu, zebra cross sepertinya di mata para pengguna kendaraan seperti debu tipis di kaca depan, sedikit penghalang pandangan yang bisa diabaikan. Eksistensi zebra cross belum bisa mengajak mereka berbagi ruang dengan pejalan kaki. Minimnya pemahaman pengguna jalan akan maksud rambu dan ketidaktahuan penyeberang mengenai fasilitas penyeberangan yang ada menjadi salah satu faktor pemicunya ataukah karena adanya faktor lain (Trianingsih, 2014).
ADVERTISEMENT
Di Malioboro ini juga banyak pengamen yang menuangkan keahliannya seperti bernyanyi dan bermain musik seperti bermain musik angklung untuk menghibur para wisatawan sepanjang koridor Malioboro sembari makan di angkringan atau memilih milih barang yang akan dibeli.
Selain banyaknya fasilitas yang memadai juga penduduk sekitar yang dikenal dengan pelayanan dan cara bicara yang sangat ramah dan sopan. Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 55,33 persen orang yang berada di Malioboro, daya tarik wisata Malioboro bersikap ramah dan mudah untuk memberikan informasi kepada pengunjung akibatnya pengunjung tertarik untuk datang (Baharuddin, Kasmita, Salam, 2016).
Siapa yang tidak tertarik untuk berjalan jalan di Jalan Malioboro ini? Tentu saja sangat menarik bukan? Banyaknya penjual manik manik, aksesoris anak hingga dewasa, kulineran seperti angkringan, pengamen yang menuangkan keahliannya untuk menghibur para wisatawan dan fasilitas transportasi umum, seperti yang sudah dipaparkan di atas.
ADVERTISEMENT
Daftar pustaka :
Baharuddin, A., Kasmita, M., & Salam, R. (2017). Analisis Kepuasan Wisatawan Terhadap Daya Tarik Wisata Malioboro Kota Yogyakarta. Jurnal Administrare, 3(2), 107-112.
Budiarti, F., & Mahadi, K. I. (2015). Strategi penataan kawasan Malioboro menjadi kawasan pedestrian. Planesa, 6(01).
Trianingsih, L., & Hidayah, R. (2014). Analisis perilaku pejalan kaki pada penggunaan fasilitas penyeberangan di sepanjang jalan Kawasan Malioboro Yogyakarta. Inersia: Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur, 10(2).