Ada Perjanjian Gaib di Jembatan Cirahong

Kelana Jagad
Penikmat kuliner dan traveling, seorang bloger dan konten kreator, reporter, dan pengelola portal Madania.co.id. aktif di ICMI Orda Kota Bandung dan STEBI Al Jabar
Konten dari Pengguna
14 Agustus 2021 21:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kelana Jagad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mobil melintasi Jembatan Cirahong di Ciamis, Jawa Barat. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mobil melintasi Jembatan Cirahong di Ciamis, Jawa Barat. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
128 tahun sudah, arwah pasangan pengantin baru itu mendiami salah satu sisi pilar Jembatan Cirahong. Sementara sepasang siluman ular penguasa Sungai Citanduy mendiami sisi lain dari jembatan yang difungsikan bagian atasnya untuk kereta api (KA) dan di bawahnya untuk kendaraan roda 2, roda 4, dan para pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
Cerita mistis pasangan pengantin Jembatan Cirahong, terus hidup hingga saat ini. Diceritakan secara turun temurun, sehingga akrab di telinga para pelintas jembatan kayu dengan rangka besi beton tebal yang langsung di datangkan dari Eropa tersebut.
Saat bertugas di Kabupaten Ciamis, terowongan Jembatan Cirahong ini kerap dilewati untuk memangkas jarak dan waktu perjalanan dari Kabupaten Ciamis menuju Kabupaten Tasikmalaya dan begitu sebaliknya.
Saking seringnya, sampai akrab dengan salah seorang pengatur arus lalu lintas di Jembatan Cirahong ini. Biasa dipanggil Kusnadi, senyuman dan topi hitam pudar yang dipakai menjadi ciri khas pria tersebut.
Bagi kebanyakan masyarakat, saat melintas jembatan ini agak seram, karena tidak hanya cerita mistis yang menyelimutinya, tapi juga karena perlu ekstra hati-hati saat melaluinya. Sepasang kayu memanjang di kiri kanan jembatan menjadi pijakan roda ban mobil saat melintas jembatan sepanjang 202 meter ini.
Jembatan Cirahong di Ciamis, Jawa Barat. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Gemeretuk bunyi papan yang terlindas ban mobil, di temaram senja seakan membawa ke dimensi lain saat melihat ujung jembatan dengan cat berwarna biru ini. Garis-garis simetris pada sisi kiri kanan dan atas jembatan yang memanjang seperti gapura menuju gerbang dimensi gerbang gaib.
ADVERTISEMENT
Sekali waktu saat agak senggang, aku menyempatkan diri untuk berbincang sejenak dengannya. Arus lalu lintas menuju terowongan Jembatan Cirahong ini cenderung sepi sehingga ia agak leluasa bersantai sejenak untuk mendengar cerita mistis dari warga sekitar.
Soal sepasang pengantin yang jadi tumbal di jembatan ini, ada dua versi yang pertama, meski pada akhir cerita ada kesamaan mereka memang meninggal dunia untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan tersebut yang membedakan hanya jumlah korbannya saja.

Pengantin Tumbal Jembatan Cirahong

Pemerintah Hindia Belanda saat itu berambisi untuk membangun jalur KA. Tujuannya selain untuk memudahkan mengangkut hasil bumi dari juga untuk memudahkan mengawasi daerah jajahan mereka terutama di wilayah pedalaman.
Saat sedang membangun jembatan di Sungai Citanduy, berbagai gangguan demi gangguan terus terjadi. Seperti air sungai yang tiba-tiba meluap dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Karena terus dikejar waktu penyelesaian, pemerintah Belanda pada waktu itu meminta bantuan paranormal hingga akhirnya diketahui bahwa di lokasi pembangunan jembatan kereta api tersebut didiami sepasang siluman ular bernama Nyai Odah dan Aki Boh’ang. Siluman tersebut mengaku terganggu karena manusia mengganggu kediamannya tanpa izin.
Singkat cerita mereka meminta syarat tumbal dan berjanji akan menjaga Jembatan Cirahong hingga dapat tetap berdiri hingga ratusan tahun.
Syarat tumbalnya adalah sepasang pengantin untuk dijadikan sebagai anak angkat mereka. Syarat itu pun kemudian dipenuhi. Rencana jahat pun kemudian diatur menculik dan memperdaya pasangan pengantin baru itu.
Selesai melangsungkan akad, sepasang pengantin baru kemudian dijemput oleh para centeng Belanda dengan dalih diundang oleh pemimpin proyek pembangunan jembatan untuk menyerahkan hadiah pernikahan.
Foto diudara terowongan jembatan Cirahong bangunan Cagar Budaya, di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Sepasang pengantin ini lalu dibawa ke lokasi pengecoran pondasi jembatan di tengah sungai. Menjelang magrib pengantin tersebut dengan tangan terikat dan sesaji lainnya dimasukkan dalam lubang pondasi jembatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dari atas, adonan semen, batu, dan pasir dicurahkan ke dalam lubang menimpa sepasang pengantin baru tersebut. Mereka pun tewas dan sukma mereka mendiami pondasi bagian tengah jembatan dan terjebak dalam dunia tak kasat mata.
Menurut versi lainnya, korban dari pembangunan jembatan ini tak hanya sepasang pengantin itu. Tapi juga sejumlah warga. Mereka berusaha mengambil sejumlah emas yang di simpan dalam salah satu lubang pondasi jembatan.
Saat warga termasuk pengantin tersebut berada dalam lubang pondasi mereka dihujani batu, semen dan material lainnya hingga tewas.
Elemen jembatan Cirahong dilihat dari bawah. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Waktu terus bergeser dan menjelang magrib, dipandu oleh kang kusnadi melewati Jembatan Cirahong. Perlahan merayap di atas bantalan kayu yang berderit menawan beban mobil. Sekilas dari sudut mata, meski samar, sekelebatan bayangan hitam melintas dan menghilang di tengah jembatan.
ADVERTISEMENT
Apakah itu bayangan dari arwah penasaran dari sang pengantin, atau hanya bayangan sorotan lampu mobil pada salah satu pilar tak pernah terjawab. Hanya doa yang bisa dipanjatkan semoga Allah menyempurnakan arwah mereka. Aamiin.