Cerita Kebaikan Seorang Anak ala Jerome Polin

Margaretha Lina Prabawanti
Pengajar di Sekolah Tinggi Manajemen dan Risiko Asuransi
Konten dari Pengguna
17 September 2021 12:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Margaretha Lina Prabawanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumus matematika ala Jerome (sumber : instagram/jeromepolin)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumus matematika ala Jerome (sumber : instagram/jeromepolin)
ADVERTISEMENT
Jika persamaan lingkaran adalah X2 + Y2 = r2 maka kamu adalah x2 dan aku adalah y2 dan jari-jari di antara kita adalah 1, sehingga persamaan hubungan kita jadi X2 + Y2 = 1, aku + kamu = 1.
ADVERTISEMENT
Siapa lagi yang bikin status IG seruwet itu kalau bukan si juara olimpiade matematika nasional yang justru terkenal sebagai youtuber dan selebgram, Jerome Polin Sijabat?
Teman saya, Mbak Primasari yang pernah kuliah di Jepang mengatakan bahwa sejatinya Jerome itu sangat beruntung karena menemukan Waseda Boys (Tomo, Yusuke, dan Otsuka) sehingga bisa membuat konten YouTube secara profesional dengan 7 juta subscribers tentang jejepangan. Saya manggut-manggut saja mengiyakan.
Pertama nonton channel YouTubenya, saya juga berpikir bahwa Jerome itu sungguh beruntung dilahirkan sebagai anak orang kaya. Kalau bukan anak orang kaya, mana mungkin dia bisa beli tiket pesawat, membiayai hidup selama kuliah hingga bayar kuliahnya di Jepang?
Tapi persepsi awal itu segera pudar setelah berkenalan dengan buku "Mantappu Jiwa" karya Jerome Polin. Persepsi awal saya tentang Jerome ternyata sangat keliru. Jerome si anak Batak Toba bermarga Sijabat itu ternyata bukan anak yang tajir sejak lahir dan hidup nyaman seperti yang image yang diperlihatkannya dalam konten-konten YouTubenya bersama Waseda Boys yang kocak dan menginspirasi itu.
ADVERTISEMENT
Dimulai sejak hari kelahiran Jerome yang berdekatan dengan kerusuhan Mei 1998 tentu saja tidak bisa dibilang beruntung. Waktu itu penjarahan marak di mana-mana yang berimbas terhadap melambungnya harga barang, termasuk susu formula hingga tak terbeli oleh orang tua Jerome. Wajar Jerome kecil tak familiar dengan gurihnya susu formula.
Ayah Jerome yang seorang pendeta--bukan pengusaha--dan ibunya yang ibu rumah tangga biasa tidak bisa dikatakan memiliki harta berlimpah hingga bisa menyekolahkan anaknya di luar negeri. Di sekolah dasar, ketika teman-teman Jerome yang berkecukupan mengikuti les tambahan, Jerome belajar dan mengerjakan latihan soal matematika sendiri didampingi oleh ibunya.
Jerome (sumber : instagram/jeromepolin)
Kata teman saya, Pak Guru Ryan, setelah mengutip dengan hikmat quote Pak Tung Desem Waringin, yang namanya keberuntungan itu tidak ada, yang ada hanyalah perpaduan antara kesempatan dan kemampuan. Kutipan itu membuat saya semakin yakin untuk mengatakan kepada Mbak Primasari bahwa Jerome bukan beruntung, tapi dia mendapatkan kesempatan yang ternyata bisa digapai karena kemampuan yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Kesempatan yang didapat Jerome pun ternyata juga tidak begitu saja jatuh dari langit. Sejak kelas 2 SD Jerome sudah bercita-cita untuk berkuliah di luar negeri supaya bisa bermain ke Disneyland.
Karena menyadari bahwa biaya kuliah di luar negeri itu di luar kemampuan orang tuanya, maka sejak SMP Jerome sudah melakukan riset mengenai beasiswa S1 penuh ke luar negeri mulai dari internet, koran, hingga informasi dari teman-temannya. Ini namanya menggapai kesempatan.
Jerome telah memulai proses pengejaran cita-citanya kuliah ke luar negeri dengan memperkuat pelajaran matematika, fisika, dan bahasa Inggrisnya. Bahkan rajin ikut olimpiade matematika. Ini yang namanya mengasah kemampuan.
Bukankah pantas bila akhirnya Jerome mendapatkan beasiswa penuh dari program Mitsui-Bussan Scholarship sehingga dapat berkuliah di Universitas Waseda, Jepang?
ADVERTISEMENT
Dengan semangat dan kegigihannya, belum lama ini Jerome dan teman-temannya bahkan telah berhasil mendirikan perusahaan sendiri yang diberi nama Mantappu Corp.
Kisah yang menginspirasi, bukan? Bila kita ingin mengikuti jejak suksesnya, tak ada salahnya bila kita terlebih dahulu mengikuti jejak kebaikannya. Kebaikan seorang anak ala Jerome adalah tidak menuntut orang tua untuk mengikuti keinginannya, namun berusaha sendiri dengan sekuat tenaga untuk menggapai mimpinya.
“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular,”