Konten dari Pengguna

Kata-kata Tajam dan Kebaikan yang Tersembunyi

Margaretha Lina Prabawanti
Pengajar di Sekolah Tinggi Manajemen dan Risiko Asuransi
21 September 2021 12:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Margaretha Lina Prabawanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi HRD Foto: Dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi HRD Foto: Dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
Pagi ini, ketika membuka timeline media sosial, saya menemukan postingan teman yang rupanya sedang kesal sekali dengan hasil assessment dari HRD di tempat kerjanya beberapa waktu yang lalu. Bagaimana tidak kesal? HRD menyatakan dirinya adalah orang yang sulit, bossy dan ambisius.
ADVERTISEMENT
Hasil penilaian dengan karakter serba negatif itu kemudian ditambahkan dengan statement, "Ini semua saya sampaikan demi kebaikan kamu."
Apanya sih yang baik dari statement itu? Yang ada malahan stigma negatif yang terus membekas dan sulit terlepas hingga bertahun-tahun kemudian. Teman saya yang biasa ceria itu kemudian menjadi muram, lesu, dan memiliki penilaian yang sangat rendah terhadap dirinya sendiri.
Seandainya waktu itu sang HRD lebih bijak, bisa saja ketiga karakter negatif yang disematkan kepada teman saya itu disampaikan dalam padanan kata yang lebih halus meskipun tetap menggambarkan ketiga karakter sesuai penilaian yang telah dilakukan.
Karakter dalam penilaian yang menyatakan teman saya adalah tipe orang yang sulit, bisa jadi karena dia adalah orang yang tekun dan tak mudah menyerah untuk mendapatkan hasil sesuai harapannya. Bossy bisa jadi adalah karakter yang menggambarkan teman saya itu bisa diandalkan mengatasi situasi mendesak, sedangkan karakter ambisius bisa dipadankan sebagai karakter yang penuh semangat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, stigma negatif yang disampaikan oleh HRD telah membuat teman saya merasa memiliki karakter buruk dan ternyata hal itu sangat mempengaruhinya dalam bertindak dan berperilaku.
Ibarat mata uang yang selalu memiliki dua sisi, kepribadian manusia pun perlu dilihat dari berbagai kacamata. Melihat orang lain dari sudut pandang berbeda juga akan membuat penilaian lebih objektif dan tidak berat sebelah.
Memang sudah menjadi tugas HRD untuk melakukan assessment test dan melakukan penilaian terhadap karyawan demi mengetahui gambaran karakter karyawan dan menyesuaikannya dengan budaya perusahaan, namun memberikan penilaian secara semena-mena pasti menyakitkan bagi siapa pun yang menjadi obyek penilaian tersebut.
Bahaya bagi orang yang secara mental menggantungkan diri terhadap penilaian orang lain. Bisa saja orang tersebut menjadi depresi, menilai diri terlalu rendah dan berupaya mengubah diri menjauhi atau ekstrimnya justru lebih menyerupai karakter negatif yang diterakan pada dirinya
ADVERTISEMENT
"Aku memang orang yang sulit," pengakuan diri untuk menyesuaikan dengan karakter itu akan berimbas dengan menarik diri dari pergaulan dan justru menjadi orang yang semakin sulit didekati.
"Aku orang yang ambisius," pernyataan HRD itu bisa diterjemahkan oleh karakter yang lemah dengan mengerem segala tindakannya sehingga tak lagi bersemangat dalam hidup.
"Aku bossy," dan ia pun berubah menjadi karakter yang tak lagi tangguh dalam situasi yang mendesak.
Omong kosong bila penilaian karakter negatif yang dilakukan HRD itu disampaikan dengan tujuan supaya orang berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun juga, kata-kata tajam tidak bisa diartikan sebagai kebaikan yang tersembunyi.
Sekarang bayangkan seandainya hasil penilaian karakter teman saya oleh HRD di perusahaannya itu disampaikan dengan padanan kata yang lain, yaitu tekun, bisa diandalkan dan penuh semangat. Tentu hasilnya akan sangat berbeda. Bisa saja teman saya itu akan berhasil mengembangkan segenap kemampuannya dan menjadi versi terbaik dari dirinya.
ADVERTISEMENT
Belum lama ini saya menyaksikan video amatir yang menggambarkan situasi di sebuah kantor di mana pegawainya justru dibayar untuk marah-marah dan mengucapkan kata-kata kasar.
Apakah ada kantor seperti itu? Ternyata ada. Kantor ini mengurus penagihan atas tunggakan pinjaman online. Pegawai di sana tugasnya hanya berteriak, marah-marah, dan mengumpati orang-orang yang terlambat membayar utang.
Padahal jelas orang yang terjerat pinjaman online umumnya adalah orang yang memang susah. Seorang wanita bahkan mengadu ke polisi setelah mendapatkan perlakuan tak senonoh dari oknum penagih pinjaman online ini. Utangnya sendiri tak seberapa. Ia meminjam uang sebesar 1 juta rupiah, namun kenyataannya dana yang diterimanya hanya sebesar enam ratus delapan puluh ribu rupiah.
Lantas, apakah karyawan yang bertugas menagih utang bisa mendapatkan hasil maksimal dengan aksinya memaki-maki orang yang terlambat membayar utang? Belum tentu. Namun bagi penerima makian itu sudah pasti menimbulkan efek negatif.
ADVERTISEMENT
Kata-kata adalah sesuatu yang sangat unik, apabila disampaikan dengan baik hasilnya justru lebih memuaskan daripada kata-kata setajam pedang yang disamarkan dengan maksud baik. Karena tidak ada hal baik apa pun yang tersembunyi dalam kata-kata tajam.
Saya membayangkan dunia akan menjadi tempat yang lebih nyaman bila tak ada lagi lidah setajam pedang yang digunakan untuk menyayat perasaan orang.