Perceraian Orang Tua dan Dampaknya Bagi Anak

Adhitya Eriyawan
Mahasiswa Hukum Keluarga UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Konten dari Pengguna
23 November 2022 6:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhitya Eriyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertengkaran dalam rumah tangga. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertengkaran dalam rumah tangga. Sumber: pixabay.com

Dari banyaknya kasus dalam rumah tangga, perceraian sendiri diawali adanya konflik dan pertengkaran. Bahkan, orang tua tidak sadar jika anaknya melihat dan mendengar pertengkaran tersebut. Bagi seorang anak, pertengkaran pada orang tua bukanlah hal yang menyenangkan melainkan merusak suasana hati seorang anak. Terlepas alasan apapun penyebab terjadinya pertengkaran tersebut, hal ini merupakan suatu hal yang menakutkan bagi seorang anak.

ADVERTISEMENT

Di dunia ini tak seorang pun ada yang menyukai orang tuanya bertengkar. Apabila pertengkaran ini terus menerus terjadi, kemudian anak menyaksikannya maka kecenderungan seorang anak akan berubah dari awalnya periang tiba-tiba dirinya pendiam.Oleh karena itu, alangkah baiknya sepasang suami istri apabila bertengkar tidak di hadapan anaknya. Dan lebih baiknya keduanya menghindari timbulnya perceraian dalam rumah tangga.

Perceraian seringkali menyakiti banyak pihak, terutama bagi seorang anak. Pada umumnya orang tua memiliki mental yang lebih kuat dibanding mental seorang anak. Untuk itu apabila memang terjadi sebuah konflik dan terjadi perceraian, sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu oleh suami istri dengan baik. Sekalipun perceraian memang sudah dipersiapkan, namun perceraian tetap saja menjadi hal yang menakutkan bagi seorang anak, karena anak akan menerima keputusan dari orang tuanya tanpa adanya persiapan terhadap pola hidup yang berbeda. Kemudian anak akan memilih hidup dengan salah satu orang tuanya dan merindukan salah satunya.
ADVERTISEMENT
Pada kasus lain yang terjadi, ada pasangan suami istri (pasutri) yang menyembunyikan pertengkaran di hadapan anaknya dengan pertimbangan agar anaknya tidak merasa trauma. Namun, akibatnya ketika perceraian itu terjadi anak akan mengalami guncangan mental karena merasa tertipu dengan kondisi yang sebenarnya sedang ada konflik dalam keluarganya.
Ketika ada perselisihan, ada orang tua yang memilih untuk bercerai sebagai salah satu jalan untuk menempuh kehidupan selanjutnya. Tetapi perceraian selalu mengakibatkan dampak buruk bagi anak.
"Saya kasihan dengan anak saya yang harus melihat saya dengan suami bertengkar tiap hari, akhirnya saya memutuskan untuk bercerai saja," ujar seorang istri pada temannya. Alasan apapun sebuah perceraian bukanlah hal yang baik untuk anak, sebab dari lubuk hati yang terdalam, seorang anak pasti menginginkan kedua orang tuanya hidup harmonis layaknya sebuah keluarga pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Menjelang perceraian merupakan masa yang cukup kritis untuk anak, khususnya ketika hubungan anak dengan orang tua tidak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya. Dapat dipastikan hati seorang anak pasti sangat bergejolak. Pada masa inilah, seorang anak sebaiknya mulai melakukan adaptasi dengan suasana yang baru.
Berikut ini adalah perasaan yang mungkin akan dirasakan oleh anak ketika orang tuanya bercerai:
a. Merasa tidak aman
Tentu saja anak akan merasa tidak nyaman sebab orang tua adalah tempat berlindung bagi anaknya. Ketika ada sebuah ancaman tentu pertama kali anak akan mencari orang tuanya. Ia akan merasa nyaman apabila dekat dengan kedua orang tuanya. Apabila hanya satu orang tua saja, itu akan menyebabkan dirinya merasa resah karena tidak lengkap atas kehadiran orang tuanya.
ADVERTISEMENT
b. Marah
Ekspresi emosi yang sering terjadi pada anak ketika orang tuanya terjadi perceraian adalah marah. Sebab perasaan seorang anak akan memberontak karena adanya suatu kondisi dari yang sebelumnya. Biasanya, perasaan ini melanda pada anak yang berusia diatas 5 tahun, sebab dirinya sudah mengetahui akar permasalahan yang sedang dialami oleh orang tuanya. Target kemarahan seorang anak seringkali ditujukan kepada salah satu orang tua yang dianggapnya paling menindas, yang mana ditujukan kepada ibunya atau kepada ayahnya.
c. Kesepian
Tiga atau dua hari setelah perceraian, seorang anak akan mengalami rasa kesepian. Biasanya dirinya bercengkerama dengan kedua orang tuanya, tetapi sekarang di hadapannya hanya tinggal salah satu orang tuanya. Seorang anak yang merasa kesepian ini biasanya melampiaskannya dengan menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman-temannya, tujuannya untuk mengusir rasa kesepian yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
Dari contoh ketiga diatas, apabila seorang anak mampu mengontrol kondisi saat orang tuanya mengalami perceraian, kemungkinan dirinya tidak akan mengalami gejolak akibat dari pertengkaran tersebut. Namun, dalam kondisi ini juga dibutuhkan dukungan dari kedua orang tua walaupun keduanya telah berpisah. Kemudian juga perlu adanya dukungan dari lingkungan sekitar agar memberinya motivasi supaya tetap bersemangat dalam menjalani kehidupannya.