Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Konservasi Ikan Belida yang Terancam Punah
8 Januari 2025 16:58 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari risdawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ikan belida dengan nama latin Chitala hypselonotus merupakan ikan endemik asli Indonesia dimana ikan ini hanya dapat ditemukan di perairan Indonesia dan tersebar luas di berbagai provinsi. Ikan Belida memiliki empat spesies, yakni Chitala lopis, Chitala borneensis, Notopterus notopterus dan Chitala hypselonotus. Keempat spesies ikan belida ini tersebar secara alami di daerah Jawa, Jambi, Sumatera, Kalimantan, Riau dan Lampung.
ADVERTISEMENT
Ikan belida memiliki karakteristik yang sangat unik, dimana tubuhnya berbentuk seperti pisau sehingga ikan belida mendapatkan julukan knifefish. Tidak hanya bentuk tubuhnya yang khas, ikan belida juga populer karena tingkah laku dan kekhasan rasa dagingnya. Daging ikan Belida kerap digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pempek yang banyak digemari oleh masyarakat. Berbagai macam keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh ikan Belida mengakibatkan ketertarikan masyarakat untuk berburu ikan belida semakin tinggi.
Ikan Belida Sempat Dinyatakan Punah
Memiliki beragam keistimewaan, justru membuat kelestarian dan keberlangsungan hidup ikan belida terancam punah. Populasi ikan belida terus menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2020, Unit Internasional Konservasi Alam (IUCN) menyatakan jika ikan belida lopis mengalami kepunahan. Padahal, spesies ikan belida yang paling banyak tersebar di perairan Indonesia adalah Chitala lopis.
ADVERTISEMENT
Selain Chitala lopis, persebaran dan jumlah populasi Chitala borneensis serta Chitala hypselonotus mengalami penurunan, khususnya di pulau Sumatera & Jawa. Bahkan di tahun 2015, status Chitala hypselonotus terakhir ditemukan.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau melalui data penangkapan ikan belida (Chitala spp. Dan Notopterus spp.) di Riau pada tahun 2009, angka produksinya mencapai 1.647,1 ton. Pada tahun 2014, angka produksi ikan belida merosot tajam menjadi 156,9 ton. Tahun 2015, penurunan angka produksi ikan belida terus mengalami penurunan hingga menjadi 123,9 ton.
Pada tahun 2023, ikan belida lopis ditemukan kembali di pulau Jawa. Namun, penemuan ini tidak memberikan harapan yang besar pada kelestarian ikan belida lopis.
Pasalnya, IUCN menjelaskan jika spesies ikan belida masuk dalam kategori least concern yang mengindikasikan tingkat risiko kepunahan masih tergolong rendah di Indonesia. Sayangnya, hal ini tidak berlaku untuk Chitala lopis yang sudah dianggap punah.
ADVERTISEMENT
Sebab itulah, status konservasi IUCN pada persebaran Chitala lopis di Pulau Jawa perlu dievaluasi. Maksudnya, data sebaran Chitala lopis harus mencakup seluruh perairan Indonesia yang menjadi habitat ikan belida lopis.
Begitu pula dengan status konservasi Chitala borneensis maupun Chitala hypselonotus perlu dilakukan revisi. Dimana yang awalnya least concern menjadi critically endangered. Hal ini berdasarkan keterbatasan stok serta sebaran ikan belida.
Penyebab Ikan Belida Terancam Punah
Punahnya ikan belida, tentu saja tidak terjadi tanpa alasan. Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab ikan belida diambang kemusnahan. Pertama adalah penangkapan yang berlebihan atau overfishing dan kedua yakni kerusakan lingkungan perairan.
Ikan belida adalah jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan belida yang masih kecil dijadikan ikan hias, sedangkan ikan belida dewasa dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai contoh di daerah Sumatera Selatan, ikan belida tidak hanya diolah menjadi beragam makanan lezat. Namun, juga menjadi bahan baku produk olahan seperti kerupuk, pempek, bakso dan makanan ringan lainnya.
ADVERTISEMENT
Di provinsi Jambi, ikan belida tersebar di berbagai daerah aliran sungai. Seperti Sungai Batanghari, Sungai Batang Tembesi, Sungai Batang Tebo dan Sungai Batang Tabir. Tak sedikit masyarakat Jambi menangkap ikan belida untuk dijadikan ikan peliharaan. Hal ini karena bentuk tubuh ikan belida yang dinilai sangat indah. Bahkan, sejumlah masyarakat menilai jika ikan belida mirip seperti ikan purba yang berumbai.
Ikan belida yang seharusnya hidup bebas di perairan luas, justru lebih banyak kita jumpai di akuarium. Perkembangbiakan ikan belida pun menjadi terhambat.
Tingginya minat masyarakat terhadap ikan belida, tidak diimbangi dengan upaya budidaya secara intensif. Masyarakat justru memilih melakukan aktivitas penangkapan ikan belida secara besar-besaran.
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, turut menyumbang kerusakan lingkungan perairan. Penangkapan yang dilakukan secara massif tidak sebanding dengan laju perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan belida.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai berat dua sampai tiga kilogram, ikan belida membutuhkan waktu kurang lebih dua sampai tiga tahun. Pada usia ini, ikan belida dapat melakukan proses perkawinan dan perkembangbiakan.
Kemudian, kepunahan ikan belida juga disebabkan karena kerusakan lingkungan perairan akibat ulah manusia. Masyarakat cenderung memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan di sungai-sungai.
Hal ini membuat air sungai menjadi tercemar, sehingga tidak sesuai dengan habitat ikan belida. Belum lagi penebangan pohon secara liar, pembukaan lahan pertanian dan pemukiman masyarakat di sekitar kawasan sungai yang semakin tidak terkontrol.
Perubahan iklim yang ekstrim juga dapat menyebabkan rusaknya lingkungan perairan. Musim hujan atau musim kemarau yang terlalu panjang, berdampak pada kondisi sungai.
Konservasi Ikan Belida yang Terancam Punah
ADVERTISEMENT
Sebagai ikan endemik asli Indonesia, konservasi ikan belida penting untuk dilakukan. Tidak seharusnya kita berdiam diri melihat populasi ikan belida yang terus menurun tanpa melakukan tindakan pencegahan.
Ada banyak upaya konservasi ikan belida yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah penerapan sistem budidaya ikan belida yang mudah. Sasaran dari program ini adalah para pembudidaya dan petambak. Dimana, mereka mendapatkan pelatihan secara intensif untuk membudidayakan ikan belida, terutama dari aspek pembenihan.
Sistem budidaya ini akan menghasilkan banyak benih ikan belida yang dapat dilanjutkan ke tahap pembesaran. Melalui upaya konservasi ini, masyarakat tidak perlu lagi menangkap ikan belida di sungai, tetapi mendapatkannya langsung dari pembudidaya.
Permintaan ikan belida di masyarakat yang terbilang tinggi, dapat terpenuhi dengan baik. Populasi ikan belida yang hidup di sungai tetap terjaga. Selain itu, kondisi ekonomi para petambak dan pembudidaya dapat meningkat.
ADVERTISEMENT
Pengembangan teknologi pada pembenihan ikan belida juga dapat berkontribusi pada peningkatan jumlah populasi ikan belida di sungai. Benih ikan belida dapat ditebar ke sungai-sungai sebagai upaya pemulihan ekosistem dan populasi.
Upaya konservasi lainnya yang tak kalah penting, yakni menjaga kondisi lingkungan perairan sebagai habitat ikan belida tetap layak. Masyarakat harus mendapatkan edukasi secara bertahap untuk memahami pentingnya menjaga ekosistem sungai.
Melalui sosialisasi yang berkelanjutan, masyarakat dapat mengubah kebiasan buruk mereka secara perlahan. Seperti tidak membuang sampah sembarangan di sungai, tidak menebang pohon secara liar dan lain sebagainya.
Jika perlu, terdapat aturan yang mengikat dan sanksi yang tegas. Ketika ada tindakan yang merugikan kelangsungan ekosistem sungai, maka akan mendapatkan teguran hingga hukuman.
ADVERTISEMENT
Pengenalan ikan belida kepada anak-anak sekolah, juga dapat menjadi langkah konservasi yang tepat. Anak-anak sekolah dasar, terutama yang tinggal di desa, sangat suka dan hobi bermain di sungai. Entah itu memancing atau hanya sekedar berenang.
Anak-anak cenderung memiliki tingkat kepekaan dan kepedulian yang tinggi. Melalui edukasi yang lingkungan yang terarah, dapat menumbuhkan rasa kepedulian mereka untuk melindungi ekosistem sungai.
Dalam rangka konservasi ikan Belida, saat ini Pusat Riset Konservasi Sumberdaya Laut dan Perairan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional bekerjasama dengan Yayasan Selaras Hijau Indonesia telah menandatangani kerjasama penelitian tentang konservasi ikan Belida yang berjudul Re-identifikasi Spesies, Populasi dan Sebaran Ikan Belida Genus Chitala dan Notopterus dalam Mendukung Konservasi Sumberdaya Ikan Langka Indonesia. Secara garis besar, konservasi ikan belida dapat dilakukan secara in situ dan ex situ. Baik konservasi yang dikakukan di habitat aslinya maupun di luar habitatnya. Selain itu, diharapkan dengan kerja sama ini keberadaan ikan belida akan tetap terjaga kelestariannya serta semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber daya genetik lokal khususnya ikan Belida di Indonesia.
ADVERTISEMENT