Dilema Transformasi Pertanian Tradisional ke Pertanian Modern di Indonesia

Muhammad Riduwan
Profesi : Mahasiswa Institusi : UIN Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
22 Juni 2021 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Riduwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Credit: distanbun.ntbprov.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Credit: distanbun.ntbprov.go.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehidupan manusia bergerak secara dinamis, dalam bidang pertanian juga terus mengalami perkembangan. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sangat membantu dan menunjang aktivitas manusia, penggunaan teknologi dibidang pertanian juga mengalami evolusi seiring dengan perubahan budaya dan nilai-nilai sosial masyarakat, oleh karena itu perubahan pertanian tradisional menuju pertanian modern berbanding lurus dengan kemajuan teknologi dan budaya di masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Indonesia dengan populasi penduduk sekitar 250 juta dan diprediksi akan mengalami bonus demografi tahun 2040 yang akan datang, menghadapi masalah dilema dalam mencukupi kebutuhan pangan secara nasional. pertambahan jumlah penduduk ini membuat pemerintah dan swasta harus meningkatkan produktivitas pangan karena semakin menyempitnya lahan pertanian dan masalah pencemaran lingkungan.
Konsep ketahanan pangan (food Security) mulai ada dan dikenal secara luas pada tahun 1980-an yang menggantikan food policy yang lebih dulu sejak tahun 1970-an ketika terjadi krisis pangan hebat yang melanda dunia dari tahun 1972-1974 (Maxwel and Slater, 2003), dari sini definisi terkait ketahanan pangan mulai meluas. Menurut (UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan) ‘Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
ADVERTISEMENT
Konsep ketahanan pangan menurut UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan terdapat hal-hal yang fundamental yaitu:
Satu hal yang tidak pernah berubah dalam konsep ketahanan pangan adalah semua konsep menekankan pada pentingnya dalam akses pangan, baik (ketersediaan pangan) maupun akses ekonomi (daya beli pangan) untuk menjamin agar masyarakat dapat memperoleh pangan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mengutip dari pendapat Scott (1981:101) melihat petani sebagai entitas unik yang hidup secara subsisten.
ADVERTISEMENT
Subsisten dipahami sebagai cara hidup pemenuhan kebutuhan sampai batas aman. Dalam penelitian Scott (1981) mengungkapkan bahwa masyarakat di Asia Tenggara tidak akan melakukan gerakan perlawanan ketika kebutuhan mereka sudah terpenuhi, etika ini merupakan cara hidup para petani yang tidak berorientasi komersil.
Transformasi petani tradisional ke petani modern telah mengubah segala aspek dalam kehidupan. Pada pertanian tradisional umumnya hanya memproduksi satu atau dua macam tanaman saja (biasnya padi atau jagung) yang menjadi sumber pokok bahan makanan.
Para petani tradisional cenderung memiliki produktivitas yang rendah karena mereka tidak memiliki modal yang cukup banyak, sehingga tanah dan tenaga kerja menjadi faktor utama dalam menggerakkan pertanian tradisional.
Umumnya mereka juga masih menggunakan peralatan yang masih tradisional dalam bertani seperti pacul (cangkul), luku (bajak), garu, arit, cengkrong, susuk, gathul. Pada pertanian modern, salah satunya pertanian hortikultura (petani sayur-sayuran) yang biasanya dilakukan melalui hidroponik.
ADVERTISEMENT
Pada pertanian hortikultura membutuhkan modal yang sangat besar dan juga menggunakan peralatan yang lebih modern dengan masa panen yang cenderung singkat sehingga modal yang besar sangat dibutuhkan dalam pertanian hortikultura.
Di sisi lain, dalam mencukupi kebutuhan pasar pada pertanian hortikultura yang membutuhkan waktu relatif singkat untuk masa panen menyebabkan beberapa petani mengkonversi lahan hutan menjadi lahan produktif, tentu ini menjadi penyebab lain pada masalah lingkungan seperti kebakaran hutan, banjir, kekeringan lahan, pencemaran biologi dan lainya, pembabatan hutan terpaksa mereka lakukan karena lahan pertanian harganya semakin mahal karena pertanian hortikultura sangat menguntungkan dan perputaran modal yang cepat, seperti yang terjadi pada Desa Kerinjing.
Hal ini menyebabkan perilaku yang konsumtif terjadi seiring berkembangnya teknologi dan pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat menjadi pasar modern. Pasar terus mengalami perkembangan seiring dengan pola kehidupan masyarakat saat ini yang banyak terpengaruhi oleh teknologi.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan pola konsumsi masyarakat juga mengalami perubahan. Budaya konsumtif sudah mempengaruhi segala aspek kehidupan tanpa terkecuali masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Pasar modern adalah salah satu contoh nyata perubahan yang menyebabkan masyarakat desa menjadi konsumtif, mal menjadi tempat bagi para investor untuk menanam modalnya dan memasukkan barang dari luar yang menarik sehingga masyarakat mau untuk membeli.
Pergeseran nilai – nilai yang terjadi ini karena masyarakat pada pertanian tradisional mulai tersibukkan dengan pertanian modern yang cenderung lebih menghabiskan waktu dengan teknologi komputer, gadget, mobil, motor dan lainya yang menunjukkan status sosial mereka, selain itu juga aktivitas – aktivitas keagamaan juga mulai memudar seiring dengan perubahan tersebut, karena simbol – simbol ini mengubah cara pandang dan kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Fakta lainya bahwa Indonesia dalam menjaga dan memenuhi kebutuhan pangannya Indonesia juga melakukan kebijakan impor dengan jumlah banyak terhadap kebutuhan pokok seperti jagung, kedelai, beras, dan bahan pangan lainya.
Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat bahwa Indonesia merupakan negara agraris dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah namun belum bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam menguatkan ketahanan panganya sendiri. Mengutip data dari BPS dari tahun 2009 sampai 2012 saja impor kebutuhan pokok terus mengalami peningkatan, tentu ini juga menjadi dilema bagi para petani lokal yang mana mereka masih belum bisa memproduksi kebutuhan pokoknya sekala nasional.
Segala sesuatu yang terjadi memang sudah ada konsekuensinya masing – masing dan itu sudah pasti terjadi baik itu positif maupun negatifnya, sama halnya dengan transformasi dari masyarakat pertanian tradisional menuju pertanian modern saat ini yang membawa perubahan nilai – nilai sosial dan moral masyarakat. Proses yang terjadi ini berjalan secara alami karena terpengaruhi oleh perubahan zaman yang mutlak terjadi. pemerintah harus bisa mengandalkan petani lokal tanpa banyak mengimpor, memperhatikan perubahan nilai-nilai sosial yang terjadi agar petani juga dapat kesejahteraan dari perubahan zaman.
ADVERTISEMENT
Referensi:
n.d. 20 Juli 2021 <http://cwts.ugm.ac.id/2013/07/kebijakan-perdagangan-dan-industri-dalam-mencapai-kedaulatan>.
Adisel, Adisel. "Buku: Transformasi Masyarakat Petani dari Tradisional ke Modern.". 2019.
Maxwell, Simon, and Rachel Slater. "Food policy old and new." Development policy review. 2003.
Scott, James C. (Penerjemah Hasan Basari). Moral Ekonomi Petani. Jakarta: PT Intermasa, 1981.