Konten dari Pengguna

Sejarah Peradaban Islam di Jepang

Ilham Kholili
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
12 Januari 2023 11:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Kholili tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Interior Masjid Tokyo Camii di Jepang Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Interior Masjid Tokyo Camii di Jepang Foto: Shutter Stock
Islam di Jepang terbilang masih sangat baru. Dibanding negara Asia lain, Islam dikenal paling akhir di negeri matahari terbit tersebut. Agama Islam merupakan agama yang terakhir yang masuk dan dikenal oleh bangsa Jepang yaitu sekitar akhir abad ke-19, Jepang bersentuhan dengan agama Islam, setelah Buddha, dan katolik. Orang Jepang berpendapat bahwa mereka terbuka untuk segala macam agama, tetapi agama yang terutama dipimpin oleh orang luar Jepang, kurang mendapat perhatian oleh pribumi Jepang. Mengenai dengan agama Islam, tidak jauh dari kata sejarah peradaban Islam. Salah satunya yaitu sejarah peradaban Islam di Jepang.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini Islam merupakan agama yang minoritas di Jepang. Jumlah muslim di Jepang sekitar 185.000 jiwa, atau 0,1 persen dari keseluruhan populasi Negeri Sakura tersebut. Muslim di Jepang kebanyakan merupakan seorang imigran dari negara yang mayoritas Islam. Sekitar akhir abad ke-19, Jepang bersentuhan dengan agama Islam. Dari dulu Jepang dikenal sebagai negara penganut agama Shinto dan Buddha. Perkembangan Islam di Jepang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Awal mula Islam masuk ke Jepang yaitu melalui perdagangan dan niaga.

Masuknya Islam ke Jepang

Pada abad ke-19, Islam pertama masuk ke Jepang melalui hubungan penduduknya dengan orang-orang dari berbagai wilayah Islam. Hubungan tersebut diperkirakan terjadi sekitar 1860-an. Akan tetapi, pada tahun 1877 Islam masuk ke Jepang. Penduduk Jepang mengenal Islam sebagai pemikiran agama Barat, yang ditandai dengan banyaknya kitab yang berisi kehidupan Nabi Muhammad, yang diterjemahkan ke bahasa Jepang. Selain itu, pada tahun 1890 terjadi hubungan diplomatik antara Tukri Utsmani dengan Jepang. Salah satu dampak hubungan diplomatik tersebut adalah adanya orang Jepang yang kemudian memeluk agama Islam.
ADVERTISEMENT

Perkembangan Islam pada Masa Perang Dunia II

Ketika Perang Dunia II pecah pada tahun 1942, sekelompok militer di Jepang mendirikan pusat studi khusus yang mengkaji Islam dan dunia Muslim. Beberapa pilot tempur Jepang yang bertugas di Asia Tenggara selama Perang Dunia II pun diajari untuk mengucapkan kalimat tauhid dalam Islam. Hal itu dilakukan apabila pesawatnya tertembak jatuh dan pilotnya selamat, mereka bisa diamankan oleh penduduk sekitar dan tidak dibunuh. Namun, setelah Perang Dunia II selesai pada tahun 1945, pusat kajian Islam tersebut bubar dan menghilang. Selain itu, serangan militer Jepang terhadap China dan beberapa negara di Asia Tenggara pada Perang Dunia II menghasilkan hubungan dengan orang-orang Islam.

Perkembangan Islam pada Era Modern

Dalam perkembangannya, hubungan masyarakat Jepang dengan Muslim di Asia Tenggara membuat Islam semakin berkembang di Jepang. Kemudian peristiwa krisis minyak di Negeri Sakura pada tahun 1973 turut membuat Islam semakin berkembang. Saat itu, media massa di Jepang memberitakan tentang dunia Islam, khususnya dunia Arab yang dianggap penting bagi perekonomian Jepang.
ADVERTISEMENT
Berkat pemberitaan media-media Jepang tersebut, banyak masyarakat Jepang yang tidak mengetahui Islam kemudian mengenalnya. Selain dampak krisis minyak, ada juga Islamisasi massal yang melibatkan banyak orang di Jepang. Islam dapat dibilang cukup sulit berkembang di Jepang. Hal ini karena berbagai faktor, seperti gaya hidup modern yang jauh dari ajaran Islam, pendidikan, keberadaan restoran halal, dan kurangnya pusat kegiatan Islam di Jepang.

Munculnya Muallaf Pribumi Asli Jepang

1. Shotaro Noda atau Abdul Halim Noda diminta Sultan untuk tinggal sementara di Turki dan menjaga hubungan diplomatik dengan mengajarkan kebudayaan Jepang di Turki.Di Istanbul inilah Torajiro bertemu dengan Abdullah Guillaume, seorang Muslim asal Turki yang tinggal di Liverpool, Inggris. Perkenalan tersebut mengantarkan Shotaro Noda untuk mulai mengenal Islam melalui diskusi dan kajian keilmuan. Dan juga langkahnya mencari kebenaran hidup. Pergulatan dalam diskusi dan pencarian kebenaran itulah yang membawa Noda menemukan Islam.
ADVERTISEMENT
Setelah memantapkan dirinya untuk memeluk Islam, Shotaro Noda mengganti namanya menjadi Abdul Haleem Noda. Dia pun memutuskan kembali ke Jepang dan memantapkan identitas barunya di negara Matahari Terbit tersebut. Al-Samarrai yakin, dari penelitian yang ia lakukan, ia bisa dinyatakan sebagai warga Jepang pertama yang memeluk Islam, lalu kembali dan menetap di tanah airnya. Tak hanya itu, al-Samarrai meyakini langkah Noda memeluk Islam sebagai gerbang berislamnya sejumlah warga Jepang di kemudian hari, meski keterkaitan Noda tidak secara langsung. Tak heran bila Noda disebut-sebut menjadi figur penting di balik Islamnya sejumlah diplomat Jepang untuk Turki ketika itu. Beberapa delegasi Jepang yang diutus ke Turki pun mengikuti jejak Noda. 2. Torajiro Yamada atau Abdul Khalil Yamada Torajiro Yamada yang menggantikan posisi diplomatik Noda dan pergi ke Istanbul pada 1893. Sekembalinya dari Istanbul, Tajiro Yamada pun mengikuti jejak Noda memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Khalil Yamada. Ia pun tercatat sebagai orang asli Jepang kedua yang memeluk Islam. Setelah Abdul Khalil Yamada, beberapa orang Jepang lain menyusul dua pendahulunya tersebut. Salah satu di antaranya adalah Ahmad Ariga, seorang Jepang yang membawa misi dagang ke Asia Selatan dan Timur Tengah pada awal 1900-an. Petualangan Abdul aleem Noda seolah menjadi lampu hijau cahaya Islam mulai merasuk ke negara Matahari Terbit ini. 3. Mitsutaro Takaoka Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Makkah. 4. Bunpachiro Ariga alias Ahmad Ariga Bunpachiro Ariga adalah orang Jepang ketiga yang memeluk Islam, dia seorang pedagang Kristen. Dia mengunjungi Bombay, India untuk berdagang pada tahun 1900. Pemandangan indah sebuah Masjid di sana menarik perhatiannya. Dia masuk dan menyatakan pertobatannya kepada Islam kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga.
ADVERTISEMENT