Konten dari Pengguna

Gen Z: Menemukan Keseimbangan antara Healing dan Karier

Anisa Sihite
Mahasiswa di Universitas Katolik Santo Thomas
11 Maret 2025 11:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anisa Sihite tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Healing Dulu, Kerja Nanti Perpustakaan (sumber: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Healing Dulu, Kerja Nanti Perpustakaan (sumber: https://pixabay.com)
Di era modern ini, istilah "healing dulu, kerja nanti" semakin sering terdengar, terutama di kalangan Gen Z. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana generasi ini lebih mengutamakan kesehatan mental dan kebahagiaan dibandingkan bekerja keras tanpa batas. Bagi sebagian orang, ini adalah tanda bahwa Gen Z lebih sadar akan pentingnya perawatan diri . Namun, di sisi lain, ini dianggap sebagai bentuk kemalasan dan kurangnya ketahanan terhadap tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
“Healing dulu, kerja nanti” menggambarkan sikap Gen Z yang lebih mengutamakan waktu istirahat dan pemulihan daripada langsung terjun ke dunia kerja atau menghadapi tekanan hidup. Ini bisa berarti berbagai hal, seperti. Mengambil cuti panjang untuk liburan sebelum memulai pekerjaan baru. Memilih pekerjaan yang fleksibel agar tidak merasa terlalu stres. Menghindari pekerjaan dengan tekanan tinggi demi menjaga kesehatan mental. Memilih untuk tidak bekerja dulu dan fokus pada diri sendiri.
Pendekatan ini terlihat bijak karena mengutamakan kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun, di sisi lain, banyak yang berasumsi sebagai bentuk kurangnya ketahanan dalam menghadapi tantangan dunia kerja.
Gen Z lebih memilih healing dibandingkan langsung bekerja keras seperti generasi sebelumnya Kesadaran Akan Kesehatan Mental. Generasi sebelumnya sering mengabaikan kesehatan mental demi bekerja keras dan mengejar karir. Namun, Gen Z tumbuh di era mana kesehatan mental yang dibahas secara terbuka. Mereka lebih memahami bahwa stres yang berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan emosional. Oleh karena itu, mereka tidak segan untuk mengambil waktu istirahat sebelum terjun ke dalam rutinitas kerja yang melelahkan.
ADVERTISEMENT
Trauma dari Generasi Sebelumnya. Gen Z banyak melihat bagaimana orang tua mereka, khususnya generasi Baby Boomer dan Gen X, harus bekerja keras seumur hidup tetapi tetap merasa tidak puas. Banyak dari mereka yang mengalami burnout , stress, dan bahkan masalah kesehatan akibat tekanan kerja yang terlalu tinggi. Gen Z tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, sehingga mereka lebih memilih keseimbangan hidup dibandingkan kerja tanpa henti.
Pandangan Berbeda tentang Sukses. Bagi generasi sebelumnya, kesuksesan sering diukur dari jabatan tinggi, rumah besar, dan penghasilan stabil. Namun, bagi Gen Z, kesuksesan lebih tentang kebebasan. Kebahagiaan, dan memiliki waktu untuk menikmati hidup. Mereka tidak tertarik pada pekerjaan yang menguras tenaga jika tidak memberikan kepuasan pribadi.
ADVERTISEMENT
Fleksibilitas Dunia Kerja Modern. Dengan perkembangan teknologi, bekerja tidak lagi harus dilakukan dari kantor dengan jam kerja yang kaku. Gen Z memanfaatkan peluang ini dengan bekerja secara fleksibel, menjadi pekerja lepas, atau membangun bisnis sendiri. Banyak dari mereka yang memilih pekerjaan berbasis digital, seperti content writer , desainer lepas, atau pekerja jarak jauh, yang memungkinkan mereka untuk tetap memiliki penghasilan tanpa harus terjebak dalam rutinitas kantor yang membosankan. Fleksibilitas ini membuat mereka lebih mudah untuk mengambil waktu penyembuhan kapan saja mereka merasa lelah atau jenuh.
Pengaruh Media Sosial. Di era digital, Gen Z sangat terpapar dengan gaya hidup self-care yang dipromosikan di media sosial. Banyak influencer yang mengangkat pentingnya kesehatan mental, bepergian untuk mencari inspirasi, dan menghindari pekerjaan yang terlalu menekan. Tren ini membuat Gen Z semakin yakin bahwa Meluangkan waktu untuk penyembuhan adalah langkah yang wajar dan bahkan perlu sebelum terjun ke dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Risiko di Balik “Healing Dulu, Kerja Nanti”
Kurangnya Ketahanan dalam Menghadapi Tekanan. Salah satu kritik terbesar terhadap Gen Z adalah mereka dianggap terlalu mudah menyerah ketika menghadapi tekanan. Jika terlalu terbiasa "kabur" setiap kali merasa stres, mereka bisa kesulitan untuk berkembang di dunia kerja yang penuh tantangan.
Menunda Kemandirian Finansial. Memilih untuk penyembuhan tanpa batas bisa menyebabkan Gen Z kehilangan banyak kesempatan untuk membangun karir dan stabilitas finansial. Jika terlalu lama menyelesaikan pekerjaan, mereka bisa kesulitan mencapai kemandirian ekonomi di usia muda.
Stigma di Dunia Kerja. Meskipun kesehatan mental semakin dihargai, masih banyak perusahaan yang menganggap mentalitas "healing dulu, kerja nanti" sebagai tanda kurangnya komitmen. Hal ini bisa membuat Gen Z kesulitan mendapatkan pekerjaan di lingkungan yang lebih konservatif.
ADVERTISEMENT
Karier Jalan, Healing Tetap Aman
Meskipun penyembuhan itu penting, menghindari dunia kerja terlalu lama juga bisa berdampak negatif. Cara agar Gen Z bisa menyeimbangkan keduanya. Terapkan "Produktif Penyembuhan" Daripada menyembuhkan dengan cara berleha-leha tanpa tujuan, manfaatkan waktu istirahat untuk mengembangkan keterampilan baru. Misalnya, belajar bahasa asing, mengikuti kursus online, atau membangun portofolio kerja. Dengan begitu, ketika kembali bekerja, kita tidak benar-benar memulai dari nol.
Tetapkan Batas Waktu untuk Penyembuhan. bermaksud tidak menjadikan kesembuhan sebagai alasan untuk terus mempertahankan pekerjaan. Tetapkan waktu istirahat yang realistis, misalnya satu bulan setelah lulus kuliah atau beberapa minggu setelah keluar dari pekerjaan lama. Setelah itu, buat rencana untuk kembali aktif di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Pilih Pekerjaan yang Sesuai dengan Nilai Hidup. Daripada menolak bekerja sepenuhnya, carilah pekerjaan yang sesuai dengan nilai dan gaya hidup. Banyak perusahaan kini menawarkan kerja sama, sehingga tetap bisa menjaga keseimbangan antara karir dan kesehatan mental.
Kelola Keuangan dengan Bijak. Jika ingin healing sebelum bekerja, pastikan memiliki tabungan yang cukup. Jangan sampai keputusan untuk beristirahat malah menyebabkan masalah keuangan yang lebih besar di kemudian hari.
Bangun Mental yang Lebih Tangguh. Meskipun kesehatan mental itu penting, dunia kerja tetap membutuhkan ketahanan dan kedisiplinan. Gen Z perlu belajar menghadapi tekanan dengan lebih bijak, bukannya langsung kabur setiap kali merasa stres. Dengan demikian, mereka bisa tetap menjaga kesehatan mental tanpa harus mengorbankan masa depan karier.
ADVERTISEMENT
Fenomena "healing dulu, kerja nanti" mencerminkan perubahan pola pikir Gen Z yang lebih mengutamakan kesejahteraan dibandingkan kerja keras tanpa batas. Di satu sisi, ini adalah langkah positif menuju kehidupan yang lebih seimbang. Namun jika tidak dikelola dengan baik, tren ini juga bisa membawa dampak negatif seperti kurangnya ketahanan, tantangan, dan kegagalan dalam mencapai kemandirian finansial.
Menemukan keseimbangan antara penyembuhan dan tanggung jawab. Istirahat itu penting, tapi jangan sampai dijadikan alasan untuk terus mengenang masa depan. Pada akhirnya, hidup yang seimbang bukan hanya tentang menghindari stres, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa tetap berkembang dan mencapai tujuan dengan cara yang sehat dan berkelanjutan.
Anisa Sihite, Mahasiswa FEB Prodi Manajemen Universitas Katolik Santo Thomas Medan
ADVERTISEMENT