news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Filosofis Gunungan Wayang pada Pementasan Wayang Golek 'Bandung Bandawasa'

Sri Luluk Mutholi'ah
Saya Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang sekaligus menjadi guru prakarya dan madrasah diniyah di MTs.Manbaul Ulum di Tangerang Selatan.
16 Desember 2022 12:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Luluk Mutholi'ah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto screenshoot  saat  live streaming youtube pergelaran wayang golek 'Bandung Bandawasa' dengan dalang Ki Wardana .W. Kusuma di museum wayang Kota Tua.
zoom-in-whitePerbesar
Foto screenshoot saat live streaming youtube pergelaran wayang golek 'Bandung Bandawasa' dengan dalang Ki Wardana .W. Kusuma di museum wayang Kota Tua.
Wayang merupakan salah satu warisan budaya di Indonesia. Menurut Sunarto (1989:16-17) mengungkapkan bahwa berdasarkan kepercayaan arwah leluhur wayang dapat dikatakan sebagai gambar bayangan para leluhur yang sudah meninggal. Wayang memiliki berbagai jenis bentuk yang beragam, salah satunya yaitu wayang golek. Wayang golek termasuk ke dalam jenis wayang 3 dimensi yang terbuat dari kayu, berbentuk bulat dan tebal. Menurut Guritno (1988:30) mengatakan bahwa wayang mengalami perubahan makna seiring perkembangan dalam masyarakat. Wayang sudah tidak lagi dimaknai sebagai bayangan namun dimaknai sebagai pertunjukan panggung atau teater.
ADVERTISEMENT
Dalam pementasan wayang terdapat unsur benda dan unsur manusia, salah satu unsur bendanya yaitu berupa gunungan atau kayon. Setiap unsur benda dan unsur manusia memiliki filosofisnya tersendiri.
Lalu, bagaimana filosofis gunungan wayang pada pementasan wayang?
Gunungan wayang dapat dikatakan sebagai kayon. Kayon biasanya digunakan dalam berbagai macam pementasan wayang. Kayon berasal dari kata kayun yang berasal dari bahasa Kawi yang memiliki makna cita-cita atau kehendak. Gunungan wayang ini pertama kali diciptakan sekitar tahun 1443 Caka (tahun dengan sengkalan berbunyi Geni Dadi Sucining Jagad).
Gunungan wayang terbagi menjadi dua jenis berdasarkan klasifikasinya, yaitu gunungan blumbangan dan gunungan gapuran. Gunungan blumbangan (betina) dapat dicirikan dengan adanya ornamen blumbang (kolam: bahasa Jawa) yang lengkap dengan air yang menunjukkan kehidupan hewan di dalamnya seperti ikan dan beberapa hewan lainnya. Pada gunungan gapuran (jantan) dapat dicirikan dengan ornamen gapuran (rumah joglo: bahasa Jawa) yang lengkap dengan dua sosok raksasa di bagian kanan dan di bagian kiri gapura yang berfungsi sebagai penjaga.
ADVERTISEMENT
Gunungan wayang berfungsi sebagai pembuka dan penutup berbagai macam pementasan wayang. Tidak hanya itu, gunungan wayang juga berfungsi sebagai penanda dalam pergantian adegan pementasan wayang. Selanjutnya salah satu fungsi gunungan wayang yaitu sebagai penanda latar yang menggambarkan suasana dan tempat. Fungsi lainnya yaitu sebagai penanda atau kode dari dalang kepada wiyaga (pengrawit atau penabuh gamelan) untuk memainkan gamelan.
Pada pembukaan pementasan wayang golek “Bandung Bandawasa” dimunculkan tiga kayon. Kayon pertama yaitu jenis kayon blumbangan yang memiliki bentuk gemuk, lebih pendek dari kayon gapuran, bagian bawah berlukiskan kolam air yang jernih dan ditengahnya terdapat sepasang ikan yang berpasangan, diatasnya terdapat sepasang harimau berwarna hitam yang saling berhadapan, sedangkan bagian belakangnya berlukiskan api yang membara dan kepala makara. Makara merupakan makhluk mitologi dari kombinasi gajah dan ikan dengan variasi tertentu yang digambarkan dengan mulut yang terbuka lebar.
ADVERTISEMENT
Filosofis pada kayon pertama yaitu memiliki bentuk yang lebih pendek dari kayon gapuran karena derajat perempuam lebih rendah dibanding dengan derajat laki-laki. Terdapat lukisan kolam air yang jernih melambangkan pemikiran yang jernih, sedangkan ikan yang berpasangan sebelah kiri melambangkan pemikiran yang buruk, sedangkan ikan sebelah kanan melambangkan pemikiran yang baik. Sepasang harimau berwarna hitam yang saling berhadapan melambangkan sifat manusia yang mampu menjadi seorang pemimpin bagi dirinya sendiri dan mampu bertindak bijaksana, mampu mengendalikan nafsu dan hati nurani untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bagian belakang kayon terdapat lukisan api yang menyala melambangkan adanya godaan atau tantangan yang membahayakan bagi keselamatan manusia, sedangkan makara melambangkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki sifat rakus dan jahat seperti setan.
ADVERTISEMENT
Kayon kedua yaitu jenis kayon gapuran yang memiliki bentuk yang ramping, lebih tinggi dari kayon blumbangan, bagian bawahnya berlukiskan gerbang, di sebelah kanan dan kirinya dijaga oleh dua raksasa kembar yaitu Cingkrabala dan Balauputra, di atas terdapat harimau berwarna putih di bagian kanan dan harimau berwarna orange di bagian kiri, sedangkan bagian belakangnya berlukiskan api merah yang menyala.
Filosofis pada kayon kedua yaitu memiliki bentuk yang lebih tinggi dari kayon blumbangan karena derajat laki-laki lebih tinggi dibanding dengan derajat perempuan. Gerbang melambangkan batas alam dunia dan alam akhirat. Dua raksasa kembar pada bagian kiri melambangkan penjaga dunia yang gelap, sedangkan pada bagian kanan melambangkan penjaga dunia yang terang dan keduanya dilengkapi dengan pedang serta tameng sebagai alat untuk melindungi. Harimau berwarna putih di bagian kanan melambangkan sifat baik, sedangkan harimau berwarna orange di bagian kiri melambangkan sifat buruk. Pada bagian belakang berlukiskan api yang menyala melambangkan adanya godaan atau tantangan yang membahayakan bagi keselamatan manusia.
ADVERTISEMENT
Kayon ketiga yaitu jenis kayon blumbangan yang memiliki bentuk gemuk, lebih pendek dari kayon gapuran, bagian bawah berlukiskan kolam air yang jernih dan ditengahnya terdapat sepasang ikan yang berpasangan, diatasnya terdapat sepasang harimau berwarna orange yang saling berhadapan, sedangkan bagian belakangnya berlukiskan api yang membara dan kepala makara. Makara merupakan makhluk mitologi dari kombinasi gajah dan ikan dengan variasi tertentu yang digambarkan dengan mulut yang terbuka lebar.
Filosofis pada kayon ketiga yaitu memiliki bentuk yang lebih pendek dari kayon gapuran karena derajat perempuan lebih rendah dibandingkan dengan derajat laki-laki. Terdapat lukisan kolam air yang jernih yang melambangkan pemikiran yang jernih, sedangkan ikan yang berpasangan sebelah kiri melambangkan pemikiran yang buruk, sedangkan ikan sebelah kanan melambangkan pemikiran yang baik. Harimau orange yang saling berhadapan melambangkan suasana yang lebih emosional. Bagian belakang kayon terdapat lukisan api yang menyala melambangkan adanya godaan atau tantangan yang membahayakan bagi keselamatan manusia, sedangkan makara melambangkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki sifat rakus dan jahat seperti setan.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan filosofi kayon dalam pementasan wayang yang telah dipaparkan, bahwa lukisan dalam kayon memiliki hubungan dengan kehidupan manusia, sifat-sifat manusia, serta penggambaran suasana yang diperlukan dalam permentasan wayang. Sehingga kita bisa mengambil pembelajaran dari filosofis kayon dalam unsur wayang.
Oleh mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
Lastri lina Erliyawati, Salsabila Mega, dan Sri Luluk Mutholi'ah
Sumber :
Rukiah, Yayah. "Makna Warna Pada Wajah Wayang Golek." Jurnal Desain 2.03 (2015): 183-194.v