Konten dari Pengguna

Cahaya Di Ujung Malam

Muhammad Adzmy Askandary
mahasiswa, universitas pamulang, sastra indonesia
30 Juni 2024 12:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Adzmy Askandary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Muhammad Adzmy Askandary
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Muhammad Adzmy Askandary
Di sebuah vila yang terletak di kaki bukit, ada seorang pemuda bernama Raden. Pada hari itu, Raden bangun dari tidur-nya sebelum fajar untuk menyambut matahari terbit dari puncak bukit di dekat vila tempat penginapannya. Bagi Raden, menyaksikan sunrise adalah ritual yang memberinya kekuatan dan harapan.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, Raden memulai perjalanannya saat langit masih terlihat gelap. Jalan setapak menuju bukit sudah dihafalnya di luar kepala. Raden afal jalan menuju bukit, karena ia pernah ketempat itu sebelumnya, Lalu ia berjalan dengan tenang, menghirup udara pagi yang segar, dan merasakan embun yang menyentuh kulitnya. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Di tengah perjalanan, Raden bertemu dengan seorang gadis yang terlihat bingung.
"Selamat pagi," sapa Raden dengan senyum ramah. "Kamu tersesat?"Gadis itu, yang bernama Putri, mengangguk. 
"Iya, aku mencari tempat terbaik untuk melihat matahari terbit, tapi sepertinya aku salah jalan."
Raden tertawa kecil. "Kamu beruntung bertemu denganku. Aku tahu tempat yang tepat. Ayo, ikuti aku."
Mereka berjalan bersama menuju bukit. Dalam perjalanan, mereka berbincang tentang banyak hal—tentang kehidupan di desa, tentang impian mereka, dan tentang betapa indahnya dunia ini jika dilihat dari sudut yang tepat. Raden merasa ada sesuatu yang istimewa dalam percakapan mereka, sesuatu yang menghangatkan hatinya.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di bukit, langit mulai memancarkan semburat warna jingga dan merah muda. Mereka duduk berdampingan, menantikan momen magis itu. Perlahan, matahari mulai muncul di balik cakrawala, menyinari dunia dengan cahayanya yang hangat. Putri terpesona, matanya berbinar melihat keindahan yang ada di depan mereka.
"Indah sekali," ucap Putri dengan suara     berbisik. "Terima kasih sudah membawaku ke sini."
Raden tersenyum. "Sunrise selalu mengingatkan kita bahwa setiap hari adalah awal yang baru. Tidak peduli seberapa gelap malam, karena selalu ada cahaya yang menunggu di ujungnya."
Setelah mendengar perkataan Raden, Putri menatap Raden dengan rasa terima kasih yang dalam. "Kamu benar. Sunrise ini bukan hanya tentang matahari terbit, tapi juga tentang harapan dan kesempatan baru."
ADVERTISEMENT
Sejak hari itu, Raden dan Putri sering bertemu untuk menyaksikan sunrise bersama. Dari kebersamaan itu, tumbuhlah perasaan yang lebih dalam di antara mereka. Matahari terbit yang awalnya hanya menjadi ritual pribadi Arga, kini menjadi momen yang mereka bagi bersama—momen yang penuh cinta dan harapan.
Mereka sadar bahwa setiap sunrise membawa cerita baru, dan cerita mereka kini saling terjalin, menciptakan harmoni yang indah di bawah sinar mentari pagi. Di ujung malam yang gelap, selalu ada cahaya yang membawa kehangatan, seperti cinta yang tumbuh di hati mereka.
Dengan setiap matahari terbit, Raden dan Putri belajar bahwa hidup adalah tentang menemukan cahaya di setiap kesempatan, dan bahwa cinta sejati akan selalu menyinari jalan mereka, tidak peduli seberapa gelap malam sebelumnya.
ADVERTISEMENT