Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
4 Faktor Penyebab Minimnya Literasi di Desa
16 November 2024 1:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aris agustian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Literasi, menurut UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama dalam membaca dan menulis, yang tidak terikat pada konteks di mana keterampilan itu diperoleh maupun siapa yang memperolehnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, isu rendahnya literasi di Indonesia masih menjadi perhatian. Padahal, dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi besar dalam hal sumber daya manusia. Sebuah studi dari PwC bahkan memprediksi Indonesia dapat menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050.
Namun, fakta menunjukkan bahwa tingkat literasi atau minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. UNESCO melaporkan bahwa minat baca di Indonesia termasuk salah satu yang terendah di dunia. Walaupun tingkat literasi di Indonesia telah mencapai 98,2% pada 2022, studi Programme for International Student Assessment (PISA) dari OECD mengungkapkan bahwa 70% siswa Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah.
Kesenjangan literasi antara kota besar dan daerah pedesaan juga sangat terlihat. Berbagai faktor berikut menjadi penyebab rendahnya tingkat literasi di desa:
ADVERTISEMENT
1. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Minimnya fasilitas seperti perpustakaan menjadi kendala utama di banyak desa. Bahkan jika sebuah desa memiliki perpustakaan, koleksi bukunya sering kali tidak memadai. Banyak perpustakaan hanya menyediakan buku dengan genre yang kurang relevan bagi siswa atau mahasiswa. Akibatnya, minat masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan pun rendah.
2. Kurangnya Perhatian dari Orang Tua
Saat ini, banyak anak-anak dari tingkat SD hingga SMA memiliki akses ke ponsel. Sayangnya, penggunaan ponsel ini lebih banyak untuk bermain game online daripada membaca e-book atau konten edukatif lainnya. Peran orang tua sangat penting dalam membatasi penggunaan ponsel untuk hal-hal yang tidak produktif. Orang tua perlu membiasakan anak-anak mereka membaca buku atau menulis agar keterampilan literasi mereka berkembang.
ADVERTISEMENT
3. Faktor Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu penghambat utama pengembangan literasi. Banyak siswa yang sebenarnya memiliki minat membaca atau menulis, namun tidak mampu membeli buku karena keterbatasan ekonomi. Dengan uang jajan harian yang terbatas, prioritas mereka sering kali bergeser ke kebutuhan lain, seperti membeli kuota internet. Membaca buku pun menjadi kegiatan yang asing bagi mereka.
Minimnya akses ke sumber motivasi seperti podcast, video edukatif, atau konten kreatif tentang literasi juga menjadi penghambat. Di sekolah, siswa sering kali hanya diarahkan membaca buku pelajaran yang tersedia di perpustakaan. Namun, koleksi buku yang monoton dan kurang menarik membuat mereka kehilangan minat membaca. Tidak ada dorongan atau buku pertama yang mampu memancing rasa ingin tahu mereka.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Minimnya literasi di desa disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya perhatian orang tua, kondisi ekonomi yang sulit, dan minimnya motivasi untuk membaca. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan keluarga, guna meningkatkan akses dan minat literasi di daerah pedesaan.
Penulis: Aris Agustian
Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Pamulang