Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Psikoanalisis Freud: Apakah Ingatan Buruk yang Kita Lupakan Benar-benar Hilang?
1 Desember 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Siti Kamilat'Tu Sa'Diyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian merasakan hal yang sama? Fobia akan sesuatu tanpa tahu penyebabnya? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah sebenarnya kita tahu penyebabnya tetapi melupakan alasannya? Lalu, apakah ingatan yang terlupakan benar-benar hilang dalam ingatan? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi pusat perhatian para ahli psikologi selama bertahun-tahun, mengingat bagaimana kompleksnya cara kerja pikiran manusia.
ADVERTISEMENT
Ingatan, pada dasarnya bukan hanya sekadar kemampuan untuk mengingat sesuatu yang terjadi di masa lalu. Ada berbagai lapisan proses di baliknya—mulai dari bagaimana otak menyimpan informasi, bagaimana kita mengaksesnya kembali, hingga bagaimana emosi dan pengalaman kita memengaruhi cara ingatan itu muncul. Tidak jarang, sesuatu yang kita pikir terlupakan, ternyata hanya terpendam, menunggu momen tertentu untuk muncul kembali. Di sinilah teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang dokter pakar syaraf dan psikiatri asal Austria, memberikan perspektif menarik. Simak persfektifnya dalam artikel ini, yuk!
Tingkatan Kesadaran Manusia
Pernahkah kalian melihat gunung es secara langsung atau dari gambar yang ada di internet? Saat melihat gunung es, kita tidak tahu seberapa dalam bagian yang berada di dalam air, kan? Kita hanya mengetahui bagian kecil yang ada dipermukaan. Nah, Freud mengibaratkan tingkatan kesadaran manusia seperti gunung es. Menurut Freud, ada tiga struktur kesadaran manusia, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious) (Nawariah, 2022).
ADVERTISEMENT
Tingkat sadar (conscious) yang diibaratkan sebagai bagian yang terlihat dipermukaan. Keadaan sadar ini dapat dirasakan ketika kita belajar sungguh-sungguh, penuh atensi, dan dapat memahami apa yang sedang dipelajari. Ada juga tingkat prasadar (preconscious) yang diibaratkan sebagai jembatan permukaan yang terlihat dan tidak dalam bagian gunung es. Tingkat prasadar adalah jembatan antara alam sadar dan tidak sadar. Keadaan ini dapat dirasakan ketika kita mengantuk atau setengah tertidur. Saat dalam keadaan itu, kita dapat mendegar sayup-sayup suara, tetapi ketika terbangun, kita tidak tahu pasti suara apa itu. Terakhir, ada tingkat tak sadar (unconscious) yang diibaratkan sebagai bagian yang ada di dalam air. Bagian yang paling dalam dan terpenting dari jiwa manusia serta tempat sebagian besar kehidupan mental. Keadaan ini dapat dirasakan ketika kita sedang tidur dan bermimpi.
ADVERTISEMENT
Komponen Pembentuk Kepribadian
Freud mengemukakan teori tambahan yang melengkapi teori di atas, yaitu teori kepribadian. Menurut Freud, kepribadian manusia terbentuk dari 3 komponen yaitu Id, Ego, dan Superego (Fatoni, et al., 2015). Id adalah kepribadian yang paling primitif, yang sudah ada sejak manusia lahir, terdiri dari impuls biologis dasar, yang menuntut untuk segera dipuaskan. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, id berusaha memperoleh kesenangan tanpa memedulikan situasi eksternal dan menghindari rasa sakit.
Ego tumbuh dari Id agar kita sanggup menanggulangi realita. Ego merupakan pelaksana dari karakter, yang mempunyai dua tugas utama, yaitu memilah stimulus mana yang hendak direspon. Kedua, memastikan kapan serta bagaimana kebutuhan itu dipuaskan. Superego merupakan kekuatan moral serta etik dari karakter, yang beroperasi mengenakan prinsip idealistik. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang sudah dicoba ataupun baru dalam pikiran.
ADVERTISEMENT
Kerja sama ketiga komponen ini dapat digambarkan menggunakan fenomena sehari-hari. Misalnya, ketika kita kelaparan tetapi tidak memiliki uang untuk membeli makanan, di depan kita melihat makanan enak. Terjadi perang antara Id dan Superego, antara haruskah kita mencuri makanan tersebut untuk menghilangkan rasa lapar atau haruskah kita melewatkan makanan tersebut mengingat perilaku mencuri itu dilarang agama. Egolah yang mengambil keputusan.
Dari paparan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa teori tingkat kesadaran dan kepribadian memiliki korelasi, yaitu id dan superego merupakan bagian dari ketidaksadaran manusia, sedangkan ego bagian dari kesadaran manusia.
Jadi, kemana semua ingatan buruk yang kita lupakan?
Apa hubungan teori-teori di atas dengan ingatan buruk yang terlupakan? Pengalaman buruk biasanya terjadi apabila tuntutan Id tidak terealisasikan. Jika hal tersebut terjadi, kita akan merasakan kecemasan. Cara mengurangi kecemasan ini disebut dengan mekanisme pertahanan (defense mecanisms), yakni alat untuk mempertahankan diri dari kecemasan yang tidak menyenangkan. Salah satu bentuk defense mecanisms adalah repsesi (Cramer, 2008).
ADVERTISEMENT
Represi yakni bentuk defense mecanism yang menekan kecemasan ke dalam ketidaksadaran. Seperti yang sudah kita bahas di atas, bagian ketidaksadaran menyimpan banyak hal yang membentuk kepribadian manusia. Menurut (Freud, 1923) pengalaman yang tidak menyenangkan atau traumatis sering kali ditekan ke dalam alam bawah sadar agar tidak mengganggu keseimbangan psikologis kita. Hal ini didukung oleh (Solms, 2019) yang menjelaskan bahwa represi melibatkan sistem pengaturan emosi yang secara aktif menekan informasi traumatis agar tidak mencapai kesadaran.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ingatan buruk yang sudah kita lupakan tidak benar-benar hilang dari ingatan, tetapi ingatan itu ditekan ke alam bawah sadar. Jadi, tidak heran jika kita merasa menakuti sesuatu atau fobia terhadap sesuatu tetapi tidak tahu sebab awalnya. Hal itu terjadi sebagai bentuk dari pertahanan diri kita agar kita dapat melanjutkan hidup tanpa fokus pada ingatan menakutkan itu.
ADVERTISEMENT
Setelah menelusuri gagasan besar Sigmund Freud tentang psikoanalisis dan salah satu mekanisme pertahanan diri, kita memahami bahwa ketidaksadaran manusia memegang peran penting dalam menyimpan semua ingatan termasuk yang dirasa sudah kita lupakan. Namun, kita mengetahui juga bahwa ingatan pada dasarnya tidak hilang sepenuhnya dari kita dan hanya ditekan agar kita mendapatkan keseimbangan psikologis. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana alam bawah sadar bekerja, kita dapat lebih memahami diri sendiri. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya. Mari jaga kesehatan mental kita!
Referensi:
Cramer, P. (2008). Seven Pillars of Defense Mechanism Theory. Social and Personality Psychology Compass, 2(5), 1963–1981. https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2008.00135.x
Fatoni, M., Ali Mustofa, D., Ariyanti, I., Kristanti, I. L., Andriyani, S., Luthfiyati, D., Rohim, A. A., Saifulloh, A. I., Rojabi, A. R., Syafi’i, A., Aini, D. N., Nimasari, E. P., Faridah, F., Sa’adah, L., Adnyani, L. D. S., Fatmawaty, R., Safriyani, R., S. (2015). Filsafat Keseharian Praktik Pendidikan, Bahasa, dan Sastra.
ADVERTISEMENT
Freud, S. (1923). The Ego and the Id. London: Hogarth Press and Institute of Psycho Analysis.
Nawariah, N. (2022). Konsep Manusia Menurut Pandangan Psikoanalisis Dan Behaviorisme. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Kearifan Lokal (JIPKL), 2(5), 252–259.
Solms, M. (2019). The hard problem of consciousness and the free energy principle. Frontiers in Psychology, 9(JAN), 1–16. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.02714