Konten dari Pengguna

Nasionalisme dalam Novel Cinta Tanah Air Karya Nur Sutan Iskandar

Dwi Norma Apriyanti
Mahasiswa Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Oktober 2023 20:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Norma Apriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Novel (:https://pixabay.com/id/images/search/buku/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Novel (:https://pixabay.com/id/images/search/buku/)
ADVERTISEMENT
Buku novel sastra yang berjudul Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar yang terbit pada tahun 1944 ini menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Amirudddin, di dalam dadanya tertanam jiwa nasionalisme yang sangat tinggi. Novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan nomor ISBN 979-666-209-4 dan berjumlah 186 halaman ini dibuka dengan kisah Amiruddin yang menaiki trem dari Bandung menuju Jakarta hanya untuk melihat sebuah pasar malam yang berbeda dari biasanya. Ketika di perjalanan ia terkesima pada seorang wanita yang beradu pandang dengannya ketika di dalam trem. Dia juga bertemu dengan pemuda yang bernama Salihun dan sahabat lamanya, Harjono. Tak disangka pertemuannya dengan wanita tersebut terjadi kembali ketika di pasar malam. Saat hendak membeli sapu tangan dia pun bersebelahan dengan wanita tersebut tetapi mereka hanya sedikit berinteraksi, dan disanalah sapu tangan mereka tertukar.
ADVERTISEMENT
Amiruddin juga secara tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya yang ternyata teman karib ayahnya dahulu semasa hidup. Hingga saat Amir, begitu sapaan temannya, berkunjung ke rumah teman ayahnya untuk sekadar bersilaturahmi. Laki-laki yang dipanggil Bapa oleh Amir mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik dan baik budi pekertinya, dan ternyata perempuan tersebut merupakan seorang wanita yang pernah ia temui ketika di trem dahulu, wanita tersebut bernama Astiah namun kerap dipanggil Ruk oleh kedua orang tuanya. Sebelum kepulangan Amir, Ruk memberikan sebuah bungkusan yang berisi sebuah surat dan sapu tangan milik Amir yang tertukar dahulu. Surat tersebut kemudian dibalas Amir dan mereka saling mengagumi satu sama lain, singkat cerita keluarga Amir pergi ke Jakarta untuk melamar Astiah dan diterima oleh keluarga wanita tersebut.
ADVERTISEMENT
Amir pun mengajak tunangannya berkunjung ke rumah sahabatnya Harjoyo dan mereka saling bertukar pikiran mengenai unsur-unsur barat yang masih ada di Indonesia saat itu. Keduanya memiliki nilai nasionalisme yang sudah tidak diragukan lagi kecintaannya terhadap tanah air, hal itu dibuktikan dengan penggalan bait yang menyatakan bahwa mereka lebih baik mati membela tanah air daripada tidak sama sekali. Di dalam tubuh Amir mengalir jiwa sang ayah sehingga mereka sama-sama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, bahkan ayahnya rela mengorbankan keluarga untuk membela tanah air dan gugur sebagai pejuang.
Amir juga ingin meneruskan perjuangan mendiang ayahnya untuk membela tanah air, karena hal tersebut merupakan impiannya sejak lama. Namun ketika dia diterima menjadi serdadu untuk berperang mempertahankan tanah air, hal tersebut membuatnya dilema karena ia memiliki keluarga dan tunangan yang tidak mungkin ditinggal begitu saja. Namun ia telah mengantongi persetujuan dari ibunya untuk menjadi serdadu, sementara jika ia ceritakan hal tersebut kepada keluarga tunangannya, pasti tidak diperbolehkan karena ia harus meninggalkan tunangannya tersebut dan sedikit kemungkinan untuk ia pulang kembali ke rumah. Ternyata setelah hal itu dibicarakan dengan keluarga besarnya, maka tunangannya memutuskan untuk ikut berjuang membela tanah air tercinta, dengan Amir menjadi pejuang dan Astiah menjadi juru rawat. Dengan begitu mereka sama-sama berjuang membela tanah air.
ADVERTISEMENT
Novel dengan sampul berwarna merah ini harus dibaca oleh semua orang karena novel ini membahas mengenai jiwa nasionalisme yang harus ditumbuhkan kembali karena sudah mulai punah termakan zaman modern seperti sekarang ini. Menariknya di dalam novel ini banyak sekali bait-bait yang menyuarakan bahwa seseorang harus menanamkan nilai nasionalisme di dalam dirinya karena jika bukan kita lalu siapa lagi dan jika bukan sekarang maka kapan lagi. Novel ini juga disuguhkan dengan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh siapa saja yang membacanya dan akhir dari cerita ini juga sangat sulit ditebak karena berbeda dengan cerita lainnya yang membahas mengenai perjuangan.
Novel ini memberikan pelajaran bahwa kita harus mencintai dan melindungi tanah air tercinta ini karena jika lengah sedikit maka nilai-nilai barat yang bertentangan dengan pedoman negara kita akan mudah masuk dan memengaruhi budaya kita selain itu juga harus berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dipilih
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan lupa baca ya!!!