Konten dari Pengguna

Pentingnya Teknik Storytelling Di Kalangan Akademisi

Nadief Rahman Harris
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga
2 Oktober 2024 21:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadief Rahman Harris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penggunaan teknik storytelling dalam menyampaikan informasi. sumber: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Penggunaan teknik storytelling dalam menyampaikan informasi. sumber: pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam buku "Aksi Massa", Tan Malaka menyampaikan sebuah pesan yang mendalam: "Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali." Pesan ini secara tersirat menggugah kaum akademik, yang sering terjebak dalam menara gading dengan ide-ide yang megah dan kompleks, namun jarang terhubung dengan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan pemahaman antara intelektual dan masyarakat umum menjadi semakin nyata. Banyak gagasan yang dihasilkan di kalangan akademisi tidak berkesinambungan dengan apa yang diperlukan oleh masyarakat. Di sinilah teknik storytelling menjadi sangat penting. Storytelling bukan sekadar menyampaikan cerita, ia adalah cara untuk menghubungkan ide-ide dengan pendengar melalui kata-kata, gambar, suara, atau media lainnya. Dalam dunia kerja, storytelling digunakan untuk menarik perhatian pelanggan terhadap produk atau jasa, tetapi dalam konteks akademis, perannya jauh lebih mendalam.
Indonesia, sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman dan pluralitas, menjadikan bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi antar suku bangsa. Namun, berbahasa Indonesia saja tidak cukup. Kemampuan berkomunikasi yang baik, termasuk di dalamnya teknik storytelling, dapat memperkuat keutuhan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Akademisi, yang berperan sebagai pengajar, peneliti, dan ilmuwan, memiliki tanggung jawab untuk menjembatani kesenjangan ini. Mereka adalah edukator yang seharusnya mampu menjelaskan gagasan dan penelitian mereka dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Dengan menggunakan teknik storytelling, maka presentasi ilmiah, penulisan karya tulis, dan kegiatan belajar mengajar dapat menjadi lebih menarik dan bermakna.
Di tengah kondisi literasi bangsa yang memprihatinkan, dengan skor PISA yang stagnan bahkan cenderung menurun, kaum intelektual diharapkan untuk "turun gunung." Muncul pertanyaan, mengapa teknik storytelling begitu penting dalam konteks ini?
Masyarakat Indonesia memiliki sejarah dan budaya yang kaya akan narasi. Contohnya, tradisi wayang kulit yang menggambarkan kehidupan tokoh-tokoh pewayangan dengan cara yang menarik. Melalui pertunjukan ini, penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dalang yang bercerita dengan makna tersirat dan tembang yang dilantunkan oleh sinden menciptakan pengalaman yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kultur pengajian dalam masyarakat Muslim juga menunjukkan bagaimana pemuka agama menggunakan teknik-teknik bercerita untuk menyampaikan ajaran kebaikan. Dengan semangat yang membara, mereka mendorong masyarakat untuk berbuat baik dan menjauhi kemungkaran, seringkali dengan cara yang lucu dan menyenangkan.
Oleh karena itu, bagi para intelektual, penting untuk menyadari bahwa ide-ide yang kompleks perlu disampaikan dengan cara yang sesuai untuk audiens. Sangat disayangkan jika gagasan-gagasan yang berharga hanya terhenti dalam jurnal ilmiah yang sulit diakses oleh masyarakat. Sebab, ide yang baik adalah ide yang dapat memberikan manfaat luas.
Dengan mengadopsi teknik storytelling, akademisi dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan masyarakat, menciptakan dialog yang lebih berarti, dan pada akhirnya, berkontribusi pada peningkatan literasi dan pemahaman di seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT