Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Student Digital Movement Sebagai Upaya Melawan "Leviathan"
2 Oktober 2024 12:13 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nadief Rahman Harris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Hidup Mahasiswa!, Hidup Rakyat Indonesia!" teriak sang orator dengan semangat di tengah aksi demonstrasi yang berlangsung di persimpangan jalan. Meskipun sedikit mengganggu arus lalu lintas, tujuan mereka jelas: mendorong perubahan menuju sistem pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan kredibel.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia, yang telah ada sejak era pra-kemerdekaan hingga reformasi saat ini. Dalam berbagai dinamika kebangsaan, mahasiswa hadir sebagai agen perubahan, kekuatan moral, dan penyambung aspirasi rakyat. Di tengah perjalanan waktu, gerakan mahasiswa harus terus berkembang, sejalan dengan tuntutan zaman. Sebagai implementasi dari gagasan dalam buku "Aksi Massa" karya Tan Malaka, mahasiswa dituntut untuk beradaptasi dan berkesinambungan.
Ketika kita berbicara tentang leviathan, kita sering kali teringat pada makhluk laut raksasa yang melambangkan kekuatan primordial. Dalam konteks Yunani, makhluk seperti "Ketos" menggambarkan ketakutan manusia terhadap kekuatan alam yang tidak terkendali. Pemikiran ini juga terinspirasi oleh Thomas Hobbes, yang pada tahun 1658 menggambarkan Leviathan sebagai simbol kekuatan dan kedaulatan yang absolut. Dalam pandangannya, negara memiliki peran dominan dalam menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat untuk mencegah kekacauan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, gerakan mahasiswa berfungsi sebagai penyeimbang terhadap kekuatan absolut tersebut. Mereka bukan sekadar mencari kesalahan pemerintah, tetapi berperan sebagai moral force yang membawa nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Tugas mereka adalah mencerahkan masyarakat dan menjadi pengawas bagi pemegang kekuasaan, memastikan bahwa suara rakyat tidak terabaikan.
Namun, gerakan mahasiswa tidak dapat stagnan; perlu adanya relevansi yang menjawab tantangan zaman. Gerakan yang terjadi pada tahun 1908, 1928, 1966, hingga 1998 menunjukkan adanya perubahan esensial, meskipun tujuan akhir tetap sama yakni memperjuangkan keadilan dan perubahan sosial.
Kita telah menyaksikan aksi-aksi seperti #reformasidikorupsi, #rkuhp, #omnibuslaw, #aksibelapalestina, dan #peringatandarurat, yang menunjukkan kekuatan traffic di dunia sosial media. Viralitas ini menjadi bentuk people power yang signifikan, menginformasikan publik tentang kekeliruan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Namun, viralitas ini bukanlah indikator kesuksesan, substansi gerakan terletak pada perubahan nyata yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu, evaluasi gerakan adalah penting untuk memperbaiki strategi dan tujuan.
ADVERTISEMENT
Di sinilah student digital movement berperan, menjadi inovasi di kalangan mahasiswa yang memanfaatkan teknologi digital untuk advokasi, perubahan sosial, pendidikan, dan pengorganisiran komunitas. Gerakan ini memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan pesan dan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu tertentu. Tidak hanya sekadar memindahkan aktivitas konvensional ke dunia maya, tetapi lebih jauh lagi, mengubah cara kita berinteraksi dan mempengaruhi masyarakat.
Dengan 185,3 juta pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2024, dan 139,0 juta pengguna media sosial, potensi untuk mempengaruhi masyarakat menjadi sangat besar. Juga, dengan total sambungan telepon seluler aktif mencapai 353,3 juta, kita melihat betapa pesatnya adopsi teknologi dan komunikasi dalam masyarakat.
Pengaruh influencer di dunia sosial media semakin menambah kompleksitas ini. Bagi para aktivis, penting untuk memahami dan memanfaatkan teknik-teknik dalam penggunaan media sosial agar gerakan mahasiswa dapat lebih berdampak dan terarah. Dalam dunia yang terus berubah, mahasiswa harus mampu beradaptasi dan menggunakan sarana yang ada untuk melawan "Leviathan" dan mewujudkan perubahan yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Dengan potensi besar dari pengguna internet dan media sosial di Indonesia, mahasiswa harus terus mengembangkan strategi yang relevan dan melakukan evaluasi untuk memastikan gerakan mereka tetap berdaya guna, berfungsi sebagai moral force dan watchdog bagi pemegang kekuasaan, sehingga suara rakyat dapat terdengar dan dihargai.
vox populi vox dei - suara rakyat adalah suara Tuhan