Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sepeda Bukan Hanya Sekadar Hobi
28 Januari 2022 11:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dodi Iswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di awal tahun 2000 bersepeda ke sekolah maupun ke perguruan tinggi diberbagai daerah di Indonesia masih menjadi fenomena umum. Apalagi di bawah tahun 2000, sepedalah yang menjadi alat transportasi utama masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat itu di awal tahun 2000 an bersepeda menuju sekolah ataupun menuju perguruan tinggi di Indonesia oleh siswa dan mahasiswa seperti kebutuhan primer, karena memang saat itu tidak ada pilihan lain yang lebih murah dan lebih cepat bagi siswa dan mahasiswa untuk sampai ke sekolah ataupun ke perguruan tinggi tempat mereka belajar.
Saya saat itu berangkat ke sekolah menengah di awal tahun 2000-an juga menggunakan sepeda. Tapi saya bersyukur jarak rumah menuju sekolah tidak terlalu jauh hanya sekitar 3 km saja. Jadi dalam sehari saya akan bersepeda setidaknya minimal 6 km jauhnya.
Beberapa teman saya ada yang harus menempuh perjalanan dengan mengendarai sepeda lebih dari 30 km dalam sehari karena jarak rumah mereka ke sekolah yang lumayan jauh. Bersepeda sejauh 30 km dalam sehari memerlukan energi dan ketahanan fisik yang luar biasa, dan jangan bayangkan lagi seperti apa cucuran keringat para pesepeda saat itu, jika ditambahkan Variabel iklim tropis di Indonesia, mandi keringat merupakan hal yang lumrah bagi para pesepeda saat itu.
ADVERTISEMENT
Jauhnya jarak yang harus ditempuh menuju sekolah ternyata tidak menjadi alasan bagi saya dan teman – teman saya untuk tidak menggunakan sepeda sebagai alat transportasi menuju sekolah, saya bahagia dan menikmati saja rutinitas itu, tidak ada perasaan capek atau mengeluh kenapa harus mengendarai sepeda menuju ke sekolah.
Sepeda motor pada saat itu belum bisa menjadi pilihan bagi sebagian besar siswa dan mahasiswa yang ada di Indonesia, karena harga nya yang sangat mahal, dan pastinya tidak terjangkau oleh kantong para orang tua untuk membelikan anaknya sepeda motor untuk ke sekolah.
Bersepeda di awal tahun 2000 an merupakan kebutuhan primer untuk berbagai keperluan perjalanan rutin seperti ke sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia saat itu. Hampir tempat parkir sekolah dan universitas saat itu dipenuhi oleh sepeda.
ADVERTISEMENT
***
Sekarang bersepeda lebih dikenal dengan sebutan gowes. Bersepeda sekarang bukan lagi keperluan dan kebutuhan akan sarana transportasi. Bersepeda dengan istilah gowes itu lebih kepada penyaluran hobi,ikut trend atau hanya olahraga semata.
Pengguna sepeda sekarang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pekerja kantoran, komunitas Sepeda, ataupun dari kalangan Pejabat Tinggi dari Instansi Pemerintah ataupun Swasta. Bersepeda tidak lagi didominasi oleh anak sekolahan ataupun mahasiswa.
Bersepeda sekarang telah menjadi gaya hidup mewah, hal ini dapat dilihat dari harga sepeda yang terkadang tidak masuk akal. Harga sepeda yang lebih mahal cenderung selalu menjadi yang paling diburu oleh para pengguna sepeda.
Sepeda memiliki harga pasar yang "gelap", tidak ada ukuran baku bagi sebuah sepeda hobi. Harga bisa berkisar jutaan hingga puluhan juta bahkan ada yang mencapai ratusan juta.
ADVERTISEMENT
Sehingga terjadi kekaburan makna saat ini, yaitu antara menjadikan sepeda sebagai alat transportasi utama kembali, atau hanya sekadar mengkampanyekan sepeda sebagai alat transportasi yang mewah, yang mana penggunaannya hanya sekadar untuk hobi atau ikut trend ataupun sebatas olahraga semata.
Yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang dengan tujuan kampanye penggunaan sepeda yang masif diberbagai media. Seharusnya kalangan pengguna sepeda didominasi oleh anak Sekolahan ataupun Mahasiswa untuk aktivitas hariannya, namun kenyataannya pengguna sepeda saat ini didominasi oleh kalangan yang berduit yang hanya sekadar menyalurkan hobi atau ingin oleh raga semata.
Mengembalikan minat siswa dan mahasiswa untuk kembali bersepeda ke sekolah adalah hal yang paling benar untuk dilakukan. Caranya adalah melalui paket kebijakan dari pemerintah seperti meningkatkan layanan bagi pengguna sepeda dan memberikan stimulus tambahan.
ADVERTISEMENT
Saya curiga jangan-jangan kampanye penggunaan sepeda yang tidak menyasar siswa dan mahasiswa hanya sebatas mencari sensasi semata, buktinya kampanye penggunaan sepeda seperti bike to work tidak diikuti dengan dukungan layanan bagi pengguna sepeda dari kalangan siswa dan mahasiswa.
Layanannya bagi pengguna sepeda adalah mengintegrasikan para pengguna Sepeda dengan semua alat transportasi publik, baik darat, laut atau bahkan udara. Serta penyiapan jalur khusus bagi pengguna sepeda, baik jalur lurus maupun jalur penyeberangan nya sehingga memudahkan dan aman untuk berkendara jika harus mengubah tempat tujuan dan berbalik arah. Dan yang paling penting adalah mengontrol harga sepeda agar lebih murah dan tetap berkualitas.
Saat ini sepeda yang berkualitas harga nya cenderung mahal, dan sepeda yang berkualitas itu sangat dibutuhkan untuk penggunaan harian karena ringan dan kuat.
ADVERTISEMENT
Pemberian stimulus seperti paket beasiswa kepada siswa dan mahasiswa para pengguna sepeda bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengembalikan Kembali minat siswa dan mahasiswa untuk Kembali bersepeda ke sekolah.
Memaksa dengan sistem supaya siswa dan mahasiswa Indonesia kembali menggunakan sepeda untuk aktivitas harian akan membuat pemuda Indonesia sehat, kuat dan terlatih daya tahannya. Sehingga masa depan Indonesia ke depannya lebih berdaya.
Dodi Iswanto
Sekretaris Jenderal PTIC