Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Melahirkan budaya: Eksplorasi 7 Unsur Kebudayaan dalam Novel Tarian Canting
5 Desember 2023 16:18 WIB
Tulisan dari Lintang Ahadiah Diarni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karya sastra seringkali menjadi jendela yang membuka tirai ke dalam dunia cerita, mengantarkan pembaca pada pengenalan tema utama, dan menciptakan ketertarikan mendalam. Dalam novel "Tarian Canting," keindahan cerita tidak hanya terletak pada narasi yang memikat, tetapi juga dalam refleksi nilai-nilai budaya yang mengalir melalui setiap halaman. Dengan pendekatan antropologi sastra, kita dapat menyibak tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat yang memperkaya makna dan pengalaman membaca.
ADVERTISEMENT
1. Unsur Religius:
Pernikahan Dini sebagai manifestasi nilai-nilai keagamaan menghadirkan dimensi spiritual yang mendalam. Dialog yang penuh makna, seperti "Astagfirullah" dan permohonan ampun, menandai kekuatan agama Islam dalam menyelesaikan konflik dan mengakui kesalahan.
2. Sistem Kemasyarakatan:
Dinamika sosial tercermin dalam konfrontasi antara karakter, menciptakan gambaran tentang norma-norma sosial dan peran gender dalam hubungan.
3. Sistem Peralatan:
Bendera kuning sebagai elemen peralatan membekukan momen sejarah, memberikan latar belakang fisik yang mendalam untuk peristiwa-peristiwa dalam cerita.
4. Sistem Mata Pencaharian:
Kehidupan keluarga yang kompleks, dengan kombinasi pekerjaan pemerintahan dan bisnis sampingan, mencerminkan realitas sistem mata pencaharian yang beragam.
5. Sistem Bahasa:
Pilihan kata-kata formal Dini dan penggunaan bahasa Jawa menciptakan kontrast emosional dan menambah dimensi budaya, merangkum kekayaan linguistik kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
6. Sistem Pengetahuan:
Kutipan terkait pendidikan dan harapan untuk sukses mencerminkan nilai-nilai keluarga yang ditransmisikan melalui generasi, sementara memunculkan ekspektasi gender yang mencerminkan pandangan tradisional.
7. Kesenian:
Seni tari sebagai pusat perhatian menyoroti ekspresi kreatif, dengan gerakan yang lincah menciptakan gambaran tentang keindahan seni pertunjukan.
Novel "Tarian Canting" bukan sekadar kisah, tetapi juga refleksi budaya yang kompleks. Dengan menggali unsur-unsur kebudayaan, pembaca diundang untuk mengeksplorasi makna dan nilai yang tersembunyi di setiap lapisan cerita. Pengalaman membaca menjadi lebih dari sekadar perjalanan, melainkan penemuan mendalam dan berarti dalam kekayaan budaya yang disajikan.