Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengungkap Hubungan FOMO dan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
30 Oktober 2024 16:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nadia Aisya Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
FOMO, atau Fear Of Missing Out, adalah ketakutan akan merasa “tertinggal” karena tidak terlibat dalam aktivitas tertentu. FOMO merupakan perasaan cemas dan takut yang muncul ketika seseorang merasa kehilangan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, atau hal lainnya. Ketakutan akan ketinggalan ini berkaitan dengan persepsi bahwa orang lain sedang bersenang-senang, menjalani hidup yang lebih baik, atau mengalami pengalaman yang lebih menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor penyebab FOMO adalah penggunaan media sosial. Dengan kemajuan teknologi saat ini, kita dapat dengan mudah mengakses jutaan informasi dari berbagai sumber, salah satunya melalui platform seperti Instagram.
Aplikasi yang saat ini banyak digemari dari berbagai kalangan yang memiliki fitur pembaruan video dan foto, seperti fitur Instastory yang dipenuhi dengan postingan rutinitas pengguna, dapat memicu perasaan cemas pada kita sebagai penonton. Hal ini seringkali membuat individu membandingkan kehidupannya dengan orang lain yang tampak lebih bahagia atau menjalani hidup yang lebih menyenangkan.
Di Indonesia, mayoritas pengguna internet adalah remaja, dengan sekitar 91% berada di rentang usia 15-19 tahun (APJII, 2018). Hal ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh Christina dkk. (2019), yang menemukan bahwa sekitar 57% remaja usia 13 tahun memiliki dorongan kuat untuk memeriksa akun media sosial mereka setidaknya 6 kali dalam sehari, meskipun mereka tidak mengunggah apapun, melainkan hanya melakukan "stalking."
ADVERTISEMENT
Kemenkes (2023) Mengungkapkan bahwa FOMO dapat meningkatkan gangguan psikologis karena kekhawatiran yang muncul, membuat seseorang cenderung membandingkan kehidupan sosialnya dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan stres, kesulitan menjadi diri sendiri, atau bahkan obsesi untuk menjaga citra yang baik di media sosial.
Dampak lain dari FOMO adalah terganggunya produktivitas. Kebiasaan sering memeriksa ponsel dapat membuat seseorang merasa seolah memiliki dunianya sendiri, di mana fokusnya sepenuhnya tertuju pada gadget. Hal ini menyebabkan aktivitas lain sering terabaikan, seperti kesulitan berkonsentrasi saat bekerja atau belajar, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas dan kualitas interaksi sosial.
Fenomena FOMO dapat menjadi salah satu pengaruh penyebab kalangan remaja terdorong mencoba atau menyalahgunakan narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial hingga generasi Z.
ADVERTISEMENT
Menurut Landau (dalam Afiatin, 2004) penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu: gaya pola asuh keluarga, tekanan kelompok teman sebaya, kekacauan remaja, masalah-masalah psikologis dan emosional yang serius, serta gaya hidup. Remaja yang tidak mampu mengatasi tekanan tersebut cenderung mencari pelarian dan meraih kenikmatan serta ketenangan melalui penggunaan obat-obatan tersebut.
Pola asuh keluarga, sebagai lingkungan pertama yang membentuk perilaku anak, memiliki pengaruh besar terhadap cara anak menentukan perilaku mereka dan membangun konsep diri. Cara orang tua mendidik, memberikan kasih sayang, serta menetapkan batasan dan nilai akan membentuk kepercayaan diri, harga diri, dan pemahaman anak tentang dunia, sehingga anak memiliki pertahanan dalam konsep diri baik mereka untuk mencegah perilaku FOMO. Sebaliknya, pola asuh yang kurang mendukung dapat melemahkan konsep diri anak, membuat mereka rentan melampiaskan emosi melalui cara yang merugikan, termasuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
ADVERTISEMENT
Pengaruh teman sebaya memiliki peran penting dalam membentuk perilaku remaja, baik secara positif maupun negatif. Ketika remaja berada di lingkungan teman sebaya yang memberi contoh buruk, mereka cenderung terdorong mengikuti perilaku tersebut demi mendapatkan penerimaan dan validasi, yang sering kali membuat mereka rentan terhadap tindakan berisiko. Sebaliknya, jika teman sebaya menunjukkan perilaku positif, remaja akan lebih mudah terdorong untuk mengembangkan kebiasaan sehat dan menjauhkan diri dari tindakan yang merugikan.
Tekanan dari teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dapat menyebabkan remaja mengalami tekanan psikologis yang berdampak pada kesehatan mental mereka. Tekanan ini seringkali memicu fenomena FOMO (Fear of Missing Out), di mana remaja merasa terdorong untuk meniru gaya hidup teman-temannya demi mendapatkan pengakuan dan validasi sosial, termasuk mencoba narkoba. Akibatnya, mereka dapat terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan berpotensi terlibat dalam aktivitas peredarannya.
ADVERTISEMENT
Adapun salah satu upaya pencegahan dari fenomena FOMO adalah dilakukannya psikoedukasi. Psikoedukasi didefinisikan sebagai bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan kepada individu dengan gangguan psikiatri, bertujuan untuk mendukung proses pengobatan dan rehabilitasi. Tujuan utama dari psikoedukasi adalah meningkatkan dan mengembangkan penerimaan diri seseorang terhadap kondisi yang sedang dialaminya (Bordbar & Faridhosseini, 2012). Psikoedukasi juga merupakan intervensi yang digunakan untuk memberikan pemahaman kepada individu, keluarga, atau kelompok mengenai tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan (Muntamah dkk., 2020). Metode yang digunakan adalah psikoedukasi daring melalui media poster yang diunggah di platform Instagram. Poster tersebut dibuat menggunakan aplikasi desain Canva dan berisi informasi tentang definisi FOMO, karakteristiknya, dampak negatif, serta tips pencegahan FOMO. Umpan balik dari pembaca dapat dilihat melalui komentar yang ditinggalkan pada unggahan Instagram tersebut.
ADVERTISEMENT
Upaya selanjutnya dalam pencegahan sikap FOMO ada pada metode tasawuf. Tasawuf adalah upaya disiplin dalam melatih jiwa dengan tekun, yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi agar dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui tasawuf, jiwa menjadi bersih, mencerminkan akhlak yang mulia dalam kehidupan, dan mencapai kebahagiaan spiritual. Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris dalam Islam serta perwujudan dari ihsan, yang menyadari adanya hubungan komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-nya. Inti ajaran tasawuf adalah usaha manusia untuk menyucikan diri dengan menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan duniawi yang dapat melalaikan dari Allah Swt, serta memusatkan tujuan dan perhatian sepenuhnya kepada-Nya.
Adapun pencegahan narkoba pada remaja menurut Badan Narkotika Nasional (2011), upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja antara lain:
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, pengaruh sosial sangat berperan penting dalam upaya mencegah remaja menggunakan narkoba. Pengaruh sosial yang baik akan menghindarkan remaja dari sikap FOMO dan membentuk karakter remaja yang baik dan terarah dengan tujuannya. Sebaliknya, jika pengaruh sosial itu buruk dapat meningkatkan risiko remaja untuk terus melakukan validasi walaupun itu buruk untuk mereka.