Konten dari Pengguna

Mendidik Anak SD dengan Lembut: Tanpa Teriakan, Tanpa Tekanan

Sania Hairunnisak
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
4 Mei 2025 15:59 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sania Hairunnisak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendidik anak usia Sekolah Dasar (SD) merupakan fase penting dalam membentuk kepribadian, kebiasaan, dan sikap hidup anak. Pada usia ini, anak sedang giat-giatnya belajar, menjelajah, dan membentuk pemahaman tentang diri serta lingkungannya. Oleh karena itu, cara mendidik yang digunakan akan sangat memengaruhi tumbuh kembang mereka.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, masih banyak orang tua dan pendidik yang memilih cara keras seperti berteriak, memaksa, atau memberikan tekanan dengan tujuan agar anak disiplin. Padahal, pendekatan seperti itu bisa berdampak negatif. Anak bisa merasa tertekan, takut, kurang percaya diri, bahkan kehilangan semangat untuk belajar.
Ilustrasi cara mendidik anak dengan lembut, penuh kesabaran dan pengertian. (Sumber: Canva).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cara mendidik anak dengan lembut, penuh kesabaran dan pengertian. (Sumber: Canva).
Sebaliknya, pendekatan yang hangat dan penuh kasih akan jauh lebih efektif. Anak SD cenderung lebih terbuka dan mudah diarahkan ketika mendapatkan perlakuan yang lembut. Misalnya, memberi arahan dengan suara tenang, menatap mata anak saat berbicara, serta menggunakan kata-kata yang positif akan membuat anak merasa aman dan dihargai. Dari rasa aman itulah tumbuh rasa percaya diri dan keinginan untuk belajar.
Komunikasi yang baik juga menjadi kunci utama. Anak sebaiknya tidak hanya disuruh, tetapi juga diajak berdiskusi. Beri ruang bagi mereka untuk menyampaikan pendapat, bahkan jika masih sederhana. Ketika anak merasa suaranya penting, mereka akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih mandiri.
Ilustrasi saat mengajak anak-anak berdiskusi untuk mengutarakan pendapat. (Sumber: Canva).
Jika anak melakukan kesalahan, hadapilah dengan tenang. Bukan dengan bentakan atau hukuman keras, melainkan dengan mengajaknya memahami akibat dari tindakannya. Dengan begitu, anak belajar mengenal batas dan konsekuensi secara alami, tanpa rasa takut. Ini lebih efektif dalam menumbuhkan kedisiplinan yang berasal dari kesadaran, bukan dari rasa takut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jangan lupa memberikan apresiasi. Anak-anak sangat membutuhkan penguatan positif. Pujian atas usaha, bukan hanya hasil, akan membuat mereka merasa dihargai. Ini akan memupuk semangat belajar dan mendorong mereka untuk terus mencoba, bahkan jika belum berhasil.