Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ketika Bahasa Diam Bersuara: Komunikasi Nonverbal dalam Budaya Nusantara
6 Mei 2025 11:17 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Yusuf Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Tanpa suara, tanpa kata, manusia tetap bisa berbicara. Itulah kekuatan komunikasi nonverbal bahasa diam yang mampu menyampaikan makna, emosi, dan niat. Di tengah kekayaan budaya Indonesia, komunikasi nonverbal bukan hanya pelengkap dalam berinteraksi, tapi bagian penting dari identitas sosial dan budaya.
ADVERTISEMENT
Bahasa Tubuh yang Sarat Makna
Dalam masyarakat Jawa, gerakan tubuh dan ekspresi wajah punya makna tersendiri. Menunduk saat menyapa orang yang lebih tua, misalnya, bukan sekadar kebiasaan, tapi bentuk penghormatan.Begitu pula dalam budaya Sunda, senyum lembut dan gerakan tangan yang halus sering kali dianggap sebagai tanda kesopanan dan keramahan.Di Bali, tarian bukan hanya seni, tapi juga bahasa. Setiap gerakan tangan (mudra), alis, dan mata dalam tari tradisional seperti Legong atau Barong mengandung cerita dan makna spiritual yang dalam.
Isyarat dalam Kehidupan Sehari-hari
Pernah melihat seseorang memanggil orang lain dengan cara memutar tangan ke bawah dan melambaikan jari? Di banyak tempat di Indonesia, itu adalah cara yang sopan untuk memanggil orang—berbeda dengan gaya “menggenggam dan mengayun” ke atas yang mungkin dianggap kasar atau terlalu frontal.
ADVERTISEMENT
Pakaian dan Warna Sebagai Simbol
Tak hanya tubuh yang “berbicara”—apa yang dikenakan seseorang pun bisa menyampaikan pesan. Di Minangkabau, warna dan bentuk suntiang (mahkota pengantin wanita) menunjukkan status dan asal usul keluarga.
Penutupan
Bahasa nonverbal bukan sekadar gaya atau kebiasaan. Ia adalah jembatan pemahaman lintas budaya. Dalam era komunikasi global saat ini, memahami bahasa diam bisa membantu kita lebih peka terhadap perbedaan dan lebih bijak dalam berinteraksi, terutama di dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Kadang, yang tidak diucapkan justru yang paling jujur.