Konten dari Pengguna

Angkalak: Buah Asli Indonesia Kerabat Alpukat

Deby Arifiani
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN
3 Juni 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deby Arifiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deby Arifiani, Izu Andry Fijridiyanto, dan Eka Fatmawati Tihurua
ADVERTISEMENT
Angkalak adalah salah satu tumbuhan asli Indonesia yang masih berkerabat dengan alpukat karena berasal dari suku yang sama, yaitu Lauraceae, namun keduanya berada di puak (tribe) yang berbeda. Berdasarkan tipe perbungaannya, angkalak dikelompokkan ke dalam puak Litseae sedangkan alpukat berada di puak Perseae. Di masyarakat umum, terdapat dua spesies Litsea yang dikenal sebagai angkalak yaitu Litsea garciae Vidal dan Litsea angulata Blume.
Angkalak banyak dijumpai di Kalimantan, spesies ini juga dapat tumbuh juga di Sumatera dan Jawa, serta di Sulawesi meskipun jarang dijumpai. Tumbuhan ini juga dapat dijumpai di negara tetangga kita Malaysia dan Brunei Darussalam, sampai Taiwan dan banyak juga tumbuh di Filipina. Secara alami, angkalak dapat tumbuh di hutan primer, sekunder, hutan bakau atau di tepi sungai, umumnya di daratan rendah antara 0-200 m dpl, tetapi pernah ditemukan juga pada ketinggian hingga 900 m dpl.
Gambar 1. Buah angkalak (Litsea garciae) yang dijual di pasar tradisional. Foto: D. Arifiani
Ciri morfologi tumbuhan angkalak
ADVERTISEMENT
Pohon angkalak umumnya berbatang lurus, tingginya antara 10 - 25 m dengan diameter mencapai 50 cm. Daun tunggal, tersusun berselingan, spiral atau menggerombol di ujung ranting, berbentuk melanset atau lonjong hingga bundar. Perbungaan memayung, biasanya bertangkai pendek atau menempel pada ranting, bunga kecil, berwarna putih atau kekuningan. Buah umumnya bergerombol, menempel pada batang/ranting, bentuk buah bulat agak pipih seperti gasing, bagian dasar buah (cupule/cupak) berbentuk cawan atau semacam corong. Buah berdaging, seperti alpukat mini, berdiameter 2,5-4,5 cm, berwarna hijau saat masih mentah, berubah merah muda saat matang, cupak berwarna kehijauan atau kekuningan, biji berbentuk bulat, berwarna cokelat.
Perbedaan Litsea garciae dan Litsea angulata
Daun Litsea garciae umumnya berbentuk oblong atau melanset, ukurannya lebih panjang, tangkai daun pendek agak tebal, sedangkan daun Litsea angulata berbentuk elips, ukurannya lebih pendek, dengan tangkai daun yang lebih panjang, tetapi tipis/kecil.
ADVERTISEMENT
Buah dari kedua spesies Litsea ini sangat mirip, tetapi buah Litsea garciae berukuran sedikit lebih besar, dengan diameter 2,5-4,5 cm, sedangkan buah L. angulata sedikit lebih kecil dengan diameter 2-2,5 cm. Selain itu, L. angulata memiliki cupak yang agak membengkak sehingga membentuk seperti corong, sedangkan cupak dari L. garciae berbentuk seperti cawan (lihat Gambar 1 dan 2).
Gambar 2. Buah angkalak (L. angulata), cupak agak membengkak seperti corong. Foto: D. Arifiani
Pemanfaatan angkalak
Buah angkalak yang sudah tua dapat dimakan langsung bersama nasi, seperti lalapan atau dapat direndam dahulu dengan air hangat bercampur sedikit garam serta irisan bawang merah sehingga terasa lebih nikmat. Buah angkalak telah dikonsumsi sejak dahulu, masyarakat Iban telah mengonsumsi buah angkalak selama lebih dari 400 tahun. Masyarakat di Kalimantan dan sekitarnya (Borneo) biasanya memperoleh buah angkalak dari pohon yang tumbuh liar di hutan, dari pohon yang ditanam di pekarangan atau dari pasar-pasar tradisional.
ADVERTISEMENT
Angkalak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan lilin dan sabun. Daun dan bijinya dapat menghasilkan minyak. Selain itu, angkalak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat, antara lain sebagai obat bisul, mengobati gigitan serangga dan penyakit beri-beri. Kulit kayunya digunakan untuk mengobati nyeri otot dan keseleo pada lutut dan pergelangan kaki. Kayu dari pohon angkalak dapat juga digunakan untuk konstruksi bangunan bagian dalam dan pembuatan mebel.
Kandungan mineral dan bahan alam
Angkalak kaya akan mineral seperti potassium, kalsium, magnesium dan vitamin C. Selain itu juga mengandung protein, karbohidrat, serat, antibakteri dan antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa metabolit sekunder yang dikandung angkalak meliputi alkaloid, flavonoid, tannin dan kumarin.
Angkalak punya banyak nama alias
ADVERTISEMENT
Begitu banyak nama yang diberikan untuk buah angkalak ini. Setiap daerah mengenal angkalak dengan nama yang berbeda-beda. Di bawah ini beberapa nama lain angkalak yang dikenal oleh masyarakat:
Kalimantan: angkalak, engkala burong, engkalak, buah male, malek (Kalimantan Barat: Ambawang, Kubu Raya, Sambas); kalang kala, kangkala (Kalimantan Selatan)
Sumatera: languk (Lampung), medang nanguk (Palembang), sipanuh uding (Simalur)
Jawa: tangalak, tangkalak, tankalak (Jawa Barat)
Malaysia: engkalak (Sarawak)
Brunei Darussalam: pengalaban (Brunei).