Argentina: Antara Krisis dan COVID-19

Usman Tri Wahyudi
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
Konten dari Pengguna
20 Juli 2020 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Usman Tri Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: theguardian.com
Pandemi COVID-19 kini telah menyebar ke seluruh belahan dunia, tidak terkecuali di negara terjauh, yaitu di salah satu negara di kawasan Amerika Latin di Argentina. Kasus COVID-19 pertama di Argentina terjadi sekitar awal Maret yang dialami oleh pria berusia 43 tahun setelah bepergian dari Italia. Dikutip dari The JakartaPost.com pada edisi 4 Maret 2020 yang lalu Menteri Kesehatan Argentina, Gines Gonzales mengatakan bahwa pria itu tidak hanya bepergian ke Italia tetapi juga ke negara-negara Eropa lainnya sehingga pada hari yang tepat pria itu kembali ke Argentina untuk melakukan perawatan khusus dari klinik Buenos Aires dan dirawat intensif di sana.
ADVERTISEMENT
Argentina saat ini sedang mengalami masa krisis dalam perekonomian mereka di mana kondisi ini diperburuk oleh kasus COVID-19 yang membuat perjuangan pemerintah Argentina semakin berat dalam menangani kedua masalah dalam negeri ini secara bersamaan. Hal ini tentu saja merupakan dilema bagi pemerintah Argentina antara memilih untuk memperbaiki krisis keuangan negara mereka atau menangani kasus COVID-19 yang baru-baru ini muncul yang dikhawatirkan akan mengancam kesehatan rakyatnya.
Krisis Finansial
Masalah keuangan tampaknya telah menjadi kebiasaan bagi pemerintah Argentina sejak beberapa dekade kebelakang. Hingga kini masalah keuangan masih menjadi mimpi buruk yang menghantui pemerintah Argentina dari tahun ke tahun. Pada tahun lalu saja Argentina mengalami masalah keuangan yang signifikan pada akhir masa jabatan Mauricio Macri sebagai presiden Argentina. Tercatat telah terjadi peningkatan resesi yang cukup dalam dan menyentuh inflasi tertinggi di dunia yakni tercatat 53,8 % pada tahun lalu dimana tingkat inflasi ini menjadi yang tertinggi selama 28 tahun terakhir . Sebagai akibat dari resesi ekonomi ini, setidaknya lebih dari dua juta orang Argentina hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2019 kemarin Alberto Fernandes secara resmi terpilih sebagai presiden baru Argentina dan berjanji untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. Pemilihan Alberto Fernandes dan rekannya, mantan presiden Christina Fernandes de Kirchner, menjadi tantangan besar bagi mereka. Hal ini dikarenakan warisan dari Macri yang meninggalkan hutang Argentina kepada IMF masih membayangi mereka. Salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Amerika Latin ini bukan tidak mungkin menghadapi kontraksi ekonomi lagi. Tingginya inflasi saat ini adalah bukti bahwa tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Argentina sangat berat. Apalagi saat ini mereka dihadapkan dengan kasus pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020, yang kemungkinan akan memperburuk situasi keuangan di Argentina saat ini.
Masalah Ekonomi Selama Pandemi
ADVERTISEMENT
Dilansir dari infobae dan La Nacion pada hari Selasa 7 Juli kemarin korban kasus terinfeksi virus COVID-19 di Argentina telah mencapai angka 83.426 kasus dan 1.644 meninggal dunia. Hal ini tentu bukan angka yang kecil bagi Argentina untuk menangani jumlah kasus COVID-19 ini. Sejak sistem lockdown diberlakukan oleh pemerintah Argentina pada 20 Maret lalu, warga Argentina terpaksa harus menjalani kegiatan di dalam rumah seperti bekerja dan sekolah. Kebijakan sistem lockdown menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Argentina yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi disamping krisis kesehatan yang menimpa negaranya. Menurut IMF, Argentina pada tahun diperkirakan ini akan mengalami kontraksi sebesar 5,7% pada PDB mereka yang mana ini merupakan salah satu resesi terburuk di Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan juga menjadi terberat dalam perekonomian Argentina terlebih lagi selama masa pandemic ini yang dikhawatirkan angka tersebut akan naik. Berdasarkan data dari UNDP bahwa tahun 2019 lalu tercatat tingkat pengangguran di Argentina menyentuh angka 8,9% pada kuartal keempat dan angka kemiskinan menyetuh 35,5% penduduk Argentina diklasifikasikan sebagai miskin pada pertengahan tahun 2019. Hal ini belum juga pada sektor-sektor perekonomian lain seperti sektor industri UMKM misalnya. Akibat dari pandemi ini sebanyak 91.000 karyawan swasta kehilangan pekerjaan mereka yang mana ini menjadi masalah baru lagi bagi pemerintah Argentina. Meskipun Alberto Fernandez memperingatkan perusahaan swasta untuk tidak memecat karyawannya di masa pandemi sepertinya hal ini terpaksa dilakukan untuk mengontrol perekonomian mereka. Salah satu, warga Argentina yang terdampak Covid-19 adalah Mirta Gonzales. Mirta yang berasal dari golongan menengah di Argentina ini terpaksa harus kehilangan pekerjaannya sebagai pembersih rumah di masa pandemi ini. Dia terpaksa pergi ke dapur umum yang dikelola oleh paroki Santa María Madre del Pueblo di lingkungan tempat tinggal Natividad Benítez demi mencukupi kebutuhan pokok kedua anaknya. “Sebenarnya saya malu untuk melakukan ini, tapi tidak ada jalan lain bagi saya”, katanya yang dikutip dari hindustantimes.
ADVERTISEMENT
Strategi Untuk Mengontrol Krisis
Beberapa dekade terakhir Argentina terbiasa berurusan dengan krisis ekonomi. Ditambah lagi selama pandemi ini memberlakukan kebijakan karantina nasional sejak bulan Maret lalu. Kondisi ini akhirnya membuat pemerintah Argentina pada tanggal 22 Mei lalu gagal membayar bunga sebesar 500 juta USD dan merestrukturisasi obligasi hutang luar negeri mereka yang mencapai 65 milliar USD. Dalam hal ini IMF menyebutkan bahwa peluang Argentina dalam melakukan tawaran untuk pelonggaran restrukturisasi masih terbuka kepad kreditor asing. Seorang wakil direktur IMF di wilayah belahan barat mengatakan “Masih ada ruang bagi Argentina dalam upaya meningkatkan pembayaran kepada kreditor swasta”.
Langkah-langkah telah diupayakan oleh pemerintah Argentina dalam mendorong peminjaman bank dengan cara persyaratan yang lebih rendah kepada sektor UKM, peraturan yang membatasi kepemilikan bank atas kertas bank sentral untuk memberikan ruang bagi pinjaman UKM, pelonggaran sementara kebutuhan penyediaan bank dan aturan klasifikasi pinjaman bank, dan penundaan pada kedua penutupan rekening bank karena cek yang ditolak dan penolakan kredit untuk perusahaan dengan tunggakan pajak gaji. Hal ini ditujukan pemerintah dengan maksud menstabilkan situasi perekonomian saat ini yang sedang terpuruk. Disamping itu, pemerintah setempat juga menerapkan kebijakan anti-price gouging yakni pembatasan harga pada pangan, medis dan pasokan penting lainnya serta pembatasan ekspor dan sentralisasi pasokan medis yang penting.
ADVERTISEMENT
Mengingat sebelum pandemi COVID-19 Argentina sudah mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan ditambah dengan keadaan ini bukan tidak mungkin situasi ekonomi kedepannya akan lebih parah dari tahun sebelumnya. Meskipun begitu, dengan pelonggaran restrukturisasi pada hutang Argentina memberikan setitik harapan kepada perekonomian Argentina di masa pandemi. Terlebih lagi dibutuhkan adanya peran aktif dari pemerintah dan juga masyarakat di masa sekarang ini supaya di masa yang akan datang dapat keluar dari jurang krisis yang telah meimpa Argentina selama beberapa dekade yang lalu.