Normalisasi Hubungan UEA- Israel: Bagaimana dengan Negara Arab Lainnya?

Usman Tri Wahyudi
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Usman Tri Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: npc.or.id
Tahun 2020 bisa dikatakan menjadi tahun dengan berbagai kejadian yang menarik dan penuh kontroversial dalam lingkup politik internasional. Terkhusus pada wilayah timur tengah dimana setiap tahunnya memiliki cerita yang semakin menarik dan penuh pro kontra di dalamnya. Pada awal tahun 2020 dikejutkan dengan peristiwa meninggalnya jenderal utama dari Iran, wabah pandemic COVID-19 hingga yang terbaru adalah peristiwa perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dengan Israel yang mana negara ini menjadi musuh negara-negara islam karena perlakuan mereka terhadap rakyat Palestina.
ADVERTISEMENT
Perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dengan Israel beberapa waktu lalu nampaknya menjadi perbincangan hangat di beberapa media massa internasional. Hal ini membuat negara-negara arab atau muslim lainnya yang mayoritas membela hak-hak perjuangan rakyat Palestina menyebut Uni Emirat Arab sebagai ‘pengkhianat’. Disisi lain, OKI (Organisasi Kerjsama Islam) yang mana mayoritas beranggotakan negara-negara islam termasuk Uni Emirat Arab mengecam tindakan Uni Emirat Arab tersebut dan mengaggap bahwa mereka telah lupa akan tujuan utama didirikannya OKI, yakni untuk memerangi zionis Israel.
Normalisasi Hubungan Israel-UEA
Seperti negara-negara arab lainnya awalnya hubungan Uni Emirat Arab dan Israel tidak begitu harmonis, Sejak pertama kali memperoleh kemerdekaan dari kolonial Inggris tahun 1971, presiden pertama UEA Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan mengungkapkan bahwa Israel sebagai ‘musuh’ bagi negara-negara arab. Perjalanan normalisasi antara Israel-UEA mengalami naik turun antar tensi kedua negara setelah abad 21. Hubungan antara baik mereka dimulai sekitar tahun 2002 ketika Arab Saudi memulai Inisiatif Perdamaian Arab yang didukung Liga Arab dimana negara-negara Arab akan menormalisasi hubungan mereka jika Israel menarik pasukan mereka dari Palestina dan mengakui kedaulatan negara Palestina.
ADVERTISEMENT
Namun, rencana ini dirasa kurang efektif oleh beberapa negara arab yang akhirnya gagal yang berujung negara-negara seperti, Russia, AS, Uni Eropa lebih memilih jalan mereka sendiri dalam konflik tersebut. Kedekatan antara Israel-UEA baru terlihat ketika pada tahun 2015 Israel berencana untuk menjalankan misi diplomasi mereka ke Abu Dhabi dalam rangka mengunjungi Badan Energi Terbarukan Internasional. Mulai dari peristiwa ini tahap normalisasi antara keduanya sudah terlihat setelah mereka terlibat hubungan bilateral dalam beberapa bidang seperti ekonomi, sosial budaya, dan travel. Pada akhirnya tahun 2020 ini menjadi tahun normalisasi bagi keduanya. Selain bekerjasama dalam bidang ekonomi mereka juga bekerjasama dalam bidang kesehatan dalam menemukan obat penawar COVID-19. Mengingat pada beberapa bulan lalu Israel ingin menganeksasi wilayah Tepi Barat, Palestina yang mana memunculkan konflik antara keduanya. Dalam hal ini Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash bahwa perdamaian yang hangat perlu dijalin demi terwujudnya perdamaian yang nyata. Perjanjian yang dinamai Abraham Accords itu sendiri sebagai inisiatif oleh UEA sebagai bentuk diplomasi kepada Israel yang akan menganeksasi wilayah Palestina dan pada akhirnya pihak Israel sendiri menunda aneksasi tersebut setelah perjanjian ini.
ADVERTISEMENT
Respon Global Terkait Normalisasi dengan Israel
Peristiwa normalisasi UEA-Israel memberikan sejarah baru bagi hubungan Israel terhadap negara-negara di Timur Tengah, setelah bertahun-tahun mengalami konflik dengan negara-negara Arab, hubungan mereka perlahan semakin membaik. Namun, dibalik peristiwa perjanjian damai antara Israel-UEA mendapatkan sejumlah tanggapan dari beberapa negara sampai orgnanisasi internasional. Tanggapan dari mereka cukup beragam. Dari pihak Palestina sendiri mengecam perjanjian damai tersebut dan hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Sementara itu, negara-negara Arab seperti, Yordania, Bahrain, Oman dan Mesir melihat bahwa normalisasi sebagai perkembangan hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel. Disisi lain, dua negara hegemoni di Timur Tengah yakni Iran dan Turki dengan tegas mengecam apa yang dilakukan UEA serta menganggapnya sebagai kesalahan yang besar.
ADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga dalam hal ini ikut mengomentari bahwa yang dilakukan UEA adalah sebagai suatu langkah yang bagus bagi masa depan kedua negara. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guiterres juga berharap hal tersebut akan menciptakan solusi terhadap konflik Israel-Palestina untuk kembali terlibat dalam negosiasi solusi dua negara yang sejalan dengan resolusi PBB, perjanjian dan hokum internasional. Namun, organisasi internasional terbesar kedua yaitu, OKI (Organisasi Kerjasama Internasional) mengungkapkan bahwa tidak ada kata normalisasi dengan Israel sampai pendudukan terhadap Palestina dan tanah Arab berakhir. Sekretaris Jenderal OKI Yousef Al-Othaimeen mengatakan bahwa tidak akan ada namanya normalisasi dengan Israel sampai akhir pendudukan Israel atas tanah Arab dan Palestina yang diduduki sejak 1967. Al-Othaimeen menekankan bahwa perjuangan Palestina adalah masalah inti bagi OKI.dan menurutnya Inisiatif Perdamaian Arab 2002 merupakan pilihan yang strategis dan rujukan bersama di mana solusi damai, adil dan komprehensif untuk konflik Arab-Israel.
ADVERTISEMENT
Hubungan Negara-Negara Arab Lainnya dengan Israel
Berdasarkan fakta sejarah, Uni Emirat Arab merupakan negara ketiga yang melakukan normalisasi dengan Israel. Lalu siapakah negara pertama dan kedua? Negara yang pertama kali melakukan normalisasi dengan Israel adalah Mesir pada tahun 1979 yang kemudian disusul Kerajaan Yordania tahun 1994. Dimana alasan dibalik normalisasi antara negara-negara ini didasarkan pada sengketa wilayah kedua negara dengan Israel. Barulah pada tahun 2020 ini UEA menjadi negara ketiga yang menjalin perjanjian damai dengan Israel yang kemudian disusul oleh Bahrain sebagai negara keempat. Namun, dibalik normalisasi ini tak terlepas peran AS sebagai pihak ketiga yang bernegosiasi dengan UEA dan Bahrain untuk menjalin hubungan bilateral dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Setelah UEA dan Bahrain terdapat beberapa rumor yang menjadi tanda-tanda bahwa negara-negara Arab lain akan mengikuti jejak UEA dan Bahrain untuk melakukan normalisasi dengan Israel. Negara-negara tersebut antara lain Maroko, Oman dan Sudan. Maroko baru-baru ini melakukan pendekatan dengan menjalin kerjasama diplomasi yang kemudian disambut dengan baik oleh AS dan Israel. Namun, sepertinya Oman dan Sudan tidak ingin terlalu terburu-buru dalam mengambil langkah tersebut untuk kepentingan negara mereka.
Tahun 2020 memang menghadirkan banyak peristiwa di Timur Tengah. Salah satu peristiwa penting yakni normalisasi negara-negara Arab dengan Israel yang sedang menjadi isu yang hangat. Meskipun timbul pro dan kontra di beberapa negara Arab akan tetapi sebagian besar menanggapinya dengan tenang. Dalam hal ini Pusat Strategis & Studi Internasional (CSIS) menganalisa bahwa peristiwa normalisasi ini dapat mengarahkan wilayah secara tegas ke arah dialog regional. Dialog regional yang lebih kuat dan inklusif dapat menjadi cara yang konstruktif untuk mengurangi ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab.
ADVERTISEMENT