Konten dari Pengguna

Pentingnya Mengenalkan Bullying Pada Anak Usia Prasekolah

Uswatun Hasanah LuQman
Dosen Spesialis Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya, Psychiatric Nurse, Konsultan Kejiwaan.
15 Februari 2024 12:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uswatun Hasanah LuQman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.istockphoto.com/id/vektor/anak-perilaku-buruk-anak-anak-berebut-mainan-mendorong-gatal-lainnya-saudara-gm1326048747-410874051?phrase=bullying+in+preschool&searchscope=image%2Cfilm
zoom-in-whitePerbesar
https://www.istockphoto.com/id/vektor/anak-perilaku-buruk-anak-anak-berebut-mainan-mendorong-gatal-lainnya-saudara-gm1326048747-410874051?phrase=bullying+in+preschool&searchscope=image%2Cfilm
ADVERTISEMENT
Bullying merupakan fenomena sosial yang telah lama menjadi perhatian oleh berbagai kalangan, terutama di dunia pendidikan dan kesejahteraan anak-anak. Bullying dapat terjadi pada siapa saja dan umumnya dialami oleh remaja jenjang sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Maraknya bullying yang terjadi dilevel sekolah menengah membuat Sebagian besar Masyarakat tidak menyadari bahwa peristiwa ini juga mungkin dan bahkan sering terjadi pada anak usia prasekolah. Siswa prasekolah sama sekali belum sepenuhnya memahami makna bullying oleh sebab itu perlu dilakukan pengenalan terkait hal ini perlu dilakukan sejak dini. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman anak dan juga orangtua sehingga menjadi upaya pencegahan pada masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Bullying di Usia Prasekolah
Anak-anak usia prasekolah adalah anak-anak yang sedang dalam tahap awal perkembangan sosial dan emosional, umumnya berada dalam kisaran usia tiga hingga enam tahun. Pada usia ini, mereka mulai mengembangkan keterampilan sosial yaitu menjalin hubungan dengan teman sebaya, berkolaborasi, belajar berbagi, dan mengelola konflik interpersonal. Selama proses ini tentu terdapat risiko terjadinya perilaku bullying.
Bullying pada anak usia prasekolah seringkali tidak disadari baik oleh pelaku, korban, guru dan juga orangtua. Hal tersebut dikarenakan bentuk bullying yang dilakukan dirasa lebih halus dan tidak terlihat jelas dibandingkan dengan kasus bullying pada anak-anak yang lebih tua. Perilaku tersebut termasuk pengabaian terhadap satu atau beberapa anak di dalam kelompok, mengolok-olok, eksklusi dari permainan kelompok dan merebut atau merampas mainan yang sedang digunakan oleh teman lain secara berulang. Sifat bias antara perilaku yang dianggap sebagai kenakalan anak-anak dan perilaku bullying menjadikan penanganan bullying pada anak usia prasekolah sulit untuk dilakukan. Meski terlihat tidak berbahaya, dampak dari normalisasi perilaku bullying pada anak prasekolah bisa sangat merusak bagi kesejahteraan emosional anak-anak.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Mengenalkan Bullying Sejak Usia Dini
1. Membangun Kesadaran
Alasan utama guru dan orangtua memperkenalkan konsep bullying pada anak usia prasekolah adalah untuk membangun kesadaran mereka dalam memahami jenis perilaku yang tidak dapat diterima dan membahayakan orang lain baik secara fisik maupun emosional. Kesadaran kesadaran akan konsep bullying akan membantu anak dalam mengidentifikasi perilaku yang ada di lingkungan sekitar baik yang dilakuan oleh diri sendiri dan orang lain. Selain itu anak-anak akan terlatih melaporkan peristiwa yang teridentifikasi sebagai perilaku bullying.
2. Mengembangkan Sikap Empati:
Melalui pengenalan konsep bullying sejak dini, anak-anak akan mampu memahami perasaan orang lain. Berkembangnya sikap empati ini diharapkan secara otomatis dapat mempengaruhi perilaku anak menjadi lebih baik, terarah dan berkembangnya kepedulian saat melakukan interaksi sosial bersama teman sebaya.
ADVERTISEMENT
3. Memfasilitasi Pelaporan:
Anak-anak seringkali tidak melaporkan kasus bullying yang mereka alami karena berbagai sebab diantaranya; mereka tidak menyadari bahwa dirinya menjadi korban atau saksi perilaku bullying, selain itu anak-anak tidak melaporkan kejadian yang dialami karena tidak ditanggapi secara serius oleh guru dan orangtua. Orang dewasa (guru maupun orangtua) cenderung menormalisasi dan menganggap perilaku yang mengarah pada bullying sebagai kenakalan anak-anak pada umumnya sehingga tidak ditangani dengan tepat. Memberikan pemahaman tentang bullying dan melatih anak-anak cara melaporkannya (speak up), dapat membuka saluran komunikasi yang lebih baik dan memudahkan dalam memberikan penanganan yang tepat sehingga anak merasa berada di lingkungan yang aman dan terlindungi.
Cara Mengenalkan Bullying Pada Anak Usia Prasekolah
ADVERTISEMENT
Mengenalkan konsep bullying pada anak prasekolah membutuhkan strategi khusus dan pendekatan yang intensif sesuai tahap perkembangannya. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh orang tua dan guru untuk mengenalkan bullying pada anak prasekolah:
1. Menggunakan Cerita-Cerita dan Gambar:
Penggunaan gambar dan story telling dapat dengan mudah menarik perhatian anak prasekolah dibandingkan memberikan penjelasan panjang dan abstrak. Sambil membacakan cerita, orang tua atau guru dapat mengilustrasikan konsep kebaikan, persahabatan, saling menghormati dan membangun empati. Hal tersebut membantu mereka memahami cara berinteraksi dengan orang lain secara positif.
2. Bermain Peran
Bermain peran salah satu cara efektif untuk membantu anak-anak memahami konsep bullying. Saat mereka diberikan peran sebagai korban atau pelaku bullying mereka akan belajar memahami perasaan dan perspektif orang lain secara langsung.
ADVERTISEMENT
3. Menggunakan Bahasa Sederhana
Penggunaan Bahasa yang sederhana sangat dianjurkan saat mengenalkan konsep bullying pada anak usia prasekolah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan kognitif anak yang masih berkembang sehingga anak memiliki keterbatasan anak dalam memahami istilah sulit. Disarankan untuk menghindari penggunaan terminologi yang rumit atau teknis yang dapat membingungkan mereka.
4. Menggunakan Contoh Konkret
Memberikan contoh-contoh nyata tentang perilaku tidak pantas atau bullying akan membantu anak-anak untuk memahami konsep bullying dengan lebih baik. Misalnya, orangtua atau guru menggambarkan situasi seseorang disakiti atau diabaikan oleh teman mereka. Contoh nyata lainnya yaitu apabila terdapat perilaku tidak menyenangkan terjadi secara berulang di sekolah atau kelas, siswa perlu diberikan penjelasan sebagai bentuk edukasi dan pengenalan bullying secara dini pada anak prasekolah.
ADVERTISEMENT
Peran Orang Tua dan Pengajar
https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film family=creative&phrase=bullying%20in%20preschool
Orang tua dan guru memiliki peran yang penting dalam mengenalkan konsep bullying pada anak prasekolah, sehingga anak mampu mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan agar dapat mengatasi situasi tersebut. Adapun peran orangtua dan guru diantaranya yaitu:
1. Berbicara Terbuka:
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak agar mampu mengungkapkan perasaan terkait pengalaman mereka secara terbuka. Berikan anak kesempatan untuk berbicara, dengarkan dengan seksama, memahami situasi dan perasaan anak saat itu. Setia hal yang disampaikan anak harus dianggap sebagai sesuatu yang penting dan serius, sehingga anak tidak mengalami krisis kepercayaan pada orang tua dan guru yang berdampak pada anak merasa tidak dihargai dan kedepannya anak akan merasa enggan mengungkapkan perasaannya.
ADVERTISEMENT
2. Memberikan Dukungan Emosional
Tunjukkan kepedulian saat anak mengalami peristiwa sulit, sampaikan bahwa orangtua dan juga guru akan selalu memberikan dukungan untuk anak atas konflik yang dihadapi dengan lingkungan atau teman sebaya.
3. Menjadi Contoh Positif
Memberikan contoh dan menjadi role model adalah cara paling efektif yang dapat dilakukan orangtua dan guru dan membantu anak prasekoah mengenal bullying. Hal sederhana yang bisa dijadikan contoh diantaranya yaitu, berbicara, meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan dengan baik selama melakukan interaksi soasial. Tunjukkan kepada mereka pentingnya kejujuran, menghargai perbedaan dan rasa empati.
4. Mendorong Kerjasama
Motivasi anak agar terbiasan bekerjasama dalam kelompok, melakukan kolaborasi, berinteraksi dengan baik saat berada dalam kelompok juga cara mengatasi konflik yang terjadi di dalam kelompok harus dilakukan secara baik dan asertif tanpa melibatkan kekerasan fisik maupun verbal.
ADVERTISEMENT