Konten dari Pengguna

Waspadai Masalah Psikologis Ini Pasca Pemilu

Uswatun Hasanah LuQman
Dosen Spesialis Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya, Psychiatric Nurse, Konsultan Kejiwaan.
15 Februari 2024 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uswatun Hasanah LuQman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
https://www.istockphoto.com/id/foto/pemilu-jelang-badai-politik-gm517346432-89448173?phrase=stres+after+election&searchscope=image%2Cfilm
zoom-in-whitePerbesar
https://www.istockphoto.com/id/foto/pemilu-jelang-badai-politik-gm517346432-89448173?phrase=stres+after+election&searchscope=image%2Cfilm
Munculnya gejala psikologis pasca intensitas pemilu menjadi perhatian yang serius bagi individu baik kontestan, pendukung dan seluruh masyarakat pada umumnya. Perhatian penuh yang dicurahkan untuk mengikuti kontestasi, memberikan dukungan serta menerima ledakan informasi terkait pemilu tentunya menguras lebih banyak energi. Selama proses penghitungan dan pengumuman pasti hasil pemilu juga merupakan momen yang berisiko untuk memicu munculnya gejala psikologis. Berikut adalah beberapa gejala psikologis yang perlu diwaspadai pasca pemilu :
ADVERTISEMENT
1. Kecemasan yang Tinggi
Perasaan cemas merupakan sebuah respons alami dari tubuh dan umumnya dirasakan oleh individu saat menghadapi situasi yang dirasakan sebagai ancaman atau tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan biasanya disertai dengan perasaan ketegangan, khawatir, atau ketakutan yang tidak terkendali. Secara kognitif gejala kecemasan berupa sulit berkonsentrasi, berfokus pada satu masalah tertentu, contohnya selalu memikirkan hasil pemilu, khawatir calon yang diunggulkan kalah, kalah dalam kontestasi pemilu sehingga. Hal tersebut diikuti oleh munculnya gejala fisik seperti gemetar, muncul rasa tidak nyaman di perut, detak jantung dan pernafasan menjadi lebih cepat dan pendek, keringat berlebih, sulit tidur, sering buang air kecil.
Pada tingkat yang wajar, kecemasan dapat membantu individu lebih waspada dan siap menghadapi tantangan, akan tetapi respons kecemasan harus diwaspadai dan perlu mendapatkan penanganan lenih lanjut jika gejalanya muncul berlebihan atau persisten, menghambat aktivitas hidup sehari-hari dan menyebabkan kualitas hidup menurun.
ADVERTISEMENT
Penting untuk diingat bahwa kecemasan bukanlah sesuatu yang harus ditangani sendiri. Bantuan profesional, seperti konseling atau terapi, dapat membantu individu mengatasi kecemasan mereka dengan cara yang sehat dan efektif. Selain itu, teknik-teknik relaksasi, olahraga teratur, pola makan sehat, dan dukungan sosial juga dapat membantu mengelola kecemasan sehari-hari.
2. Perilaku Menjadi Lebih Agresif
Dampak kekalahan dalam kontestasi pemilu terhadap masing-masing individu sangat beragam. Ada individu yang dapat menerima hasil terburuk dengan koping yang adaptif, namun sebaliknya ada yang tidak mampu menerapkan koping adaptif sehingga muncul perilaku agresif.
Perilaku agresif ini ditandai dengan sering menunjukkan ekspresi kemarahan yang lebih intens, seperti berbicara dengan nada suara keras, memaki-maki, atau bahkan mengancam secara verbal. Sering melakukan provokasi dan mudah terprovokasi oleh topik tertentu yang berkaitan dengan pemilu. Adanya peningkatan dalam agresi verbal atau fisik, seperti meningkatnya penggunaan bahasa kasar, ancaman, atau perilaku mengintimidasi. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara kooperatif, pola komunikasi defensif, tidak toleran terhadap perbedaan pendapat dan menolak mendengarkan argument orang lain. Cenderung menyelesaikan masalah dengan cara konfrontasi fisik, seperti menyerang, mendorong, atau meninju, atau terlibat dalam tindakan kekerasan yang lebih ekstrem.
ADVERTISEMENT
Apabila perilaku terindikasi membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, maka perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari professional Kesehatan jiwa.
3. Perubahan Mood yang Ekstrem
Pasca pemilu, individu mungkin mengalami perubahan mood yang ekstrem, seperti suasana hati yang naik turun secara tiba-tiba atau perasaan yang bergejolak. Satu waktu merasa senang berlebih secara tiba-tiba, di lain waktu merasa sedih berlebihan. Mudah tersinggung dan munculnya kemarahan secara tiba-tiba tanpa sebab atau hanya karena hal-hal sepele. Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial, produktivitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
https://www.istockphoto.com/id/foto/pria-depresi-gm1185422927-334074967?phrase=depresi&searchscope=image%2Cfilm
4. Depresi dan Keterpurukan Emosional
Kegagalan dalam mencapai tujuan politik atau hasil pemilihan yang tidak sesuai harapan dapat menjadi salah satu peristiwa yang dapat memicu munculnya depresi dan keterpurukan emosional. Tanda gejala depresi yang perlu diperhatikan diantaranya adalah munculnya perasaan sedih yang mendalam dan tidak berkurang selama lebih dari 2 minggu, muncul perasaan putus asa, merasa kosong pada situasi yang tidak tepat. Seseorang yang mengalami depresi akan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas yang disukai, tidak tertarik dan malas memulai aktivitas. Penurunan nafsu makan atau bahkan menolak untuk makan yang menyebabkan berat badan turun secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Sering merasa Lelah dan kekurangan energi, konsentrasi menurun, sulit berfokus pada aktivitas sehari-hari, munculnya perasaan rendah diri dan merasa tidak berharga. Tidak jarang gejala depresi diikuti dengan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Oleh sebab itu jika gejala depresi mulai memburuk dan terdapat indikasi munculnya ide atau percobaan bunuh diri, individu memerlukan peertolongan khusus.
5. Isolasi Sosial
Perasaan kecewa, putus asa, rasa kehilangan yang mendalam, kondisi depresi, labelling dan stigma buruk dari Masyarakat tentunya akan menghantui individu pasca pemilu, baik kontestan maupun pendukungnya. Hal ini dapat mendorong individu untuk mengurangi interaksi dengan lingkungan dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial.
Gejala isolasi sosial ditandai dengan penurunan minat atau hilangnya motivasi dalam berinteraksi dengan orang lain, lingkungan sekitar bahkan keluarga. Tidak mampu memulai percakapan, lebih banyak diam, mengurung diri di dalam rumah, murung dan menolak untuk berbicara dengan orang lain. Isolasi sosial yang ekstrem dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari dan dapat memicu masalah Kesehatan mental yang lebih parah
ADVERTISEMENT
6. Post Traumatic Stress Disorders (PTSD)
PTSD atau dikenal sebagai gangguan stress pasca trauma merupakan kondisi yang berkembang sebagai respons dari pengalaman traumatis yang dialami. Meski kasus tersebut jarang ditemui, akan tetapi keterlibatan secara aktif dan intens dalam proses politik selama pemilu dapat menyebabkan memicu munculnya PTSD bagi Sebagian individu. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami selama kampanye atau pemungutan suara, direkam sebagai pengalaman traumatis yang memicu berkembangnya PTSD.
Penting untuk mengenal gejala yang mengarah pada PTSD agar dapat mengantisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi. Berikut beberapa gejala PTSD yang perlu diketahui diantaranya, mengalami flashback yaitu merasakan kembali peristiwa traumatis seolah terjadi saat ini dan mempengaruhi respons fisik yang kuat, seperti detak jantung lebih cepat atau keringat berlebihan. Munculnya mimpi buruk yang berulang terkait peristiwa traumatis yang dapat menyebabkan gangguan tidur dan memicu munculnya kecemasan berlebih. Individu sering menghindari Pengingat Trauma seperti situasi, tempat, orang, juga aktivitas yang dapat memicu munculnya trauma. Menjadi lebih Hipersensitif yaitu meningkatnya sensitivitas terhadap stimulus lingkungan, seperti suara keras atau cahaya yang terang. Kecemasan meningkat dan dirasakan secara terus menerus, merasa tegang dan sulit untuk rileks. Reaksi Emosional yang Intens seperti tiba-tiba marah atau menangis secara mendadak. Adanya perubahan Mood seperti perasaan sedih yang datang dan pergi secara tiba-tiba. Sulit Berkonsentrasi dan mengingat hal-hal tertentu. Munculnya perasaan Bersalah dimana individu merasa bahwa mereka telah kehilangan bagian dari diri mereka sendiri sebagai akibat dari pengalaman traumatis tersebut. Serta gejala Fisik lain yang tidak berkaitan secara spesifik dengan PTSD seperti sakit kepala, sakit perut, atau gangguan pencernaan yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
ADVERTISEMENT
Penetapan diagnosis PTSD harus dilakukan oleh profesional Kesehatan jiwa melalui proses pengkajian menyeluruh terkait kondisi yang bersangkutan. Berbeda dengan masalah psikologis lainnya, gejala PTSD umumnya muncul dalam beberapa bulan atau beberapa tahun pasca pengalaman traumatis terjadi dan gejala yang muncul bervariasi pada masing-masing individu.
Cara Mengatasi Tantangan Kesehatan Mental Pasca Pemilu
https://www.istockphoto.com/id/foto/kelompok-dukungan-masalah-mental-gm831537630-135228363?phrase=suppportif+group+therapy&searchscope=image%2Cfilm
1. Berbicara dan Berbagi Perasaan dengan orang terdekat dapat mengurangi beban emosi yang dialami selama proses juga pasca pemilu berlangsung.
2. Menghindari stimulus yang dapat memicu munculnya gejala psikologis seperti terlalu banyak menyimak informasi terkait berita politik dan pemilu, Batasi penggunaan sosial media dan informasi yang diterima.
3. Istirahat yang cukup dan mendapatkan tidur yang berkualitas sangat penting untuk menjaga kestabilann mental dan emosional.
ADVERTISEMENT
4. Menghabiskan waktu luang dengan aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan seperti olahraga, berkebun, menulis, atau menonton film favorit. Aktivitas-aktivitas ini dapat membantu mengalihkan pikiran dari kekhawatiran politik.
5. Mencari Dukungan peer group atau Komunitas yang mengalami kejadian yang sama dan memahami pengalaman pasca pemilu melalui kegiatan sharing pengalaman sehingga mendapatkan dukungan yang diperlukan.
6. Malakukan tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol kecemasan dan menghadirkan rasa tenang
7. Jangan ragu utuk menghubungi professional Kesehatan mental agar mendapatkan penanganan yang tepat dan maksimal sesuai masalah yang dihadapi.