Menikmati Keindahan Alam Dieng Wonosobo Jawa Tengah

Uswah SahaL
Student of Literary and Cultural Studies Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
16 Juni 2022 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uswah SahaL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Senang ketika saya mendapat tugas untuk mengikuti pelatihan creative writing and video storytelling yang diadakan Ekspedisi Indonesia Baru. Selain ilmu pengetahun yang saya terima, cerita perjalanan selalu menyenangkan untuk diceritakan. Sebagai seorang pemula yang berkunjung ke Dieng Wonosobo Jawa Tengah saya benar-benar dibuat takjub atas keindahan alamnya.
ADVERTISEMENT
Saya berangkat dari Surabaya dengan transportasi kereta, kemudian saya memutuskan untuk bermalam di Jogja dan melanjutkan perjalanan ke Dieng pukul 4.30 pagi karena acara dimulai pukul 08.00. Empat jam perjalanan yang sangat mengesankan. Ketika memasuki kawasan Dieng udara dingin mulai terasa, saya membuka kaca mobil sampai beberapa menit menikmati keindahan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Berada di dataran tinggi, Dieng memiliki ketinggian rata-rata 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12-20 derajat celcius di siang hari dan 6-10 derajat celcius di malam hari. Maka siapapun yang berkunjung kesini wajib membawa jaket tebal, kaus tangan, penutup kepala dan kaos kaki.
Dalam beberapa kesempatan saya mengobrol dengan masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai penjual jajanan khas Dieng. Penduduk sekitar menyebut Dieng sebagai surga tersembunyi di Pulau Jawa. Tentu saja ungkapan ini adalah kiasan untuk menggambarkan panorama keindahan dataran tinggi yang dikelilingi gunung-gunung hijau tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurutnya dua pembentuk nama Dieng berasal dari Di dan Hyang. Di berarti cantik atau bagus atau sifat yang berhubungan dengan ketinggian dan Hyang artinya Dewa. Jika keduanya digabungkan maka akan memiliki makna daerah pegunungan tempat dimana dewa-dewa bersemayam.
Konon nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi. Daerah tersebut berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
Wisata di Kawasan Dieng Jawa Tengah
Saat mengikuti pelatihan selama 3 hari, saya bersyukur tempat yang dipilih panitia hanya berjarak beberapa kilometer dari kawasan wisata. Bahkan beberapa materi disampaikan di beberapa lokasi seperti Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Candi Bima, dan Telaga Warna. Dan tentunya ini menjadi kesan tersendiri bagi para peserta ibarat peribahasa sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui artinya satu kali melakukan pekerjaan mendapatkan beberapa hasil atau dua keuntungan sekaligus.
ADVERTISEMENT
Kawah Sikidang
Kawah Sikidang Dieng adalah salah satu objek wisata unggulan Dieng yang mudah dinikmati. Kawah Sikidang merupakan kawah dengan lapangan fumaroles terluas di banding kawah-kawah lain di Dieng.
Terletak di Bakal Buntu, Dieng Kulon Batur, Banjanegara Jawa Tengah. Nama Sikidang diambil dari kata Kidang/Kijang yang artinya hewan yang sering melompat-lompat. Pengambilan nama itu didasari karena kawah yang rata-rata sekali dalam 4 tahun berpindah atau seolah-olah melompat dalam satu kawasan seperti karakter hewan Kidang.
Untuk masuk ke Kawah Sikidang pengunjung hanya perlu membayar tiket 20.000 saja. Wisata ini dibuka mulai pukul 07.00-17.00. Jika
Kawah Sikidang Dieng (Dok: pribadi)
kalian tidak menyukai keramaian saya sarankan anda tidak berkunjung hari Minggu atau musim libur karena bisa dipastikan suasana macet.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita warga sekitar Dataran Tinggi Dieng adalah gunung berapi raksasa dengan telaga-telaga dan kawah-kawah bekas letusan yang ditempati penduduk. Kawah-kawah di kawasan ini masih menunjukkan aktivitas vulkanik dan menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
Kawah Sikidang posisinya berbeda dengan kawah pada umumnya yang ada di puncak gunung merapi. Kawah Sikidang berada di tanah yang datar sehingga pengunjung leluasa melihat letupan lumpur panas dan gas atau asap yang berwarna putih pekat mengepul di udara.
Sampai saat ini Kawah ini masih aktif. Kawah Sikidang juga tinggi kandungan sulfur ataupun belerang serta zat beracun lainnya. Jadi tak heran jika anda berkunjung kesana bau belerang sangat menyengat, sehingga para pengunjung dianjurkan untuk memakai masker saat berkunjung.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya bagi para pengunjung juga dilarang untuk merokok, membuang punting rokok dan menyalakan api pada area kawah. Pasalnya api yang mengenai zat-zat dari gunung berapi bisa memicu ledakan dan kebakaran.
Telaga Warna
Pada hari kedua saya berkesempatan mengunjungi Telaga Warna karena materi disampaikan disana. Telaga Warna ini terletak di Dataran Tinggi tepatnya di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Dengan ketinggian kurang lebih 2.000 meter di atas permukaaan laut, Telaga Warna masih sangat asri dengan bukit-bukit hijau di sekitarnya.
Telaga Warna (Dok: pribadi)
Pukul 6 pagi saya berkunjung ke Telaga Warna. Belum ada pengunjung, suasana masih sepi. Suara burung saling menyahut, langit biru menjulang dan bentang alam kehijauan semakin memanjakan mata.
Tampak Gunung Prau di sebelah timur yang memanjang. Sesui namanya telaga ini memang memiliki air yang berwarna. Pagi itu matahari muncul dan bersinar cerah, namun udara tetap sejuk dan udara tetap terasa dingin.
ADVERTISEMENT
Dengan berjalan kaki mengelilingi danau, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan di sekeliling danau. Pengunjung juga akan menemukan Telaga Pengilong yang memang berseblahan.
Menurut masyarakat setempat yang ada disana, warna hijau pada air di telaga ini dikarenakan kandungan belerang yang cukup tinggi. Jika diperhatikan secara serius terdapat gelembung udara yang muncul dari dasar telaga.
Menurut warga pula ada aktivitas vulkanik di dasar telaga ini. Pada papan nama pintu masuk Telaga Warna ini dikelilingi oleh beberapa tempat keramat seperti Goa Pengantin, Batu Tulis, Goa Jaran dan Goa Sumur. Menurut cerita legenda konon cincin bangsawan yang jatuh ke dalam telaga ini menyebabkan air telaga berubah-ubah.
Telaga Warna (Dok: pribadi)
Mie Ongklok Makanan Khas Wonosobo
Setelah tiga hari mengikuti pelatihan, saya dan teman-teman memutuskan untuk kuliner terlebih dahulu. Kami mencoba mie ongklok makanan khas Wonosobo Jawa Tengah. Itu kali pertama saya mencicipi makanan dengah kuah kental yang dicampur dengan beberapa sayur.
ADVERTISEMENT
Nama mie ongklok ini berasal dari penyajiannya yang direbus menggunakan keranjang yang terbuat dari anyaman bambu yang bernama ongklok. Isi dari satu porsi mie ongklok adalah mie, sayur kol dan potongan daun kucai. Isi tersebut dicampur dengan gayung bambu kemudian dicelupkan ke air mendidih, nah cara tersebut dinamakan ongklok.
Kuah mie ongklok sendiri berbeda dengan kuah pada umumnya. Kuah mie ongklok terbuat dari pati yang dicampur dengan gula jawa, ebi dan rempah-rempah kemudian ditambahkan bumbu kacang. Bagi penikmat makanan manis tentunya mie ongklok sangat nikmat. Gurih dan manis bercampur menjadi satu ditambah menu pendamping seperti sate sapi dan tempe kemul. Ketika kamu berkunjung ke Wonosobo mie ongklok akan mudah ditemukan di sepanjang jalan Wonosobo.
Mie Ongklok Khas Wonosobo (pribadi)
ADVERTISEMENT