Konten dari Pengguna

Krisis Identitas dan Dekadensi Moral Remaja: PAI Masih Relevan di Era Digital?

Utami Qonita
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia.
24 Oktober 2024 8:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Utami Qonita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan Pembelajaran PAI Kelas VIII di SMP Hikmah Teladan Bandung, Jawa Barat, Senin (14/10/2024). Foto: Utami Qonita
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Pembelajaran PAI Kelas VIII di SMP Hikmah Teladan Bandung, Jawa Barat, Senin (14/10/2024). Foto: Utami Qonita
ADVERTISEMENT
Pencarian Jati Diri Remaja
Proses pendewasaan seringkali membawa remaja ke fase pencarian jati diri yang rumit. Pada fase ini, mereka mulai mempertanyakan “Siapa saya sebenarnya? Apa tujuan hidup saya? Apakah saya sudah cukup baik di mata orang lain?”, dan lain sebagainya. Bahkan di fase ini mereka juga banyak mengeksplor hal-hal dan pengalaman baru. Meskipun ini adalah bagian normal dari perkembangan psikologis individu, fase ini bisa menjadi tantangan yang sulit dilalui. Namun dengan memiliki identitas diri yang kuat, remaja akan mampu melewati fase ini tanpa mengalami kegagalan, yang disebut sebagai krisis identitas atau role confusion. Saat memasuki fase ini, remaja mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri, bahkan kehilangan keyakinan, terutama jika dukungan dari keluarga dan lingkungan terdekat kurang memadai. Dalam era digital saat ini, kemajuan teknologi dan media sosial memberikan pengaruh besar terhadap krisis identitas remaja, termasuk pada remaja muslim. Seringkali, penilaian, pandangan, dan stereotip yang datang dari orang lain dapat memperburuk perasaan mereka, membuat mereka lebih rentan untuk menerima identitas negatif yang ditawarkan oleh lingkungan. Dampak dari krisis identitas ini tak hanya terlihat dalam menurunnya motivasi belajar di sekolah, tetapi juga berkontribusi pada dekadensi moral yang semakin mengkhawatirkan di kalangan remaja muslim. Keinginan untuk diterima dalam kelompok tertentu sering mendorong mereka untuk berperilaku negatif, salah satunya seperti bullying yang mungkin itu tidak sesuai dengan diri mereka yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
PAI Sebagai Solusi Krisis Identitas Remaja
Di era digital yang semakin berkembang, Pendidikan Agama Islam (PAI) ikut andil berkontribusi dalam memperkuat identitas diri dan moral peserta didik remaja muslim. Lebih dari sekadar transfer pengetahuan agama, PAI berfokus pada pembentukan karakter, sikap, serta keterampilan yang diperlukan untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan perkembangan teknologi, PAI mampu menciptakan generasi muslim yang adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa mengesampingkan integritas spiritual dan moral. Untuk mengatasi krisis identitas yang dihadapi remaja muslim, PAI menawarkan pemahaman mendalam tentang ajaran agama dan norma moral sebagai fondasi pembentukan identitas yang kokoh. Beberapa langkah dapat diambil untuk memperkuat identitas peserta didik. Pertama, pengajaran nilai-nilai moral Islam seperti dasar kebenaran Allah SWT., kasih sayang, dan tanggung jawab perlu diintegrasikan secara sistematis, didukung oleh aktivitas kontemplatif seperti doa dan ibadah, yang membantu peserta didik memahami konteks sosialnya. Kedua, praktik keagamaan harian melalui program rutin seperti shalat fardhu dapat menjadi wadah untuk internalisasi nilai-nilai agama, serta dilengkapi dengan refleksi bersama pendidik. Ketiga, penekanan orientasi religiusitas intrinsik dengan mendorong peserta didik mengeksplorasi agama secara personal melalui jurnal reflektif berbasis digital tentang pengalaman spiritual mereka, merenungkan nilai-nilai yang telah mereka pelajari, dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, komunikasi dan kolaborasi dengan orang tua serta lingkungan sosial yang sangat penting, karena keterlibatan mereka dapat membantu peserta didik memahami interaksi agama dan budaya. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Nancy T. Ammerman, yang menyatakan bahwa pendidikan agama berperan penting dalam membentuk identitas individu yang konsisten. Pendidikan agama tidak hanya mengajarkan praktik keagamaan, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai yang mendukung kestabilan identitas dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dengan demikian, PAI melalui pengajaran nilai-nilai moral dan praktik keagamaan sehari-hari, dapat membantu peserta didik mengembangkan identitas yang lebih kuat dan stabil.
ADVERTISEMENT
PAI Sebagai Solusi Dekadensi Moral Remaja
Selain itu, PAI juga berkontribusi dalam mengatasi dekadensi moral dengan mengajarkan nilai-nilai etika dan moral yang kuat. Lebih dari sekadar pendidikan agama, PAI membentuk karakter moral yang relevan di era digital. Terdapat beberapa upaya dapat diimplementasikan dalam PAI untuk membentuk moral yang positif pada peserta didik remaja muslim. Pertama, fokus pada pengajaran nilai-nilai moral Islam yang sejalan dengan tahap perkembangan moral peserta didik, seperti kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial, dapat membantu mereka memahami norma sosial dan mengembangkan prinsip moral yang lebih mendalam. Kedua, pendidik PAI dapat memfasilitasi diskusi mengenai dilema moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, yang akan meningkatkan kemampuan penalaran moral mereka. Ketiga, menampilkan keteladanan Nabi Muhammad SAW. dan tokoh Islam melalui media digital interaktif. Keempat, PAI harus mencakup pengembangan keterampilan sosial dan emosional, yang sangat penting untuk interaksi sosial yang baik. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Lawrence Kohlberg tentang pentingnya hubungan interpersonal dalam perkembangan moral. Dengan mengajarkan nilai-nilai etika, mendiskusikan dilema moral, dan memberikan teladan yang baik, PAI membantu peserta didik mengembangkan penalaran moral yang lebih tinggi. Generasi muslim dibekali pemahaman tentang nilai-nilai Islam yang selaras dengan nilai-nilai moral yang etis. Dengan demikian, PAI memainkan peran penting dalam membangun generasi muslim yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki fondasi moral yang kuat di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT
Mewujudkan Generasi Cerdas dan Berintegritas melalui PAI
Tulisan di atas menunjukkan bahwa PAI memegang peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas remaja muslim, terutama di era digital yang penuh tantangan. Selain mentransfer pengetahuan agama, PAI berfungsi menanamkan nilai-nilai moral yang kuat seperti kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial, sehingga dapat membantu peserta didik mencapai tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi dan menjadi fondasi bagi identitas mereka. Melalui metode pembelajaran interaktif, seperti diskusi mengenai dilema moral dan peneladanan dari kehidupan Nabi Muhammad SAW., peserta didik dapat meningkatkan pengembangan pemahaman yang lebih dalam tentang prinsip-prinsip agama dan juga meningkatkan penalaran moral dan berpikir kritis mengenai tindakan yang diambil. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan keagamaan juga memperkuat pemahaman peserta didik tentang interaksi antara agama dan budaya, menciptakan konteks sosial yang mendukung pembentukan identitas yang lebih kokoh. Selain itu, dengan memahami konteks sosial dan praktik keagamaan yang relevan, peserta didik dapat lebih baik dalam mengatasi krisis identitas yang mungkin mereka hadapi. Dengan strategi yang tepat serta intergrasi nilai-nilai Islam dan teknologi, PAI tetap relevan dalam mengatasi krisis identitas dan dekadensi moral remaja di era digital, bahkan dapat membentuk generasi muslim yang cerdas dan berintegritas. Dengan terus mengoptimalkan PAI yang selaras dengan perkembangan zaman, kita tak hanya membantu remaja muslim menghadapi tantangan era digital, tetapi juga membentuk generasi yang berintegritas, cerdas, dan bermoral. Ajaran Islam dapat menjadi kompas yang menuntun mereka menjalani kehidupan dengan percaya diri dan keyakinan kuat, menjadikan masa depan mereka lebih cerah dan penuh harapan.
ADVERTISEMENT