Pola Pikir Masyarakat Tentang Pandemi COVID-19 saat Ini

Utari Tri Handayani
Saya Mahasiswi dari Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, sekarang ini sedang belajar menulis untuk menambah wawasan dan memanfaatkan waktu yang kosong.
Konten dari Pengguna
6 Juni 2021 15:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Utari Tri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/illustrations/virus-corona-papan-tulis-belajar-4936809/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/illustrations/virus-corona-papan-tulis-belajar-4936809/
ADVERTISEMENT
Virus Covid-19 yang awalnya menyebar kawasan pasar Wuhan, Tiongkok, kini sudah merebak hingga hampir ke seluruh negara-negara di dunia, salah satunya Indonesia. Selama pandemi Covid-19 berlangsung, Pemerintah Indonesia mengimbau agar masyarakatnya menerapkan protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan serta, membatasi kegiatan mobilisasi dan interaksi. Pandemi ini memaksa kita untuk hidup dengan menerapkan kebiasaan baru, salah satunya adalah menggunakan masker setiap ingin bepergian keluar rumah, guna menekan penyebaran virus dari Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya itulah yang diarahkan Pemerintah kala itu di saat pandemi ini masuk ke Indonesia. Dan pada akhirnya, ketika penyebaran terus terjadi di pertengahan bulan Maret Bapak Presiden Joko Widodo memutuskan masyarakat Indonesia yang khususnya zona merah untuk karantina dan melakukan segala aktivitas semuanya di dalam rumah agar memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dan saat berita karantina itu dikeluarkan, beberapa karyawan diupayakan bekerja di rumah atau yang disebut (Work From Home), kegiatan belajar mengajar di sekolah dan Universitas diimbau untuk belajar di rumah atau secara online, kegiatan ujian nasional pun yang diadakan untuk SD, SMP, SMA maupun SMK diadakan secara online atau dikerjakan di rumah.
Di saat karantina berlangsung segala aktivitas seperti sekolah, kuliah dan bekerja dilakukan melalui via Zoom atau Google Meet, akibat dari belajar secara online ada hal yang menghambat belajar seperti gangguan pada sinyal, tidak sedikit juga tersebar berita hoax tentang Covid-19 ini yang mengubah prospektif masyarakat yang seharusnya berhati-hati dalam penyebaran virus Covid-19 ini justru menjadi berita yang tidak benar seperti pada berita vaksin Covid-19. Berita vaksin Covid-19 membawa berbagai komentar dari masyarakat Indonesia karena hoax yang disebar seperti efek samping dari vaksin dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia ada beberapa masyarakat yang tidak peduli terhadap protokol kesehatan seperti tidak memakai masker saat keluar rumah, tidak menjaga jarak saat berada di suatu tempat, seperti contoh kasus yang dikatakan oleh Wiku Adisasmito juru bicara satgas Covid-19 ada kegiatan yang melanggar protokol kesehatan yaitu penyelenggaraan sepeda santai yang diikuti 3000 peserta di Padang, Sumatera Barat, Minggu (16/8/2020). "Terlihat banyak kerumunan yang begitu dekat dan tidak menggunakan masker. Kami mohon anggota masyarakat dan Pimpinan Daerah agar betul-betul memperhatikan hal-hal ini agar tidak terjadi di masa yang akan datang," kata Wiku di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/8/2020).
Kasus lainnya yaitu ada pertunjukan musik yang diadakan di wisata alam Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (15/8/2020). Pada acara ini, banyak pengunjung yang tidak memakai masker, hal-hal seperti itulah yang membuat virus Covid-19 ini belum berakhir. Dengan pola pikir masyarakat yang seperti itu kita tidak tahu kapan virus Covid-19 ini berakhir. Pada akhirnya, diperlukan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan agar pandemi ini segera berakhir.
ADVERTISEMENT