Empati untuk Mencegah Bunuh Diri

22 Maret 2017 18:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi gantung diri. (Foto: Pixabay/Bykst)
Bunuh diri bukan merupakan perbuatan kriminal. Bunuh diri merupakan tindakan dari seseorang yang mengalami tekanan atau gangguan kejiwaan.
ADVERTISEMENT
Bunuh diri harusnya bisa dicegah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Georgia, AS mengatakan ada beberapa cara pencegahan bunuh diri.
Pertama adalah dengan memperkuat dukungan ekonomi. Pendekatannya dengan meningkatkan kestabilan ekonomi rumah tangga dan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah.
Kedua dengan memperkuat layanan peduli orang yang depresi dan berniat bunuh diri. Ketiga menciptakan lingkungan yang protektif. Hal yang tak kelah penting adalah memberi bantuan, berbagi pengalaman dan harapan tentang kesembuhan bagi jiwa yang terluka.
Akses ke sarana mematikan selama masa krisis seseorang hendak bunuh diri merupakan faktor penyebab utama bunuh diri. Oleh sebab itu, janganlah meninggalkan orang yang ingin bunuh diri sendirian dengan obat-obatan berbahaya, benda tajam, senjata api, tali tambang dan semacamnya.
ADVERTISEMENT
Yayasan Amerika untuk Pencegahan Bunuh Diri menganjurkan agar semua orang segera mengajak orang-orang di sekitar mereka yang menunjukkan gelagat ingin bunuh diri, bicara secara terbuka.
Banyak orang berpikir bunuh diri adalah hal tabu dan tak perlu diperbincangkan. Namun sesungguhnya orang-orang yang ingin bunuh diri itu justru perlu teman bicara yang bisa menolong dan menghindarkan mereka dari aksi nekat tersebut.
Praktik Bunuh Diri
Jumat (17/3) lalu seorang pria bernama PI (35) tewas di Jagakarsa, Jaksel. Tak lama berselang, pada Selasa (21/3) petang kemarin, seorang WN Jepang bernama IJ (48) ditemukan tewas.
Suicide.org pernah melansir, di seluruh dunia ada lebih dari satu juta orang yang mati akibat bunuh diri. Jika dirata-ratakan, setiap 33 detik ada satu orang yang mati bunuh diri di suatu tempat di dunia. Data statistik yang mengerikan itu Suicide.org kutip dari laporan WHO pada 2002 silam.
ADVERTISEMENT
Dalam data terbaru (2012), WHO mencatat ada lebih dari 800 ribu orang yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Secara rata-rata, angka ini menunjukkan setiap 40 detik ada satu orang yang mati bunuh diri di suatu tempat di dunia.
Meski jumlah orang yang mati bunuh diri pada 2012 terlihat menurun dibanding sepuluh tahun sebelumnya, tapi WHO menambahkan ada lebih banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri. WHO menyebut adanya indikasi bahwa sebenarnya ada lebih dari 20 orang lain yang mencoba untuk bunuh diri untuk setiap orang yang telah meninggal akibat bunuh diri.
Ilustrasi bunuh diri (Foto: Pixabay)
Penyebab bunuh diri di wilayah seluruh dunia itu bermacam-macam, begitu pula caranya.
Lost all hope mengutip data statistik cara mati bunuh diri di Inggris dan Wales berdasarkan laporan berjudul Deaths registered in England and Wales pada 2011 yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Nasional.
ADVERTISEMENT
Di kedua negara itu, gantung diri merupakan cara yang paling banyak digunakan. Sebanyak 50,4 persen orang yang mati bunuh diri di dua negara itu melakukan aksinya dengan cara gantung diri. Setelahnya, mati bunuh diri dengan menggunakan racun atau obat-obatan menempati posisi kedua, yakni digunakan oleh 20,3 persen orang yang mati bunuh diri di sana.
Sisanya, orang-orang yang mati bunuh diri di dua negara Eropa itu menggunakan cara menabrakkan diri, menenggelamkan diri, melompat dari tempat tinggi, menggunakan benda tajam, senjata api, dan lain sebagainya.
Cara mati bunuh diri di Inggris dan Wales. (Foto: Office for National Statistics)
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) juga turut mendata angka kematian di negari Paman Sam. Berdasarkan data tahun 2015, kebanyakan orang di AS melakukan bunuh diri dengan senjata api, gantung diri, dan racun.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015 ada 44.193 orang yang mati bunuh diri di AS. Korban yang mati bunuh diri di sana pada tahun itu memiliki rentang usia antara 10 hingga 64 tahun. Pada tahun itu tidak ditemukan anak berusia di bawah 10 tahun dan lansia di atas 65 tahun yang mati bunuh diri di negeri adikuasa itu.
Di negeri adikuasa itu, cara bunuh diri dengan menggunakan senjata api paling sering dilakukan, yakni oleh 22.018 orang atau 50,9 persen. Di bawahnya, cara gantung diri digunakan oleh 11.855 orang atau 26,8 persen. Adapun menggunakan racun adalah cara yang digunakan oleh 6.816 orang atau 15,4 persen korban yang mati bunuh diri di sana.
Uniknya, baik di Inggris, Wales, maupun di AS, jumlah laki-laki yang mati bunuh diri lebih banyak ketimbang perempuan.
Traumatis bisa sebabkan seseorang bunuh diri (Foto: Thinkstock)
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan tentu saja bisa jadi lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Khusus di wilayah Jabodetabek, Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal (IFKM) FKUI-RSCM pernah menangani kasus kematian bunuh diri sepanjang tahun 2004 dan 2005. Dalam rentang dua tahun itu, total ada 323 kasus kematian bunuh diri yang mereka tangani.
Dari jumlah kasus kematian bunuh diri tersebut, rasio laki-laki dan perempuan yang mati bunuh diri adalah sebesar 2:1. Dalam data sebelumnya, pada tahun 80-an rasio laki-laki banding perempuan yang mati bunuh diri di Jakarta adalah 1:1. Maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak laki-laki yang mati bunuh diri dibanding perempuan.
Terkait cara bunuh diri yang dilakukan, Forensik FKUI/RSCM juga pernah mengeluarkan data kasus kematian yang ditangani sepanjang tahun 1995-2004. Dalam data tersebut terdapat 771 laki-laki dan 348 perempuan yang mati bunuh diri. Dari jumlah itu, 41 persen melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, 36 persen akibat overdosis, dan 23 persen dengan menggunakan racun insektisida.
Kasus bunuh diri 2004-2005. (Foto: Departemen IFKM FKUI-RSCM )
Indonesia perlu mewaspadai kasus-kasus bunuh diri ini yang menimpa warganya. Pasalnya, kematian bunuh diri salah satunya disebabkan oleh penyakit depresi. Adapun lebih dari 80 persen penyakit depresi, menurut WHO, cenderung menjangkiti penduduk di negara berpendapatan menengah ke bawah seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada 23 Februari 2017, WHO menyebut jumlah orang yang menderita depresi di seluruh dunia telah meningkat lebih dari 18 persen antara tahun 2005 dan 2015. Selain menjadi salah satu pemicu keinginan bunuh diri, penyakit depresi dapat menimbulkan “kecacatan” di seluruh dunia.
Jika kamu mengalami depresi atau bahkan merasa ingin bunuh diri, sekali lagi ada baiknya kamu menghubungi hotline bernomor kontak 021-500-454. Hotline itu adalah saluran telepon pelayanan konseling khusus terkait berbagai masalah kejiwaan selama 24 jam yang dibuka oleh Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Never lose hope. Live your life to the fullest.
Ilustrasi wanita bahagia. (Foto: Thinkstockphotos)
ADVERTISEMENT